Xeena Restitalya, hidupnya selalu tidak menyenangkan setelah ibunya meningal. Ayahnya tak pernah peduli dengannya setelah memiliki istri dan juga anak lelaki.
Xeena harus berjuang sendiri untuk hidupnya. Diusianya yang sudah 25 tahun, dia bersyukur masih diberi kesempatan bekerja di tengah sulitnya mencari pekerjaan.
Tapi siapa sangka, bos di tempat kerjanya yang baru itu begitu terobsesi kepadanya.
"Tetaplah di sisiku, kemanapun kau pergi, aku tetap akan bisa menemukanmu, Xeena."
Jeremy Suryoprojo atau Jeremy Wang, dia merupakan bos Xeena.
Pria yang selalu acuh terhadap orang lain itu tiba-tiba tertarik kepada Xeena.
Xeena yang hanya ingin hidup dengan tenang kini malah berurusan dengan bos obsesif sekaligus ketua Geng Wang.
Lalu bagaimana kehidupan Xeena setelah bertemu dengan Jeremy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tawanan Cinta 09
Lemah Joglo, Kediaman Suryoprojo
"Jer, kamu ndak sarapan dulu, Nak?"
"Ndak Bu, aku agak buru-buru ini. Itu Si Boni juga udah dateng. Aku berangkat dulu ya, Bu."
Sukesi hanya menggelengkan kepalanya melihat putranya itu. Setiap pagi ia rasa Jeremy selalu terburu-buru. Dia sungguh merasa sedikit prihatin terhadap putranya tersebut.
"Jer, ndak makan dulu!" pekik seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari kamarnya.
"Ndak, Pi! Gampang nanti aja deh di kantor. Aku berangkat dulu. Papi aja yang nemenin Ibu sarapan."
Hal yang sama dilakukan Haryo, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat putranya itu.
Haryo tidak pernah menyangka, hidupnya bisa setenang ini sekarang. Dia merasa sangat bersyukur dan diberkati atas semua itu.
"Mas, apa kerjaan di perusahaan itu sangat banyak sampai-sampai Jeremy susah sekali buat sarapan di rumah?" Sukesi bertanya kepada Suaminya itu. Dua tahun ini Haryo memilih menyerahkan SJ Grup kepada Jeremy. Kembaran Jeremy yakni Yasmin, tidak mau mengurusnya karena ingin fokus mengurus anak dan suaminya. Yasmin juga merasa bahwa Jeremy lebih pas dan pantas untuk melakukannya.
"Ya yang namanya kerjaan pasti banyak. Apalagi sebagai pimpinan, pasti banyak yang diurus. Sama kayak menantumu, Erlan. Dia bahkan ngerangkep. Dokter iya, pimpinan juga iya. Dah dobel-dobel deh itu."
Sukesi menganggukkan kepala tanda dia paham dengan penjelasan suaminya. Tapi meksipun demikian, Sukesi tetap saja khawatir dengan sang putra.
Di sisi lain, Jeremy saat ini sudah berada di dalam mobil bersama dengan Boni. Sambil mengemudikan mobil, Boni memberi laporan tentang apa saja yang akan dikerjakan hari ini.
"Jadi, kita ndak ada acara pergi keluar buat ketemu klien kan, Bon?" tanya Jeremy sambil memeriksa beberapa laporan kepala divisi melalui tab nya.
"Nda ada Mas Bos, aman,"jawab Boni mantap. Dia sudah memeriksa berkali-kali, dan memang hari ini mereka free.
Haaah
Jeremy menghela nafasnya, dia nampak lega karena seharian ini hanya akan ada dikantor. Bukan, bukan itu. Hari ini dia pun juga harus keluar sebenarnya. Ada 'pekerjaan' lain yang juga harus di periksa.
Selain sebagai pimpinan SJ Grup, Jeremy Suryopriojo juga merupakan seorang pimpinan Gangster 'Wang'. Ini adalah warisan dari ayah angkatnya dulu yang mana masih dia pegang hingga saat ini. Itu lah yang membuat Jeremy nampak sangat sibuk sekali.
"Bon, di lantai kita ada anak baru ya?"
"Eh, emang ya Bos? Kok aku ndak tahu?"
Jeremy tersenyum, dan itu terlihat oleh Boni yang duduk di sebelah. Sudut bibir Jeremy yang sedikit naik itu cukup membuat Boni tahu kalau tuannya sedang tersenyum.
"Bos tumbenan merhatiin begituan. Biasanya Bos ndak peduli."
"Oh, bisa saja. Cuman kayaknya anak baru kali ini seru."
He?
Boni mengerutkan alisnya. Dia sama sekali tidak pernah menyangka kata 'seru' itu akan keluar dari mulut sang bos.
