Fauzia seorang gadis desa yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan bersama sahabatnya Tantri, namun berjalannya hari dia harus di hadapkan dengan seorang pria keturunan konglomerat yang merupakan sahabat dari bos tempatnya bekerja yang bernama Adrian Riyan Pramuka. Dia di rumor kan menjadi selingkuhan dari Adrian namun berita itu malah membuat dirinya semakin dekat bahkan keluarga dari Adrian menerimanya dengan baik membuat Adrian harus rela menerima keputusan keluarganya untuk menjadikan Fauzia sebagai calon tunangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar rencana pertunangan.
Zia, Shayan dan Ali duduk di ruang tamu menunggu kepulangan Adrian. Tak lama Adrian datang dan di kaget saat melihat sang adik Shayan ada di rumah Zia.
"Kak" ucap Shayan.
"Ngapain lo kemari? " tanya Adrian dengan nada dingin.
"Nganterin dia lah, pak Mama sakit jadi aku yang anterin dia karena bang Kevin bingung harus nyuruh siapa" jawab Shayan menjelaskan.
"Kepingin ngomong apa saja sama kamu? " tanya Adrian memastikan.
"Dia cuman bilang kalau Ali ini calon adik ipar kakak" jawab Shayan.
Adrian melirik Zia lalu menarik Zia ke belakang.
"Ada apa sih pak? " tanya Zia.
"Kamu jangan cerita dulu kalau kita ini udah nikah" jawab Adrian melarang Zia memberitahu sang adik.
"Gak akan, lagian aku tau diri" balas Zia dengan jutek lalu kembali lagi menemui Shayan.
Adrian dia cuman bisa membuang nafas kasar karena jika sang adik tau rencana dia ngerjain sang papa bakal gagal.
"Jadi waktu kejadian malam itu kamu tau siapa aku? " tanya Zia pada Shayan.
"Iya, makanya kenapa gue tolongin lo, karena lo calon tunangan kakak Adrian. Cuman malam itu aku juga aga heran kenapa lo bisa jalan sama si Galih" jawab Shayan.
"Em.. karena hari itu aku belum resmi dekat sama dia" jawab Zia berbohong.
Shayan tersenyum karena dia tau jika Zia berbohong.
"Gue tau kok, kalau berita itu yang buat papa jadi wajar kalau lo masih jalan sama cowok lain karena kalian memang tidak ada hubungan apa-apa" ucap Shayan tersenyum.
"Bokap tau lo kemari? " tanya Adrian yang muncul dari belakang.
"Engga lah, kalau tau dia pasti ikut" jawab Shayan.
"Ya udah lo istirahat dulu" ucap Adrian.
"Ayo bang, istirahat di kamar Ali aja" ajak Ali dan Shayan pun mengikutinya.
Zia melirik Adrian membuat Adrian bingung.
"Kenapa? " tanya Adrian.
"Malam ini bapak tidur di ruang tamu karena gak mungkin tidur di kamar ku" jawab Zia.
"Kenapa? "
"Kalau bapak masuk kamar ku nanti adik bapak curiga" jawab Zia lalu pergi sambil tersenyum.
Adrian hanya bisa pasrah karena apa yang di ucapkan Zia ada benarnya.
Malam nya Zia membereskan bajunya yang akan di bawa ke kota karena besok dia harus kembali ke kota lagi walau dengan perasaan berat karena dia harus kembali tanpa Tantri. Amanda yang datang dan membantu Zia ikut sedih karena melihat sepupunya ini sedih.
"Kamu jangan sedih, nanti aku akan temani kamu sepulang dari jalan-jalan" ucap Amanda.
Zia pun duduk lalu berkata "aku bingung setelah sampai di sana lalu mulai bekerja lagi aku gak tega melihat bang Kevin".
" Ya udah kamu gak usah kerja di situ lagi biar nanti aku carikan kamu pekerjaan lain"ucap Amanda.
"Kalau aku gak kerja aku makan dari mana? " tanya Zia.
"Lah kan ada Adrian yang bertanggung jawab sama kamu, kamu istrinya lo gak mungkin dia biarin kamu kesusahan" ujar Amanda.
"Gak enak lah, walau di mata semua orang sini aku istri Adrian tapi di kota aku bukan siapa-siapa nya" balas Zia.
