"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 17
"Kenapa kamu membawaku ke sini, bukan ke apartemenmu?" tanya Soraya bingung.
"Aku belum ingin pulang ke apartemen. Masih kotor. Biar aku suruh pelayan membersihkan dulu barulah kita ke sana." Roger menjawab tanpa mengalihkan pandangan dari jalan raya.
Mendengar jawaban Roger itu pun, Soraya hanya membulatkan bibir karena memang ia paling tidak suka dengan tempat yang kotor apalagi berserakan. Mobil Roger masuk ke sebuah hotel, dan dengan segera mereka masuk ke kamar yang telah dipesan sebelumnya.
Kedua orang itu tidur dalam satu kamar dengan dua ranjang. Walaupun hubungan mereka sangat dekat dan sering menginap di dalam satu kamar hotel, tetapi mereka selalu tidur di ranjang terpisah. Roger memang tidak ingin menyentuh Soraya sebelum mereka sah menjadi suami-istri.
"Aku lelah sekali," keluh Soraya saat ia sudah merebahkan tubuh di ranjang.
"Mau kupijit?" tawar Roger disertai kekehan.
"Kamu itu selalu bisa diandalkan." Soraya memosisikan diri. Tidur tengkurap dan membiarkan Roger memijit tubuhnya. Saking lembutnya pijatan Roger membuat mata Soraya terpejam.
Akan tetapi, itu hanya sesaat karena ponsel Roger tiba-tiba berdering. Soraya yang hampir terlelap pun segera menoleh ke arah Roger untuk mencari tahu siapa yang sedang menghubungi lelaki itu saat ini.
"Astaga, aku lupa belum memberi tahu kalau besok rapat dimajukan setengah jam," gumam Roger. "Tunggu sebentar."
Roger bangkit berdiri dan meninggalkan Soraya begitu saja karena yang sedang menghubunginya saat ini adalah Nazura. Ketika telah menutup pintu rapat, Roger berjalan menjauhi kamar tempatnya menginap karena khawatir Soraya akan mendengarnya.
"Aku tidak pulang malam ini. Jadi, kamu tidak perlu memasak." Roger berbicara ketus sambil sesekali menoleh ke belakang barangkali ada Soraya di sana. "Tidak perlu banyak bertanya. Aku akan pulang besok sore," imbuhnya.
Setelahnya, Roger pun mematikan panggilan tersebut lalu kembali ke kamarnya sebelum Soraya menaruh curiga kepadanya. Ketika Roger baru saja membuka pintu, Soraya sudah memberikan banyak pertanyaan kepadanya hingga membuat Roger menghela napas panjang. Jika belum dijawab maka wanita itu akan terus saja melayangkan pertanyaan yang begitu menyebalkan baginya. Persis seperti seorang wartawan.
"Kalau kamu tidak percaya, tanya saja kepada asistenku. Bukannya kamu memiliki nomornya? Aku capek banget dan pengen segera tidur." Roger menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dan berusaha memejamkan mata.
Tidak peduli kepada Soraya yang sedang cemberut kesal karena sebenarnya ia ingin menghindar dari pembicaraan yang mungkin bisa membuat Soraya mengetahui semuanya. Soraya pun ikut merebahkan diri di atas ranjangnya dan mereka berdua pun tanpa sadar sama-sama terlelap.
"Na ... Nazura ... jangan pergi, Na."
Soraya mengerjapkan mata perlahan ketika mendengar igauan Roger. Ia menoleh dan melihat lelaki itu masih terlelap dan terus mengigau. Yang membuat wanita itu merasa heran adalah nama yang disebut oleh Roger.
"Nazura siapa? Aku baru pertama kali mendengar namanya." Soraya tidak langsung membangunkan Roger karena ia ingin mendengar lebih lanjut lagi. Barangkali setelah ini ia akan mengetahui siapa sebenarnya Nazura itu.
Namun, sampai cukup lama menunggu, Roger justru diam saja. Hanya tidur lelaki itu yang terlihat tidak tenang. Dengan segera, Soraya membangunkan Roger.
"Astaga. Apa aku mimpi buruk?" tanya Roger. Memijat pelipisnya yang terasa sedikit berdenyut.
"Mana aku tahu." Soraya menjawab setengah kesal. "Kamu hanya memanggil nama Nazura. Siapa wanita itu, Roger?"
Bibir Roger terkatup rapat karena tidak tahu harus menjawab seperti apa. Haruskah ia menjawab yang sejujurnya atau ....
"Kalau kamu tidak mau menjawab yang sejujurnya maka aku tidak akan lagi mau mengenal dirimu," ancam wanita tersebut membuat Roger seketika merasa takut.
"Jangan pergi dariku. Baiklah akan aku katakan padamu kalau Nazura adalah ...." Roger menjeda ucapannya dan menatap Soraya yang terlihat sangat menunggu jawaban darinya. "Istriku."
"Apa!" pekik Soraya hingga membuat tubuh Roger terjengkit karena terkejut. Bahkan, telinganya berdenging dan serasa tuli untuk beberapa saat.
suka nih peran cewe begini