Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENYELAMATKAN REGINA
Didalam penginapan, Marquess Boryet, melihat mangsanya tergeletak tak sadarkan diri, diapun mulai berjalan mendekat pada ranjang setelah meletakkan pil perangsang diatas nakas, samping ranjang.
Usia tua dengan hasrat sex tinggi membuat pria tua tersebut membutuhkan obat untuk menjaga staminanya diatas ranjang.
Dia juga akan memberikan satu butir pil tersebut kepada Regina ketika gadis itu sadar nanti agar permainan yang mereka lakukan semakin panas dan liar.
Air liur pria tua itu hampir menetes melihat buruan cantik dan molek yang ada didepan matanya.
Tangan keriputnya berusaha untuk membelai wajah halus Regina dengan penuh nafsu.
Namun, sebelum tangan keriput itu menyentuh wajah Regina yang sehalus porselen, tekuknya dihantam dengan keras dan tubuh tuanya pun langsung luruh kelantai yang dingin dalam sekejam mata.
Begitu tubuh Marquess Boryet jatuh ke lantai, sosok Amora terlihat. Hanya dengan satu pukulan, Marquess tua itu berhasil diatasi oleh putri bungsu keluarga Gilbert.
Suara berisik dari dalam tak mengusik para pengawal yang berjaga didepan pintu kamar karena mereka menyangka jika tuan besarnya sedang menikmati manis madu Regina hingga sangat bersemangat.
"Cih! dasar payah!", ejek Amora sambil menatap jijik dan menendang tubuh pria tua dibawah kakinya itu beberapa kali.
Setelah menyingkirkan tubuh Marquess Boryet dengan kakinya, Amora pun berjalan mendekat kearah ranjang.
"Diantara semuanya, kamulah yang paling bodoh dan tolol! ", umpat Amora melihat Regina terbius karena kecerobohannya.
Untung saja Klara menyadari gelagat tak biasa Rosa seharian ini sehingga begitu sang kakak dan pelayan pribadinya keluar kediaman, diapun segera membuntutinya.
Firasat Amora semakin buruk melihat Regina dan Rosa memasuki kawasan portitusi terbesar dikota Erythra sehingga diapun semakin waspada.
Dan sekarang, melihat sang kakak terbaring dalam kondisi tak sadarkan diri membuat amarah dalam dadanya kembali berkobar.
Amora menendang tubuh Marquess Boryet dengan kuat hingga tubuhnya yang semula sedikit miring kini telah tengkurap sepenuhnya dengan wajah tergencet dilantai.
"Dasar sampah! ",umpatnya.
Dalam kondisi marah, Amora yang ingat jika didepan pintu, selain pengawal yang berjaga juga ada Ruslan dan Rosa, seulas senyum licik muncul diwajah cantiknya yang saat ini terlihat sangat menyeramkan karena seringai lebar yang dimunculkannya.
Kulit pucat Amora semakin bersinar dalam ruangan yang minim penerangan itu.
Netra merah darahnya bersinar cerah dan senyum lebar yang tercetak diwajahnya, membuatnya seperti vampir wanita yang haus darah.
Berdiri dibalik pintu, Amora mengetuk dua kali, dan suara klik tanda kunci diputar terdengar.
Begitu pintu terbuka dan sosok kekar Ruslan terlihat, Amora segera menarik tangannya dan membanting tubuh pelayan pribadi Orcar tersebut dalam satu kali gerakan.
Bughhh!
Ruslan terjatuh dengan keras kelantai yang dingin. Begitu hendak bangkit, satu pukulan keras di hidung membuat pria itu pingsan dengan darah mengucur deras dari hidungnya yang tampak patah setelah mendapatkan pukulan sekuat tenaga dari Amora.
Dua pengawal yang berjaga didepan, merasa ada yang tak beres pun segera masuk kedalam, dan Amora kembali beraksi, membuat keduanya pingsan hanya dengan satu gerakan.
Rosa yang kembali mendengar suara ribut dari dalam kamar, sementara Ruslan dan kedua pengawal Marquess Boryet tak juga kunjung keluar, memiliki firasat buruk.
Sadar jika dirinya berada dalam bahaya, Rosa ingin melarikan diri, tapi Amora tak memberikannya kesempatan dan langsung memukul tekuk Rosa hingga wanita yang seumuran Klara tersebut jatuh pingsan.
Melihat musuhnya semua pingsan, Amora berjalan menuju nakas, mengambil obat perangsang yang ada diatas meja kayu dan memberikan masing-masing orang lima butir obat dan memberi lebih banyak untuk Marquess Boryet yang tampaknya memiliki stamina lebih lemah dari yang lainnya.
Diapun membantu melucuti pakaian semua orang dan menempatkan Rosa ditengah-tengah Marquess Boryet dan dua pengawalnya.
Sementara Ruslan yang juga telah Amora beri obat perangsang, dia ikat di kursi sehingga begitu lelaki itu sadar dan efek obatnya bekerja, pria itu pasti akan sangat tersiksa akan libidonya yang naik tanpa bisa dia lampiaskan sementara didepan matanya ada adegan panas yang terjadi.
