Gimana jadinya jika Putri bangsawan kelas atas jatuh cinta pada Kesatria yang ternyata merupakan keturunan iblis.
Awalnya sang putri hanya ingin berteman dan bermain bersama. Namun disaat sedang bermain, mereka berdua diserang iblis jahat. Mereka berdua dalam bahaya, sang putri tak bisa berbuat apa apa. Untung saja si mc keturunan iblis, jadi dia bisa melindungi sang putri.
Mulai saat itu sang putri berjanji untuk membalas budi pada sang mc, bahkan berjanji untuk menjadikannya suami.
Karya ini hanya karangan belaka, segala sesuatu yang mirip hanyalah kebetula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zeyynmaloth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kaz
"Aku tahu kau sedang putus asa. Apa kau menginginkan kekuatan agar masalah mu tuntas?"
Ucap Helena kepada seorang pria.
"Tapi masalah ku...."
Ucap pria itu, belum sempat menyelesaikan perkataan nya, tiba tiba saja Helena memotong ucapan pria itu.
"Apapun masalah mu, semuanya akan tuntas. Kau hanya perlu menerima kekuatan luar biasa ini."
Ucap Helena membujuk.
"Baik lah, aku siap."
Ucap pria itu setuju.
"Keputusan yang bijak."
Ucap Helena memuji dengan ekspresi puas.
Helena mengeluarkan sebuah kotak dan memberikan nya kepada pria itu. Pria itu tanpa pikir panjang mengambil kotak yang diberi Helena. dan saat dibuka ternyata tiba tiba saja ada sosok makhluk yang terbang dan masuk ke dalam tubuh pria tersebut.
Malam itu di akademi sihir, terlihat Putri Guinevere mulai mencoba untuk tidur. Saat itu dia membaringkan tubuhnya dan berselimut. Sebelum tidur dia flash back di masa dimana ia belum pergi ke akademi sihir.
Terlihat Guinevere kecil mencoba mendekati diri kepada anak anak di negeri Sundr untuk yang ke sekian kalinya. Disana Guinevere melangkah menuju taman dimana ada banyak anak kecil disana.
"Walau tanpa ditemani ayahanda .... Aku harus berani. Aku pasti bisa berteman baik dengan mereka, kali ini."
Ucap Guinevere kecil dalam hati.
"Hai..."
Sapa Guinevere sambil melangkah kearah anak anak disana.
Sontak anak anak itu semua nya melihat kearah Guinevere. Mereka hanya terdiam dan sikap mereka berubah menjadi grogi seperti sedang berada di atas panggung.
"Ehehh... Hai."
Balas salah satu anak disana dengan kaku.
"Aku ingin bermain dengan kalian, apa boleh?"
Tanya Guinevere.
Karena tak enak jika tak ada yang menjawab, salah satu dari mereka menjawab pertanyaan Guinevere.
"E...Ehh.... Boleh..."
Ucap salah satu anak perempuan disana.
"Terima kasih..."
Ucap Guinevere, tampak senyuman tipis di wajahnya.
Mereka pun bermain bersama, pada akhirnya anak anak disana mulai menyadari bahwa Guinevere itu baik. Saat sedang bermain, tiba ada ada anak yang mengisyaratkan untuk segera merapat karena ada yang ingin dibisikkan. Guinevere kecil pun melihat hal itu. Ada salah satu anak yang berbisik kepada teman nya. Melihat hal itu, Guinevere kini menjadi merasa tak nyaman, dia tahu kalau yang dibisikkan itu topiknya adalah tentang dirinya.
Tak lama bermain, tiba tiba saja ada anak laki laki yang bernama Kaz berlari kearah mereka.
"Hoiii...."
Ucap Kaz berlari sambil melambaikan tangan nya.
Saat itu juga anak anak yang ada disana hanya bisa tersenyum tanpa melambaikan tangan nya kembali.Kaz menyadari sikap kaku teman temannya itu karena ada Putri Guinevere. Sikap asli anak anak disana tak ingin ditunjukkan dan ada yang mengganjal. Anak anak disana mencoba menahan diri agar tidak dekat dengan Guinevere.
Kaz, anak yang baru datang pun kebingungan dan menatap salah satu teman nya, dari tatapan itu seolah berkata "kenapa?". Guinevere pun hanya bisa melihat ke kiri ke kanan dan menyimpulkan bahwa dirinya tak diinginkan disana.
Ekspresi ceria Guinevere sudah hilang dari tadi, ditambah lagi dengan kehadiran Kaz, itu membuat Putri Guinevere makin tak nyaman. Anak yang baru datang itu sering kali mengajak teman nya untuk ikut dengan nya ke tempat yang menjauhi Guinevere lalu membisikan sesuatu.
"Apaan si, anak cowok satu ini gajelas banget."
Ucap Guinevere dalam hati mengomentari Kaz yang sering membisikkan sesuatu pada temannya.
"Ehh.... Apa yang kamu dengar dari anak itu?"
Tanya Guinevere pada anak yang habis dibisikkan Kaz.
Anak itu mulai memasang wajah panik.
"T... Ttii... Tidak kok.. Bukan apa apa."
Ucap anak itu dengan perkataan yang terbata bata.
"Yahh... kenapa dengan orang orang disini?. Tak ada jalan lain selain aku menanyakan langsung kepada anak itu"
Ucap Guinevere dalam hati.
"Haii... Kau Kaz bukan? Tadi kau berbisik itu ada apa ya ?"
