Pernikahan kami memang tidak semestinya terjadi, sebab aku tidak mencintai istriku. Tapi perjodohan dari keluarga membuatku tidak bisa menolak pernikahan kami.
Hidup satu atap dengan wanita yang tidak aku cintai sama sekali bukanlah hal mudah. Aku selalu bersikap acuh padanya. Sekali pun ia selalu berusaha melakukan yang terbaik untukku. Dan semua itu tidaklah berakhir dengan baik.
Mita Gladizia, gadis manja dari keluarga kaya raya sama sepertiku harus berusaha keras mencuri perhatianku dengan melakukan segala hal sendiri. Bukan membuatku tersentuh, justru semakin membuat kepalaku ingin pecah karena kekacauan yang selalu ia timbulkan.
Selama pernikahan ia terus membuktikan jika dirinya bisa menjadi yang terbaik, namun aku tidak bisa percaya hal itu.
Mampukah Mita membuktikan pada Yazid jika dirinya bisa menjadi seorang istri yang idaman? Apakah Mita berhasil meluluhkan kerasnya sikap Yazid?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marina Monalisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegugupan Mita
Sore hari ketika langit sudah berubah warna menjadi orange, sepasang mata milik Mita terbuka perlahan. Silau di wajahnya kala terpancar sinar mentari sore itu membuatnya terbangun dari tidur panjang. Di sampingnya sang suami tersenyum menatapnya. Sementara di depan sana pemandangan vila yang begitu asri memanjakan mata kantuk itu.
"Kita sudah sampai istriku." ujar Yazid yang mematikan mesin mobil.
"Apa kita baru sampai?" tanya Mita yang tidak sadar kapan mobil itu berhetinya.
"Dari setengah jam lalu kita sudah sampai. Tapi, aku takut membuatmu bangun makanya aku tungguin sampai bangun dulu."
Bahagia tak terkira rasanya Mita mendengar ucapan sang suami. Meski hanya kata-kata sederhana namun begitu berarti baginya. Bagi seorang istri yang benar-benar memperjuangkan hati sang suami. Entah sadar atau tidak Mita dengan wajah tersenyum bahagianya sontak memeluk tubuh sang suami. Ia mencium pipi Yazid dan berlari keluar vila. Senyuman wanita itu terus mengembang hingga memasuki vila yang sudah ia yakini adalah milik keluarga sang suami. Untuk pertama kalinya Yazid melihat tingkah sang istri sampai membuatnya geleng kepala saat ini. Namun, senyuman di bibirnya pun juga terlihat mengembang meski tak selebar senyuman Mita.
"Kak, aku nggak mau masak kali ini yah?" tanya Mita ketika tiba keduanya di kamar yang begitu luas dengan pemandangan langsung mengarah ke gunung yang begitu indah.
"Kenapa?" tanya Yazid heran. Ada perasaan senang dan tidak secara bersamaan ia rasakan. Senang sebab tak perlu susah payah menghabiskan masakan sang istri. Dan tidak ketika membayangkan makanan yang tidak enak itu sudah lama ia tak memakannya. Rindu tentu Yazid rasakan. Menahan gejolak ingin muntah namun harus tetap memakannya.
Mita menunduk memajukan bibirnya. "Aku nggak mau rusak suasana bahagia kita dengan makanan yang nggak enak itu." jawabnya sadar akan masakan yang ia bikin untuk sang suami sangat tak enak untuk di makan.
Yazid tersenyum lagi-lagi mendengar ucapan sang istri. Ia mendekat dan mengusap kepala istrinya. Meski tubuhnya merasakan desiran yang begitu kuat namun ia tetap ingin memulai semuanya dengan baik. Malam tentu waktu yang ia pilih untuk saling melengkapi status mereka sebagai suami istri.
"Masaklah, Mit. Kakak rindu masakan gado-gadomu itu." kening Mta pun mengerut dalam mendengar ucapan sang suami.
"Kok gado-gado kak?"
"Iya kan gado-gado rasanya campur-campur soalnya."
Mita nampak menghela napas kasar. Ia pun bergegas menuju dapur meski kesal mendengar ejekan sang suami. Kali ini ia memilih membuat salad buah saja. Yazid menunggu di dalam kamar dengan memainkan ponselnya. Hingga lima belas menit berlalu akhirnya Mita sampai pada tahap penyajian salad buah hasil buatannya. Senyuman Yazid mengembang kala melihat meja makan terisi dua mangkuk salad. Penataan yang tidak begitu buruk dan cukup manis di lihat.
"Wah seger kayaknya." ujar Yazid.
Keduanya tampak menikmati buah dengan keheningan. Mita masih merasa kaku ketika berhadapan dengan sang suami. Rasanya ia lebih terbiasa dengan sikap Yazid yang kaku dan dingin padanya.
Singkat waktu berputar begitu cepatnya, kini malam harinya suasana vila sudah nampak tenang. Makanan juga sudah di siapkan Mita bersama dengan pelayan yang membantunya. Kali ini ia tak ingin membuat perut Yazid menolak makanan sebab tak ada makanan lain selain di vila mereka saat ini.
Selesai dengan aktifitas mandi malamnya, Mita nampak berdiri lama di depan lemari pakaian. Bingung hendak mengenakan apa di sana tak ada pakaian apa pun selain hem milik Yazid yang ia bawa dari mobil tadi. Di tempat tidur pria itu tersenyum nakal menatapanya saat ini. Mita yang tersenyum kikuk saat bertatapan dengan sang suami sebenarnya tengah berusaha menyembunyikan kegugupannya.
"Aduh kok nggak ada pakaian sama sekali sih? Si bibi mana sudah pulang lagi mau pinjam bajunya." gumam Mita yang tak memiliki cara lain. Entah bagaimana bisa Yazid asal membawanya pergi tanpa memikirkan barang yang harus mereka bawa. Dan hasilnya saat ini Mita tak memakai apa pun selain memakai hem berwarna hitam milik sang suami yang tergantung di lemari. Tanpa dalaman tentunya.
"Kakak!" Suara cempreng Mita berteriak begitu lantang saat membalik tubuh tiba-tiba sosok tinggi sudah berdiri tegap di depannya.
"Kenapa pakai baju?" pertanyaan Yazid membuat Mita gelagapan tak tahu harus menjawab apa.
Padahal mereka menikah sudah lumayan lama, namun suasana keduanya masih seperti pengantin baru saja.
ceritanya bagus 👍👍👍👍
salut untuk author yang berani menghargai wanita (lain) terus berkarya dan tetap semangat
GK sabar lihat Mita segera buka segel nya🤭🤭🤭