seorang gadis yang sangat menaruh harapan besar terhadap apa yang sedang di jalani,namun setelah dia mendapatkan kenapa dunia ini sangat jahat padanya membuat dia untuk melepaskan apa yang digenggam saat.
apakah setidak pantas itu dia untuk bahagia bersama nya?kenapa sangat tidak adil,jika memang akhirnya akan membuat dia sakit kenapa harus di pertemukan?kenapa harus dia?,apa salah dia sampai dunia tega padanya.
setelah menaruh harapan kenapa malah direbut dengan paksaan?
rindu semakin kuat disaat hujan turun dengan lebat.
kini hanya rindu yang melekat pada dirinya kesunyian yang menghantam nya dan sakit memukulnya.
namun kisah mereka sangat lucu dan so sweet saat-saat mereka bersama, ayo baca kisah nya sebelum mereka dipaksa untuk mengakhiri semuanya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iren qirenava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
thirty three
Beberapa menit kemudian makanan mereka datang, mereka menikmati makanan yang mereka pesan. Tidak jarang dengan saling ejekan atau dengan ribut-ribut kecil membuat makan di kantin terasa sebentar.
"Gue bingung woi, mau ikut eskul apa udah lama pengen masuk eskul. Tapi eskul apa ya bingung" ucap Bintang, sambil berjalan ke arah kelas
Mereka sudah selesai mengisi perut di kantin, kini mereka sedang berjalan menuju kelas bersama.
"Sama. Gue juga bingung" saut Messa
"Mau paskibra, takut hitam" ucap Putri
"Ya....... ga setiap hari juga kali paskibra, pasti seminggu mungkin 2 kali" kata Karina
"Bener! Gak mungkin setiap hari Put" ucap Ireni
"Terus mau nari, cuman gue gak bisa ber geol nya woi" ucap Bintang
"Kaya robot aja, bergaya pengen eskul nari" ledek Gio, membuat Bintang menatap nya sinis
"Diem lo! Yang penting punya niat" balas Bintang
"Marching band aja udah" ucap Irani
"Gatau pusing gue" ucap Bintang
"Emang kalian udah ada mau masuk eskul apa?" tanya Bintang
"Gue mau band kayanya, tapi gue takut terlau jago deh" ucap Gio menyombongkan diri, membuat yang lain pengen muntah rasanya
"Sombong aja di dulu in" ledek Messa
"Ya.....lo liat sendiri lah gitaris gue udah good banget" jawab Gio
"Terserah deh terserah" ucap malas Putri
"Gak malu apa? Kan Gio sama Azkeano udah punya pacar ya"
"Ya, ih caper kok sama pacar orang sih"
"Tau bener tuh, di labrak nanti mampus"
"Apalagi si Nava tuh, kaya caper sama Dikta tau"
Disaat mereka berjalan di koridor kelas, banyak ternyata yang membicarakan mereka namun mereka tidak niat untuk membalas perkataan mereka. Mereka gak tau apa-apa main asal gosip saja gak penting.
Namun perkataan terakhir yang mereka dengar, membuat Nava merasa tidak nyaman. Dari tadi dia hanya diam menghindar dari Dikta yang terus berada di samping nya.
"Jangan di dengerin ya" ucap Dikta lembut, membuat Nava hanya menoleh sebentar tanpa menjawab.
Dikta hanya memerhatikan Nava yang sudah tidak ada mood untuk hari ini. Entah kenapa dia merasa bersalah karna ucapan murid tadi, sementara Nava hanya diam malahan dia yang selalu mendekati Nava.
"Ngapain sih gak jelas" ketus pelan Irani
"Tau, pacar gue aja biasa aja" ucap Azkeano
"Siapa tau dia cemburu di belakang" saut Messa
"Lagian juga, kita gak sering bareng lo pada" ucap Gio
"Pacar gue tau kok, dia juga malahan bareng cowo kelas nya. Gue tau bakalan cemburu tapi gue tau batasan juga" jelas Azkeano
"Udah lah, males gue alay banget mulut tuh murid pada" kesal Adiana yang berjalan cepat meninggalkan teman-teman nya
"Duluan" ucap Nava, membuat yang lain hanya memerhatikan kepergian nya. Mereka pasti paham dengan perasaan yang dituduh gak jelas.
"Mulut gosip emang receh"ketus Bintang
Mereka sampai di kelas dengan mood hancur, bukan apa-apa namun mereka sudah sering mendapat cibiran seperti itu. Yang asal nya mereka diam kan saja namun kini makin-makin, membuat tidak nyaman saja.
"Nav" panggil Dikta, membuat Nava mendongak ke arah nya. Dan Nava hanya mengangkat satu alis pertanda bertanya. "Nih es krim di makan ya" ucap Dikta menyodorkan es crime rasa coklat.
