pemuda biasa
semua tentang reno
romansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anable, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Sebenarnya Doni cukup yakin bahwa Reno dan Reva tidak mungkin selamat, karena keadaan mereka yang tidak menguntungkan. Reva terjatuh setelah dia menghempaskan tubuhnya, dan Reno yang sudah sangat lemas dan babak belur tidak mungkin bisa selamat dari para babi itu.
"Kalo sampe Reno kenapa napa, gue gabakal pernah lepasin Lo" Ancam Reza tegas.
Lalu dia pergi meninggalkan mereka, Joni mengikutinya dari belakang.
Nina dan Fani masih ingin menanyai Doni soal Reva, jadi dia masih tinggal dan tidak mengikuti Reza.
"Gue gak percaya sama cerita karangan Lo" ujar Nina menatap Doni tajam.
"Lo bakal tau konsekuensi dari apa yang udah Lo lakuin" lanjutnya masih garang.
"Gue gak ngarang cerita Nin,..gue liat dengan mata kepala gue sendiri" Doni masih bersikeras.
"Gue udah ingetin Lo soal ini, Lo harusnya udah tau konsekuensi dari menyinggung keluarga Wijaya,..apalagi Reva itu sangat dimanja sama Om Wijaya" ujar Nina lalu dia menarik tangan Fani dan pergi dari sana.
Doni pun mulai berkeringat dingin, dia tadi tidak sadar jika wanita yang dihempaskannya adalah seorang putri dari seorang Wijaya, taipan yang sangat berpengaruh di kota Jakarta.
"Ckk,..kenapa gue bisa lupa sama latar belakangnya Reva sih" decak Doni dia khawatir kalau keluarga Wijaya akan mengetahui hal yang sebenarnya terjadi.
"Kalian semua, kita balik lagi ke hutan dan cari mereka (Reno dan Reva)" perintah Doni kepada kedua teman dan para preman itu.
" Maaf, tapi kami cuma dibayar untuk memukuli seorang pelajar, kami tidak bisa melakukan tugas ini tanpa ada bayaran lagi" ujar salah satu preman yang tampaknya menjadi ketua mereka.
"Gue bakalan tambahin bayaran kalian, dan juga kalau kalian bisa menemukan mereka gue akan kasih dua kali lipat dari harga perjanjian" ujar Doni yang sepertinya tidak kekurangan uang.
"Maaf kami tidak bisa, setelah memasuki kedalaman hutan, kami menyadari jika tugas ini sedikit beresiko, jadi kami meminta bayaran tiga kali lipat dari perjanjian" ucap preman itu.
"Terserah, gue akan bayar kalian berapapun jika kalian bisa menemukan mereka" ujar Doni yang memang tidak kekurangan uang.
**
**
Reno sekarang sedang berjalan sembari menggendong Reva. Reva dari tadi mencoba untuk mengajak Reno mengobrol, tetapi setiap kali Reva berbicara Reno pasti menjawabnya dengan kata ya,hmm,atau oke.
Hal itu membuat Reva cemberut, dia ingin sekali membentak Reno, tetapi ketika mengingat Reno sudah menyelamatkan nya, dia membuang niat itu jauh jauh.
Hari sudah mulai gelap dan mereka masih berada jauh didalam hutan, Reno sebenarnya tidak terlalu berharap Reva akan mengingat jalan ke kamp, hanya saja, dia juga tidak tau arah jalannya, jadi dia mau tidak mau harus mengikuti instruksi Reva yang katanya hapal jalan.
"Ini kemana Rev?" Tanya Reno ketika dia berada di jalan yang bercabang (dua arah).
"Hmm, kemana ya,..emang tadi kita lewat sini Ren?" Ujar Reva yang malah balik bertanya.
Reno yang mendengar itu menatap Reva dengan curiga, seperti yang dia kira, Reva tidak tau arah jalan pulang.
"Lo itu sebenernya hapal jalannya gak sih" Reno sedikit geram. Dia sudah sangat lelah, dia harus menggendong Reva dan tas besarnya.
"Gu..gue inget kok" Jawab Reva sedikit gugup.
"Yaudah, kalo inget ini kemana kita sekarang" cecar Reno.
"Ke..ke..ke kanan" ujar Reva asal asalan.
Meskipun Reno tau kalau Reva pasti tidak mengingat jalannya, tetapi dia masih mengikuti instruksinya.
Dia pun berjalan ke arah yang ditunjuk Reva.
