Apa mungkin gadis kaya itu mencintai pria miskin sepertiku dengan tulus?
Namaku Aditya Pratama, aku adalah seorang musisi jalanan yang setiap hari harus menjajakan suaraku untuk mencari nafkah.
Aku lahir dan besar di Bandung, sudah setahun ini aku merantau di Ibukota untuk mencari pekerjaan agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi Ibu dan juga Adikku.
Malang betul nasibku, setahun sudah berlalu sejak pertama aku datang ke kota ini, tapi aku belum juga mendapatkan pekerjaan dan akhirnya aku harus tetap mengamen untuk menyambung hidup.
Dalam pekerjaanku tak jarang pula aku menghibur sepasang kekasih dengan suaraku, menyanyikan lagu-lagu cinta untuk mereka.
Tanpa pernah berpikir bagaimana dengan kehidupan cintaku sendiri, selama ini aku memang tak pernah memikirkan hal itu, saat ini yang terpenting bagiku adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghidupi Ibu dan Adikku.
Tapi semua itu berubah semenjak aku mengenal seorang gadis bernama Riri, gadis cantik dan kaya raya anak pengusaha ternama dan sukses di negeri ini.
Apakah mungkin gadis populer, cantik dan juga kaya raya sepertinya mencintaiku yang hanya seorang pengamen jalanan.
UPDATE SETIAP HARI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Aditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sahabat
Keesokan harinya di pemakaman, Aku, Riri, Bi Eha dan Pak Iwan mengantarkan Almarhum ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Dada ini masih saja terasa sakit, sampai saat ini aku masih tidak percaya bahwa sahabatku telah tiada, aku berharap ini mimpi dan bisa cepat terbangun.
Namun ternyata inilah kenyataannya, kenyataan pahit yang mau tidak mau harus kuterima, kini di hadapanku sahabat terbaikku tengah berpulang, banyak air mata terjatuh pada hari kepergiannya, termasuk air mataku.
Dan sesekali memory kenangan Indah terlintas di kepalaku, memory antara aku dan sahabat terbaikku, Riri selalu berdiri di sampingku, selalu menguatkan aku, karena dia tahu seberharga apa Udin untukku.
Pemakaman telah selesai dan satu persatu orang mulai meninggalkan area tersebut.
"Kalian duluan aja nanti aku nyusul." Kataku kepada mereka.
Akhirnya Pak Iwan dan Bi Eha pun meninggalkanku kecuali Riri yang terus berdiri disampingku.
"Sayang udah ya kamu harus ikhlas karena semua ini sudah ada yang mengatur." Ucap Riri.
"Andai saja hari itu aku tidak menghubungi dan meminta bantuannya, pastinya saat ini dia masih ada disini, masih tertawa bersamaku."
"Ini bukan salah Adit kok, ini semua kehendak Tuhan."
Aku hanya bisa tertunduk mendengar ucapan Riri lalu perlahan beranjak dari Area pemakaman itu.
Sepanjang perjalanan hingga sampai dikontrakan aku diam tak berkata apapun.
"Adit makan ya, dari kemarin Adit belum makan lho, nanti Adit sakit."
"Aku nggak laper Ri."
"Adit makan ya, sini Riri suapin." Kata Riri Sambil memegang makanan dan hendak menyuapiku.
"Dibilang aku ngga laper, kamu ngerti nggak sih." Akupun menepis tangan Riri hingga membuat makanan itu terjatuh.
Kemudian Riri memelukku sambil menangis.
"Adit jangan begini, saat ini yang sedih dan merasa kehilangan bukan cuma Adit, aku juga kehilangan, walaupun aku belum mengenal Bang Udin selama kamu tapi ia juga sahabat aku."
"Tapi ini semua salahku Ri...Salahku...Aku yang menyuruhnya datang ke tempat itu....Aku."
"Cukup Dit, jangan siksa diri kamu dengan terus merasa bersalah, ini semua sudah takdir."
Lalu aku pun melepaskan pelukan Riri.
"Maaf Ri aku lagi pengen sendiri, sekarang kamu pulang ya."
Mungkin karena sangat mengerti perasaanku tanpa banyak bicara kemudian Riri pamit pulang untuk membiarkan aku sendiri.
Malam itu kumatikan semua lampu dan menyendiri di kamar kontrakanku, sementara ponselku masih saja terus berbunyi entah berapa puluh kali panggilan dan pesan dari Riri yang sama sekali tak kubaca.
Satu jam kemudian Riri datang kembali ke kontrakanku, dia terus mengetuk pintu tapi tidak kubuka, aku berharap malam ini dia mengira aku sudah tertidur lalu membuatnya pulang.
"Adiiiit...Adiiiit jangan begini dong sama Riri, mau sampai kapan Adit nyiksa diri sendiri kayak gini." Ucap Riri sambil terus mengetuk pintu kontrakanku.
"Ya udah kalo emang nggak mau ketemu Riri dulu nggak apa-apa kok Riri ngerti, tapi Adit makan ya, ini makanan nya Ri taruh depan pintu ya." Kemudian Riri pun pergi setelah meletakan makanan di depan kontrakanku.
Sungguh tak ada rasa lapar maupun haus yang kurasakan saat ini, hanya rasa sedih dan menyesal yang menyelimuti hatiku.