"Buat gue?"tanya Nava menunjuk ke dirinya sendiri
"Ya, buat lo" balas Dikta
"Makasi" ucap Nava, setelah mengambil es krim dari Dikta
"Jangan bad mood lagi, gausah di dengerin ya" ucap Dikta, sambil mengelus lembut rambut Nava
"Gue juga mau es krim dong" ketus Adiana, yang melihat ke pekaan Dikta pada Nava
"Beli" cibir Dikta
"Ini juga otw kantin" balas Adiana yang akan berdiri untuk ke kantin, namun tiba-tiba ada yang menyodorkan es krim ke arah nya membuat dia menghentikan langkah nya
"Nih makan" ucap Afkar
"Loh, tumben" heran Adiana
"Peka gue sama lo" balas Afkar
"Oh ya?" tanya Adiana
"Mau gak? Kalo gak mau gue makan nih" ucap Afkar yang membuka bungkus es krim
"Kok gitu sih" cemberut Adiana
"Gak di ambil sama lo juga" balas Afkar
"Kan nanya dulu gue" ucap Adiana
"Lo mah kasih harapan palsu ih" kesal Adiana
"Haha, bercanda nih gue bukain " ucap Afkar menyodorkan ke Adiana, membuat mata Adiana berbinar
"Wih, makasi Kar" ucap Adiana
"Sama-sama bocil" ucap Afkar
"Enak aja gue bukan bocil" balas Adiana sambil memakan es krim nya
" ya deh terserah kamu aja"ucap Afkar
"Kamu?" pekik Messa
"Apa kamu?" saut Bintang
"Tiba-tiba kamu gak tuh" cibir Irani
"Tau, kamu aja kamu" ledek Ireni
"Lebay" ketus Afkar
Tringgg
Bel masuk tiba, mereka belajar pelajaran selanjutnya sesuai jadwal yang di terapkan. Saat Sudah jam pulang mereka bersiap untuk pulang.
"Akhirnya pulang juga" keluh Bintang
"Tau pengen tidur banget gue" balas Messa
"Berasa capek woi lah" ucap Ireni
"Encok banget punggung gue" kata Karina
"Udah tua berarti" cibir Putri
"Enak aja lo ngomong!" balas Karina
"Lagian kan emang, kalo encok pasti udah tua" balas Putri
"Gak gitu juga pea" kesal Karina
"Ya terus apa dong?" tanya Putri
"Ya cap---" ucap Karina terpotong oleh Adiana. "Ribut aja terus jangan pulang sekalian" ketus Adiana
"Tuh si Putri malu duluan " ucap Karina
"Gue mah cuman ngomong loh, lo aja yang baper" balas Putri
"Terserah" ucap Karina berjalan ke luar kelas
Mereka ke luar kelas untuk pulang, namun langkah Nava terhenti saat seseorang memanggil nya.
"Nav" Panggil seseorang
"Kenapa?" tanya Nava
"Pulang di jemput?" tanya Dikta, ya memang yang memanggil nya adalah Dikta
"Kayanya iya deh" balas Nava, sambil melihat ke ponsel nya
"Di jemput siapa?" tanya Dikta
"Gatau, belum ada yang bilang nih" balas Nava, sambil mengalihkan pandangan dari ponsel melihat ke arah Dikta
"Kalo gitu, pulang bareng gue aja mau?" ajak Dikta
"Gue tanya dulu mamah gue" balas Nava, sambil akan menelpon mamah nya untuk menanyakan siapa yang akan menjemputnya
"Oke" balas Dikta
"Halo mah"
"Nava dijemput siapa ya sekarang?" tanya Nava pada seseorang di seberang sana
"Oh gitu"
"Kalo gitu, Nava boleh bareng teman Nava gak?"
"Sama yang temen kemarin, yang pernah anterin Nava" ucap Nava sambil melihat ke arah Dikta, dan Dikta hanya mengangkat satu alis nya
"Okei makasi mah" ucap Nava
"Gimana?" tanya Dikta, setelah melihat Nava menjauhkan ponsel dari telinga nya
"Boleh ayo" balas Nava
"Oke come on pulang" ucap Dikta, sambil mengambil tangan Nava untuk dia genggam tanpa dia sadari. Membuat Nava menarik pelan tangan nya dan seketika langkah mereka terhenti, Nava hanya memandang tangan yang di genggam Dikta.
"Oh maaf Nav, gue reflek" ucap Dikta melepaskan tangan Nava
"Gapapa" balas Nava, entah kenapa hati nya sangat berdebar cukup kencang
"Kalo gitu ayo" ajak Dikta
Mereka berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor kesayangan Dikta, di perjalan menuju parkiran tidak banyak percakapan yang mereka ucapkan. Mungkin masih saling mengatur hati yang berdebar kencang itu menutupi tingkah salting nya.