NovelToon NovelToon
DiJadikan Budak Mafia Tampan

DiJadikan Budak Mafia Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Balas Dendam / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta Terlarang / Roman-Angst Mafia
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: SelsaAulia

Milea, Gadis yang tak tahu apa-apa menjadi sasaran empuk gio untuk membalas dendam pada Alessandro , kakak kandung Milea.
Alessandro dianggap menjadi penyebab kecacatan otak pada adik Gio. Maka dari itu, Gio akan melakukan hal yang sama pada Milea agar Alessandro merasakan apa yang di rasakan nya selama ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SelsaAulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Milea tersentak bangun, kepala berdenyut-denyut seperti dipalu, tubuhnya remuk redam. Kali ini, bukan sekadar lelah; ia benar-benar tak berdaya, seluruh tubuhnya terasa lumpuh.

Sesuatu yang hangat dan lengket membasahi pahanya. Dengan tangan gemetar, ia meraba, merasakan tekstur basah yang mengerikan. Darah. "Darah?" gumamnya, suara serak dan nyaris tak terdengar. "Ini belum waktunya… kenapa sakit sekali?" Perut bagian bawahnya terasa seperti diiris-iris, nyeri menusuk yang membuatnya meringkuk kesakitan.

Tok… tok… tok…

Ketukan pintu terdengar, menambah kepanikannya. "Masuk!" teriaknya, suaranya bergetar, karena ia tak sanggup bergerak sedikit pun untuk membukanya.

Susi masuk, membawa nampan berisi makanan yang kini tampak begitu tak berarti.

"Susi… perutku… perutku sakit sekali…" Kalimat itu terputus. Pandangan Milea menggelap, tubuhnya lemas, tangannya jatuh ke lantai, meninggalkan jejak merah yang mengerikan.

"Nona! Astaga… darah… itu darah!" Susi menjerit, panik. Ia berlari tergesa-gesa menuju ruang kerja Gio, jantungnya berdebar-debar seperti drum perang. Ketukan pintu yang keras diiringi teriakannya menggema di rumah besar itu.

"Ada apa? Kau berisik sekali!" Gio membentak, membukakan pintu dengan wajah kesal.

"Nona Milea… Tuan… dia… dia tak sadarkan diri!" Susi, dengan napas tersengal-sengal, menceritakan apa yang terjadi. Ketakutannya masih terasa, namun ia harus tetap tegar.

Tak ada jawaban dari Gio. Ia berlari menuruni anak tangga, langkahnya terburu-buru, penuh kecemasan. Melihat noda darah di tangan Milea, jantungnya seakan berhenti berdetak. "Milea!" pekiknya, panik.

Dengan tangan gemetar, ia menekan tombol darurat di samping ranjang, memberikan instruksi kepada anak buahnya untuk menyiapkan mobil secepat mungkin. Tanpa ragu, ia membantu Milea mengenakan pakaian, lalu menggendongnya dengan hati-hati, tubuh Milea terasa sangat ringan, seakan terbuat dari bulu. Dengan langkah tergesa-gesa, ia membawanya ke mobil, berharap pertolongan segera datang.

*

*

*

"Jangan terlalu bersemangat, kawan," kata Sean, dokter sekaligus teman lama Gio, suaranya terdengar tenang namun sarat peringatan. "Dia masih belum terbiasa, ini pertama kalinya baginya, kan?" Sean menatap Gio, matanya mencerminkan kekhawatiran.

Gio menghela napas, kerutan di dahinya semakin dalam. "Hmm, aku tahu… tapi apa dia benar-benar baik-baik saja?" Kecemasan masih mencengkeram hatinya. Ia tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

Sean menepuk bahu Gio, memberikan sedikit ketenangan. "Dia akan baik-baik saja asal dirawat dengan baik. Ingat, jangan melakukan hubungan intim selama satu minggu ke depan. Aku akan meresepkan obat untuk mempercepat penyembuhan lukanya." Nada Sean tegas, tak ada ruang untuk tawar-menawar.

"Terima kasih, Sean," ucap Gio, suaranya sedikit serak. Ia merasa lega mendengar penjelasan Sean, namun beban di hatinya masih terasa berat. "Aku akan kembali ke ruangan untuk menjenguknya."

Gio melangkah keluar dari ruangan pribadi Sean, langkahnya terasa berat. Bayangan wajah Milea yang pucat masih terbayang jelas di benaknya. Ia harus menjaga Milea, memastikan Milea benar-benar pulih. Satu minggu… Ia harus bersabar. Harus.

Cahaya redup lampu kamar rumah sakit membasahi wajah pucat Milea. Gio duduk di kursi sebelah ranjang, tangannya tergenggam erat, jari-jari mereka saling bertaut. Senyum getir terukir di bibirnya, menyaksikan gadis itu yang terbaring lemah. Detik-detik terasa begitu panjang, hening hanya diiringi bunyi detak jam dinding yang berdetak nyaring.

Kemudian, kelopak mata Milea berkedip pelan. Perlahan, seperti bunga yang baru mekar, matanya terbuka. Pandangannya masih kabur, namun yang pertama kali dilihatnya adalah wajah Gio yang penuh kelembutan dan kekhawatiran.

"Aku... di mana?" bisik Milea, suaranya serak, lemah. Pertanyaan itu keluar seperti embun pagi yang dingin.