Berteman dengan para pria dewasa membuat telinga Amora tak suci lagi karena Zoe, sebagai yang paling muda dan aktiv sering menceritakan hal-hal vulgar ketika mereka sedang berkumpul sehingga Amora mau tak mau sudah mengerti tentang adegan dewasa sebelum waktunya.
Alasan Zoe menceritakan hal-hal vulgar seperti itu agar Amora lebih mawas diri dari pandangan dan hal-hal yang bisa menjerumuskan dan menghancurkan hidupnya jika tak berhati-hati.
Seperti sang kakak, akibat terlalu polos, kehormatan Regina hampir saja terengut ditangan pria jahat.
Untung Amora tiba tepat waktu sehingga hal buruk tersebut tak sampai terjadi dan bisa secepatnya dihindari.
"Selamat bersenang-senang", Amora memberi kata penutup setelah menempatkan tubuh sang kakak di punggungnya yang dia ikat dengan seprai agar tak jatuh.
Untung tubuh Regina cukup langsing, meski lebih tinggi dari Amora, tapi hal itu tak menghalangi putri bungsu keluarga Gilbert itu membawanya pergi melalui balkon kamar.
Wussssh… .
Dalam satu gerakan, Amora berhasil nangkring diatas pohon yang berada tepat di samping kamar yang Marques Boryet sewa.
Melihat tak ada yang mencurigai pergerakannya, Amora pun segera naik ke atas atap dan berlari.
Meloncat dari satu atap rumah ke atap rumah yang lain hingga kedua kakinya tiba di kediaman Gilbert.
Namun, baru saja kakinya mendarat, puluhan pedang tajam tiba-tiba mengarah kepadanya.
Ternyata, sepuluh menit sebelumnya, Viscountess Sabrina yang merasakan hatinya tak tenang dan kepikiran tentang anak keduanya, berjalan menuju kamar Regina.
Begitu tiba, Viscountess Sabrina sedikit resah melihat pintu kamar sang putri sedikit terbuka sehingga diapun berjalan secara perlahan, masuk kedalam kamar dan berniat akan memberi Rosa hukuman akan keteledorannya hingga membuat kamar Regina terbuka di malam hari.
Viscountess Sabrina yang merasa kekosongan didalam kamar pun segera menyalakan lilin untuk memastikan dugaanya.
Melihat ranjang Regina kosong, Viscountess Sabrina pun mencoba mencari keberadaan sang anak didalam kamar mandi, namun hasilnya nihil.
Seluruh ruangan yang ada dalam kamar Regina sudah Viscountess Sabrina jelajahi. Bahkan wanita paruh baya itu juga mengecek ruang pribadi sang putri, tapi sosok cantik putrinya sama sekali tak terlihat.
Bahkan, Rosa juga turut menghilang dari kamarnya, membuat Viscountess Sabrina panik dan berteriak membangunkan semua pelayan yang ada dalam kediaman.
Kehebohan dikediaman Gilbert pun terjadi begitu setiap sudut tempat di mansion, tak menemukan sosok Regina.
Bahkan, Amora juga turut menghilang, membuat kepanikan melanda kediaman Gilbert.
Lucius yang hendak membawa beberapa pengawal dari kediaman untuk mencari keberadaan kedua adiknya diluar kediaman mengurungkan niatnya ketika penjaga tembok belakang kediaman melaporkan seorang penyusup yang masuk kedalam kediaman.
Dan disinilah Lucius dan semua pengawal, dihalaman belakang dengan Amora yang berlutut ditanah sambil mengendong Regina yang tampak bingung setelah sadar dari pingsannya.
Oscar memang tak memberikan Regina obat bius yang terlalu kuat agar gadis itu terbangun ditengah-tengah permainan panas yang telah dia siapkan.
Begitu para pengawal memastikan jika keduanya merupakan nona muda kediaman Gilbert, Regina dan Amora pun segara dibawah kedalan rumah.
Ruang keluarga kediaman Gilbert memiliki atmosfer panas begitu Amora dan Regina dibawah keruang keluarga dimana sang tuan rumah menunggu mereka.
Sang Viscount berdiri menjulang didepan kedua putrinya yang duduk bersimpuh dilantai.
Netra merahnya menyala penuh amarah hingga elemen api yang dalam tubuhnya terpecik keluar.
Jika saja sang istri tak menggenggam satu lengannya, mungkin kedua gadis yang bersimpuh dihadapannya telah menjadi abu.
"Ayah, tenangkan dirimu. Mereka pasti memiliki alasan kuat kenapa berkeliaran diluar kediaman tengah malam seperti ini",ucap Lucius bijak.
Viscount Alexander yang melihat jika ini kali pertama putri keduanya melanggar aturan, sedikit melunak.
"Benar suamiku. Aku rasa, Regina pasti memiliki alasan yang masuk akal", ujar Viscountess Sabrina, berusaha mengalihkan perhatian sang suami dari Amora dan fokus pada Regina agar emosi Viscount Alexander tak kembali naik meski dia merasa jika kelakuan buruk Regina malam ini ada hubungannya dengan si bungsu.