"Zia walau orang kota gak tau jika kamu istrinya Adrian tapi Adrian tetap harus bertanggung jawab atas kamu" ucap Amanda tegas.
Zia pun terdiam namun tiba-tiba Adrian masuk lalu berkata "Kevin minta kamu gak usah masuk kerja lagi di restoran, tapi kamu tetap harus kembali ke kota karena sekarang kamu tanggung jawab aku".
" Kenapa bang Kevin melarang aku kerja lagi? "tanya Zia.
" Dia merasa jika melihat kamu dia sulit untuk melupakan Tantri"jawab Adrian.
"Tapi.. " ucapan Zia terputus.
"Udah gak usah banyak tapi sekarang kamu ikut aku setelah di sana nanti kamu bisa cari kerja lagi, kalau gak kerja juga aku bisa membiayai kamu" ujar Adrian.
Zia pun tidak berkata apa-apa lagi namun dia merasa sedih karena di berhentikan begitu saja oleh Kevin. Amanda yang melihat itu dia langsung merangkul Zia. Adrian dia hanya bisa diam saja namun dia tau apa yang ada dalam pikirannya dia pasti menghawatirkan keluarganya. Adrian pun ke luar lalu menemui sang ibu dan mengajaknya bicara.
"Apa yang mau nak Adrian bicarakan? " tanya sang ibu.
"Em.. maaf ni ya bu, kalau aku boleh tau Zia suka ngirim uang berapa setiap bulan? " tanya Adrian.
"Dua juta dan itu sudah lebih dari cukup buat ibu karena bapak masih kerja" jawab sang ibu.
Adrian terdiam karena bagi dia uang segitu tidak terlalu besar.
"Nak Adrian kenapa menanyakan itu? " tanya sang ibu.
"Gak apa-apa bu" jawab Adrian.
"Nak Adrian mau melarang Zia untuk tidak bekerja lagi? " tanya sang ibu.
Adrian dia hanya tersenyum.
"Ibu senang kalau nak Adrian melarang Zia untuk bekerja karena sebagai istri lebih baik di rumah" ucap sang ibu membuat Adrian kaget.
"Kalau Zia tidak bekerja dia gak bisa ngasih ibu uang" ucap Adrian.
"Ibu gak masalah yang penting Zia bahagia karena bapak masih sanggup membiayai sekolah Ali dan untuk makan sehari-hari" jawab ibu membuat Adrian terkejut karena ternyata sang mertua tidak berharap anaknya selalu memberi uang.
"Sudah malam nak Adrian segera tidur, ibu juga sudah ngantuk" ucap sang ibu lalu beranjak dan masuk kamar.
Adrian membaringkan tubuhnya di kursi ruang tamu dan dia memikirkan ucapan sang ibu yang tidak bergantung pada sang anak.
Besoknya Adrian dan Zia sudah siap untuk kembali ke kota dan mereka pun pamitan pada orang tuanya dengan rasa sedih Zia berusaha menutupinya karena dia gak mau jika kedua orang tuanya tau jika dirinya sangat sedih dan banyak pikiran.
Zia pun masuk mobil dan dia langsung menangis karena harus berpisah dengan kedua orang tuanya dan kali ke kota tanpa sang sahabat Tantri. Adrian yang melihat itu dia hanya diam saja karena dia bingung harus bagaimana.
Sepanjang Jalan dia tertidur karena matanya perih habis menangis.
"Kakak suka sama dia? " tanya Shayan pada Adrian.
"Belum sih, cuman gue merasa bertanggung jawab saja sama dia untuk saat ini" jawab Adrian.
"Ya dia kan calon tunangan kakak ya wajar kakak merasa bertanggung jawab apa lagi papa saat kakak pulang akan langsung mengumumkan tanggal pertunangan kalian" beritahu Shayan membuat Adrian terkejut.
"Serius lo? ".
" Iya kemarin papa sudah bicara sama mama dan menyuruh mama mempersiapkan semuanya"jawab Shayan membuat Adrian semakin terkejut.
Adrian heran dengan sang papa yang seenaknya membuat keputusan tanpa ada bertanya dulu sama dirinya bahkan Zia pun tidak tau apa-apa.