Gio meraih tangan Milea, jemarinya membelai lembut punggung tangan gadis itu. "Di rumah sakit," jawabnya, suaranya lembut, penuh kasih sayang. "Berbaringlah, jangan banyak bergerak. Malam ini kita menginap di sini. Besok pagi kita pulang ke mansion."

Milea hanya menatapnya, tatapannya kosong, seakan masih bergulat dengan rasa sakit yang belum sepenuhnya hilang. Pandangannya kemudian beralih ke luar jendela, menatap kota J yang tampak begitu jauh dari tempat tidurnya. Kota yang menyimpan begitu banyak kenangan, baik suka maupun duka.

Gio mengambil nampan berisi bubur ayam hangat yang masih mengepulkan uap. Dengan telaten, ia mengaduk bubur itu perlahan, meniupnya agar tidak terlalu panas. Aroma harum jahe dan ayam terasa menenangkan.

"Makan dulu, ya," pinta Gio, suaranya masih lembut. "Lalu minum obat." Tangannya terulur, menyuapi Milea dengan lembut. "Aaaa..." Gio memperagakan membuka mulut, gerakannya penuh kesabaran.

Milea membuka mulutnya, meskipun terasa berat. Ia memaksakan diri untuk makan, untuk mendapatkan kembali kekuatannya.

Keraguan menggerogoti hati Milea. Sikap Gio yang berubah drastis bagai badai yang tiba-tiba reda, meninggalkan keheningan yang mencekam.

 Tadi siang, bayangan tangan kasar Gio masih terasa menyayat kulitnya. Namun kini, sentuhan lembut di tangannya, suapan bubur hangat yang terasa begitu manis, membuatnya tercengang. Apakah ini jebakan? Apakah ini hanya sandiwara?

"Aku hanya tawanan," bisik hati Milea, kata-kata itu menusuk kalbu, dingin dan menyakitkan. "Aku hanya pelampiasan dendamnya, aku hanya budaknya." Kenyataan pahit itu ia ulang-ulang dalam hati, sebuah mantra untuk menahan diri dari arus emosi yang mulai mengombang-ambingkan perasaannya.

Setiap suapan bubur yang Gio berikan terasa seperti pisau yang menusuk-nusuk hatinya. Kelembutan Gio bagaikan selubung halus yang menutupi kekejaman yang tersimpan di baliknya. Milea bisa merasakannya, di balik senyum Gio yang tampak tulus itu, tersembunyi sesuatu yang gelap dan berbahaya.

Bayangan siksaan yang akan datang kembali menghantui pikirannya. Ia tahu, ini hanya sementara. Kelembutan ini hanyalah selingan, sebelum badai amarah Gio kembali menerjang. Ia harus tetap waspada, harus tetap menjaga jarak, agar tidak terlalu larut dalam ilusi yang dibangun Gio.

Milea memejamkan mata, mencoba untuk tetap tegar di tengah badai emosi yang menerpanya.

Setelah bubur hangat dan obat penenang masuk ke dalam tubuhnya, rasa kantuk mulai menghampiri Milea. Gio telah pergi, meninggalkan kamar yang sunyi. Ke mana dia pergi? Milea tak tahu, dan jujur saja, dia tak peduli. Yang penting, untuk saat ini, ia bisa beristirahat.

Pandangan Milea terpaku pada detail-detail kamar rumah sakit itu. Bukan sembarang kamar, ini jelas ruangan VIP. Kemewahan terpancar dari setiap sudut ruangan; dari kain linen lembut yang membalut tempat tidurnya, hingga aroma terapi yang menenangkan. Semua terasa begitu mahal, begitu berkelas.

Milea menarik napas panjang, menghirup aroma lavender yang menenangkan. Ini sungguh kontras dengan hidupnya yang sebelumnya.

Ia memejamkan mata, mencoba untuk melupakan sejenak kenyataan pahit yang membelenggu. Namun, bayangan wajah Gio, baik saat ia bersikap kejam maupun lembut, masih berputar-putar di kepalanya.

Tidur terasa seperti pelarian, tempat ia bisa menghindar dari realita yang begitu menyakitkan. Tapi, apakah tidur bisa benar-benar menyembuhkan lukanya? Milea meragukannya. Ia hanya berharap, tidur akan membawanya ke tempat yang lebih tenang, tempat di mana ia bisa menemukan sedikit kedamaian di tengah badai hidupnya.

1
it's me NF
lanjut... 💪💪
Siti Hadijah
awalnya cukup bagus,, semoga terus bagus ke ujungnya ❤️
SelsaAulia: terimakasih kaka, support terus ya ☺️❤️
total 1 replies
Elaro Veyrin
aku mampir kak,karya pertama bagus banget dan rapi penulisannya
SelsaAulia: terimakasih kaka
total 1 replies
Surga Dunia
lanjuttt
Theodora
Lanjut thor!!
Surga Dunia
keren
Theodora
Haii author, aku mampir nih. Novelnya rapi enak dibaca.. aku udah subs dan like tiap chapternya. Ditunggu ya update2nya. Kalau berkenan mampir juga yuk di novelku.
Semangat terus kak 💪
SelsaAulia: makasih kakak udh mampir 🥰
total 1 replies
✧༺▓oadaingg ▓ ༻✧
karya pertama tapi penulis rapi bget
di tunggu back nya 🥰
SelsaAulia: aaaa.. terimakasih udah mampir☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!