Paginya Riri kembali lagi membawakan sarapan pagi untukku.
"Diiiit udah dong jangan gini terus, ini Riri bawa makanan kesukaan kamu, makan dulu ya, kamu belum makan kan, makanan yang Riri bawa semalam pun masih utuh disini."
Tak lama Terdengar suara Riri yang sepertinya sedang mengobrol dengan seorang wanita.
"Dit ini ada Ibunya Bang Udin mau bawa barang-barangnya Bang Udin pulang katanya, kunci kontrakannya di kamu kan?"
Seketika aku pun teringat pesan terakhir Udin untuk memberikan barang yang belum sempat dia berikan pada Ibunya.
Lalu aku membuka pintu kontrakanku dan mengajak mereka masuk ke kontrakan Udin.
Setelah membantu merapikan barang-barang Udin kemudian akupun memeriksa laci lemari Udin, di sana terdapat sebuah foto dan amplop kecil.
Setelah kulihat foto tersebut ternyata itu adalah foto kami berdua dengan tulisan dibelakangnya.
kemudian aku meminta izin kepada Ibunya untuk membaca tulisan di balik foto tersebut yang bertuliskan...
BU INI LHO FOTO SAHABATKU YANG KEMARIN KUCERITAKAN..
NAMANYA ADIT..DIA SAHABAT BAIKKU, YANG SELALU MENOLONGKU SAAT AKU SUSAH.. DI FOTO INI MUKANYA MEMANG TERLIHAT SANGAT MENYEBALKAN TETAPI ASLINYA HATINYA SANGAT BAIK..
IBU INGAT KAN DULU UDIN KABUR DARI RUMAH KARENA UDIN MALU SETELAH IBU TAHU PEKERJAAN UDIN ADALAH PENCOPET..
ADIT INI YANG SELALU MENASEHATIKU AGAR MENINGGALKAN PEKERJAAN ITU.. DAN AKHIRNYA DUA BULAN LALU AKU MEMUTUSKAN UNTUK MENCARI PEKERJAAN YANG HALAL...
SEKARANG AKU BEKERJA DI TERMINAL MEMBAWAKAN BARANG BAWAAN PENUMPANG..
GAJINYA MEMANG KECIL TAPI ITU HASIL KERINGAT UDIN SENDIRI,BAHKAN UDIN PUN BELUM SEMPAT UNTUK BERCERITA PADANYA TENTANG PEKERJAANKU INI..
LAIN KALI PASTI UDIN MENGENALKANNYA PADA IBU..
BERSAMA FOTO INI UDIN KIRIMKAN HADIAH UNTUK IBU,TIDAK MAHAL MEMANG TAPI UDIN HARAP IBU SUKA....
ANAKMU... UDIN.
Setelah itu lalu Ibu Udin membuka amplop kecil yang kutemukan bersama foto tersebut, yang ternyata isinya adalah sebuah kalung emas.
Air mata Ibu Udin pun menetes.
"Nak Adit kemarin waktu ibu sakit dia datang menjenguk ibu, dia terus bercerita tentang kamu, terlebih lagi cerita perjalanan kalian bertiga ke Bandung, dia terlihat sangat senang, sudah lama Ibu tidak melihatnya sesenang itu."
"Dan tadi ibu sudah dengar cerita bahwa kamu sangat terpukul dan belum merelakan kepergiannya."
"Relakan dia nak, ini semua sudah kehendak Tuhan yang maha esa, tidak ada yang patut untuk di salahkan, ibu pun sudah mengikhlaskan kepergiannya."
Tak lama kemudian Ibu Udin pun pamit untuk pulang dan tinggalah aku dan Riri disana.
"Tuh denger Dit, kamu harus ikhlas, sekarang kamu makan ya, aku suapin." Ujar Riri.
"Iya Ri maafin aku ya aku jadi jahat sama kamu."
"Nggak apa-apa kok sayang, aku ngerti, siapapun orangnya jika kehilangan orang yang dia sayangi secara tiba-tiba pasti akan terpukul."
"Makasih ya kamu selalu ada buat aku selalu menemaniku di saat aku terpuruk."
"Iyaaa Dit, aku kan pacar kamu, sekarang buka mulutnya ya." Kata Riri sambil mencoba menyuapiku.
Akhirnya hatiku terasa tenang dan sesak yang kurasakan sebelumnya perlahan menghilang setelah bertemu dengan ibunda Udin.
Dan pada malam harinya saat aku tertidur aku bermimpi Udin datang kedalam mimpiku.
di dalam mimpi itu dia hanya tersenyum kepadaku, wajahnya sangat cerah dan bersinar, dia melambaikan tangannya dan kemudian pergi meninggalkanku, mungkin itu adalah salam perpisahan darinya.
Selamat tinggal sahabat..Aku akan mengingatmu selamanya... Semoga engkau tenang di alam sana.
ceritanya...👍👍👍👍
tapi gw support banget dengan karya lu bg, walau banyak yg bilang mutar mutar tapi gw suka, spesifikasi dari setiap aktor nya jelas dan dapet, jadi bisa memahami hampir seluruh peran yang di bicarakan, dan menurut gw itu sih adrenalin banget.
lupain aja kata orang, mereka belum pernah baca novel one piece, dan lainnya kali lebih panjang dan blibet di tambah flashback nya wkwk
the best, gw support lu