Tanya Guinevere dengan nada ramah.
"Bukan apa apa kok. Aku hanya..."
Ucap Kaz, dia tak melanjutkan perkataannya.
"Apa yang kau maksud bukan apa apa itu?"
Tanya Guinevere.
"Ya pokoknya gak penting. Buat sekarang kita lanjutin aja main nya ya."
Ucap Kaz berusaha mengalihkan pembicaraan.
Daisy terus memperhatikan Putri Guinevere, dia mulai kasihan padanya.
"Aku rasa dia tak seperti yang Kaz bicarakan padaku. Aku rasa Putri Guinevere ini baik dan hanya ingin berteman."
Ucap Daisy dalam hati.
Putri Guinevere pun memutuskan untuk pulang, terpampang wajah sedih Guinevere dan terus saja menatap tanah. Dia pulang bermain tanpa mendapat teman, hanya mendapatkan luka. Walau anak anak disana menjauhinya, tapi Guinevere menyempatkan diri untuk memberi ucapan perpisahan.
"Sampai jumpa ya, nanti kita bermain lagi."
Tampak senyuman terpaksa di wajah Putri Guinevere.
Anak anak disana tak membalas ucapan perpisahan Putri Guinevere. Malahan Kaz terlihat puas melihat Guinevere akhirnya pulang.
Setelah dirasa Putri Guinevere Sudah jauh berjalan, Daisy pun memutuskan untuk menyusulnya.
"Sampai jumpa teman teman, aku juga akan pulang. Aku mau mandi."
Ucap Daisy, tampak jelas dari matanya dia sedang berbohong.
"Ya"
Balas singkat salah satu anak disana.
Daisy pun mulai menyadari respon tak ramah teman temannya.
"Tunggu dulu, apa mereka tahu?"
Ucap Daisy dalam hati.
"Bukan kah kau ingin menyusul anak itu?"
Tanya Kaz, tangan dia disilangkan di dada.
"Itu tidak benar... Kalian tak berhak menuduh ku yang bukan bukan hanya karena aku mengucap selamat tinggal di saat yang tak tepat."
Daisy membela diri.
"Ya ya yaa... Terserah kau saja."
Balas Kaz tak percaya.
"Kau memang jahat Kaz..."
Ucap Daisy dilanjutkan dengan berlari menjauh sekuat tenaga.
Di jalanan sepi, terlihat Guinevere kecil menyusuri jalan sendirian. Dia berjalan dengan wajah tunduk dan mulai berfikir yang tidak tidak.
"Apa aku hancurkan saja mereka ya? Aku pasti akan sangat puas jika melihat Kaz disiksa oleh pasukan kerajaan ayahanda."
Ucap Guinevere dalam hati.
Tiba tiba saja terdengar suara teriakan. Suara itu adalah suara anak perempuan yang terus memanggil manggil namanya.
"Putri Guinevere...."
"Putri Guinevere...."
"Putri Guinevere...."
Perlahan suara itu semakin jelas. Setelah membalikkan badan, Putri Guinevere pun mulai melihat jelas orang yang memanggil manggil namanya, ternyata itu adalah Daisy, anak yang tadi bermain bersama dengan Guinevere. Anak itu pun sekarang sudah berada di dekat Guinevere dengan senyuman di wajahnya.
"Haii... Aku Daisy. Maaf tadi aku tak menyebut kan namaku."
Ucap Daisy dengan nada ramah.
Mendengar hal itu Putri Guinevere tersenyum, kesedihan di hatinya pun mulai menghilang.
Guinevere pun akhirnya punya teman selain William. Gadis itu pun menunjukkan sikap ramah nya pada Guinevere, sikap yang tidak ditunjukkan nya tadi semasa di taman.
"Ehmm... Putri Guinevere, mau gak besok kita bermain bersama?"
Tanya Daisy.
"Boleh saja "
Balas Guinevere.
Daisy pun senang setelah mendengar hal itu.
Mereka berdua hanya berdiri dan mengobrol.
"Aku kepikiran tahu, kenapa sih dengan si anak laki laki itu?"
Tanya Guinevere.
"Oohh ... Itu .... Dia itu Kaz, anak yang suka bilang kepada anak yang lainnya kalau kamu itu berbahaya. Tapi setelah ku lihat sendiri, ternyata kau itu baik, kamu itu ternyata orang yang tak sesuai dengan apa yang dibicarakan Kaz."
Ucap Daisy.
Guinevere pun melihat wajah tulus Daisy, Daisy pun menceritakan semua tentang Kaz. Mendengar ceritanya itu membuat Putri Guinevere sangat geram.
"Dia begitu menjengkelkan."
Komentar Guinevere.
"Apa kau akan mengirimkan pasukan kerajaan untuk memburu Kaz?"
Tanya Daisy.
"Walaupun aku bisa melakukan itu, tapi aku tak akan. Maksud ku dia masih belum terlalu jahat unuk dibunuh."
Tanggap Guinevere.
"Tapi kan kau itu putri raja... Kau bisa melakukan apapun yang kau mau termasuk membunuh rakyat yang tak kau suka."
Ucap Daisy.
"Ku rasa itu tidak perlu, aku percaya pada Kaz bahwa suatu saat nanti dia akan berubah."
Ucap Guinevere.
Daisy memang tak mengatakannya, yang jelas Daisy sebenarnya sangat kecewa dengan jawaban Putri Guinevere itu. Daisy khawatir hidup dia tak tenang jika Kaz terus tetap hidup.