Yang Boni tahu selama ini Jeremy adalah pria yang tidak pernah peduli terhadap orang lain selain keluarganya. Konteks tidak peduli di sini adalah dia tidak menaruh perhatian khusus. Pria itu hanya akan bersikap secara profesional tanpa melibatkan perasaan pribadinya.
Jeremy Suryoprojo bahkan mendapat julukan pria satu wajah. Itu karena dia tidak banyak memiliki eskpresi.
Tentu saja bagi Boni tidak demikian. Jeremy adalah pribadi yang menyenangkan dan ekspresif, tapi semua itu hanya di depan keluarganya.
"Apa mungkin gaji ku bulan depan bakal ditambah,"gumam Boni lirih.
"Ngomong apa, Bon?" sahut Jeremy. Meskipun Boni bergumam dengan sangat pelan, tapi ternyata telinga Jeremy bisa menangkap ucapannya.
"Hahahah. Ndak ada, Mas Bos. Kan ini emejing Mas Bos tiba-tiba penasaran akan sesuatu. Siapa tahu gaji ku bakalan mundak (naik) bulan depan."
"Yang ada gaji mu tak potong. Soale koe kakean (kebanyakan) omong."
Cep!
Boni seketika langsung diam seribu bahasa. Jika dia kembali menjawab, pasti yang ada akan banyak hal tidak menyenangkan yang terjadi dalam harinya ini kedepannya.
Ckiiit
Boni menghentikan mobilnya tepat di depan pintu utama gedung SJ Grup. Tanpa harus dibukakan lebih dulu, Jeremy sudah keluar dari mobil.
Boni menyerahkan kunci mobil kepada security untuk diparkirkan. Dia langsung berada di belakang Jeremy untuk masuk ke kantor.
Semua orang memberi hormat dengan membungkukkan tubuh mereka ketika Jeremy lewat. Bagi mereka Jeremy lebih menakutkan ketimbang Haryo. Itu karena Jeremy adalah pimpinan yang tegas dan juga tidak mentolerir kesalahan.
"Bon, sampai kapan lift khusus tu rusak?"
Jeeeng
"Eh, maaf Bos. Iya nanti akan aku panggil yang bertanggungjawab soal itu."
hmmm
Fyuuuh
Boni sungguh lupa bahwa lift khusus pimpinan itu rusak. Banyaknya perkejaan yang dia urus, membuat Boni melupakan detail kecil itu.
Tring
Lift terbuka, Jeremy dan Boni masuk ke sana. Beberapa karyawan yang akan masuk memilih mengurungkan niatnya. Mereka tentu segan berada di satu lift yang sama dengan Jeremy.
"Kalian nggak masuk?"
"Tidak, Pak. Nanti saja di lift yang satunya."
Jeremy tidak bereaksi apapun. Dia lalu meminta Boni untuk menutup pintu liftnya.
Fyuuuh
Semua karyawan yang ada di luar lift tadi langsung menghembuskan nafas panjang. Sungguh merupakan hari yang tidak bagus, jika mereka satu lift bersama dengan pimpinan mereka yang killer itu.
"Selamat,"ucap salah satu karyawan.
Sedangkan di lantai 13, saat ini Marwan dan Xeena tengah beristirahat. Mereka sudah selesai menyapu dan mengepel lantai. Yang belum hanya tingga mengelap kaca jendela, menyirami tanaman dan juga menata pot-pot tanaman yang ada di lantai itu.
"Untuk mengantarkan minum, gimana Kang?"
"Oh itu, gampang kok. Nanti kita tunggu aja Bu Olive, Pak Boni dan juga Pak Bos minta. Soalnya kan di tempat mereka sudah ada dispenser. Jadi kalau air putih kita ndak perlu nyediain."
Xeena mengangguk paham, ia kembali memakan sarapannya. Ya saat ini Xeena dan Marwan tengah sarapan di pantry. Rupanya Marwan juga membawa bekal, sama dengan dirinya.
"Sebenernya kerjaan di sini lebih enak kalau aku lihat sepintas. Soalnya karyawan yang dilayani ndak banyak."
"Betul, hanya saja mereka yang keluar itu ndak betah sama Pak Bos yang galak."
Xeena menjadi semakin penasaran. Sudah berapa kali dia mendengar bahwa pimpinan di sini itu galak dan rewel. Dia semakin ingin tahu, serewel apa dan segalak apa sebenarnya orang yang dibicarakan ini.
Bagi Xeena yang sudah pernah bekerja di berbagai tempat, dia sudah beberapa kali menjumpai atasan dengan berbagai sifat dan karakter. Maka dari itu Xeena ingin tahu apa tentang pria ini.
"Kok jadi semakin penasaran ya, kayak apa dia," gumam Xeena lirih.
TBC
santai wae