Selama perjalanan ini Reva terus mengarahkan Reno dengan asal asalan, dan hal itu membuat mereka semakin tersesat.
Hari sudah gelap, dan mereka masih belum sampai ke tempat kamp, terlebih lagi Reno sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan perjalanan, jadi dia memilih untuk beristirahat didalam hutan.
Reno menurunkan Reva dari gendongannya, Reva sebenarnya tidak mau turun dari gendongan Reno, karena dia merasa sangat nyaman ketika Reno menggendongnya. Tetapi ketika melihat Reno yang sepertinya sangat kelelahan dia mau tidak mau harus turun dari gendongan Reno.
Setelah menurunkan Reva, Reno langsung menatapnya dengan tatapan yang kesal. Dan Reva yang menyadari itu langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, dia tidak mau menatap mata Reno sekarang.
"Udah gue duga, Lo gak tau arah jalan ke kamp" cecar Reno langsung.
"Gu..gue tau kok" Reva menjawab tetapi masih tidak mau menatap Reno yang sepertinya sangat kesal terhadapnya.
"Kalo Lo tau, dari tadi kita udah sampe di kamp" Reno sangat kesal karena Reva masih aja pura pura mengetahui jalannya.
"I..itu..apa..emm..gu..gue tau tapi gue cuma lupa" ucap Reva yang membuat Reno semakin kesal.
Reno berdecak kesal. Melepaskan tas besarnya dan berbaring sebentar untuk beristirahat. Setelah istirahat sebentar dia mengeluarkan tenda kecil dari dalam tas nya dan mendirikan tenda itu, selama mendirikan tenda dia sama sekali tidak meminta bantuan Reva karena dia tau jika kaki Reva sedang sakit.
Setelah tenda di dirikan Reno tidak langsung memasuki tenda tetapi dia mencari sedikit kayu bakar lalu membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka, Reno tidak berbicara kepada Reva sedikit pun.
Jadi Reva berpikir jika Reno sedang kesal kepadanya, yah walaupun Reno memang sedikit kesal, tapi dia juga tidak akan memarahi Reva.
Reva yang melihat Reno sedang kesal, dia memutuskan untuk menggodanya.
"Ren" panggilnya kepada Reno.
"Apaan" sahut Reno.
"Gue mau ngomong sama Lo" ujar Reva mulai mendekat kepada Reno.
"Ngomong apaan" Reno tidak bereaksi.
"Gue sebenernya itu tau Jalan ke kamp, cuma gue gak ngarahin Lo kesana karena gue pengen berduaan sama Lo lebih lama" Reva mulai menggoda Reno.
Reno menatapnya intens, dia tidak habis pikir dengan kelakuan Reva yang sepertinya sangat bodoh.
"Buat apa Lo ngelakuin itu" cecar Reno.
"Ya karena gue nyaman sama Lo" Reva tersenyum manis.
"Iya, gue udah tau tujuan Lo, Lo mau bikin gue tertarik sama Lo, habis gue tertarik sama Lo, Lo bakal ngejebak gue lagi, lalu Lo bakal ngasih pelajaran ke gue seperti yang tadi Lo lakuin,..gak, gue gabakal lagi kejebak sama Lo, dan juga setelah kita keluar dari sini, gue harap kita gak pernah berurusan lagi." sarkas Reno dengan mata yang sekarang berubah tajam.
Reva merasakan sakit didalam hatinya ketika Reno mengatakan itu, rasanya seperti hatinya sedang sedang ditikam oleh pisau yang tajam.
"Gak, gue gabakal ngelakuin hal kaya gitu lagi Ren, lagi pula setelah Lo nolongin gue tadi, kita bakal terus berurusan sampe kapanpun" tegas Reva dengan mata yang mulai berkaca kaca.
"Oh jadi maksud Lo, gue tadi mendingan gak nolongin Lo, gitu?" Reno masih menatapnya tajam.
"Oke, kita selesaiin urusan kita sekarang, besok pagi kita bakal pisah, kita masing masing cari jalan ke arah kamp, setelah itu kita gak punya urusan lagi." Reno tegas.
Reva mulai meneteskan air matanya ketika Reno berkata akan meninggalkannya, dengan cepat dia memegang tangan Reno dengan erat.
"Gak Ren,..gue gak mau...hiks..jangan tinggalin gue disini..hiks..gue takut,...Reno gue tau gue salah,..gue juga minta maaf sama Lo,..plis Ren maafin gue" Reva mulai menangis.
Bersambung