Berniat memberikan koper yang tertukar, Kejora malah dipaksa masuk ke sebuah kamar dan diperkosa oleh pria yang tidak ia kenal. Pria tersebut bernama Nicholas, sosok pria arogan yang tidak suka dengan hujan. Pertemuan pertama mereka harus diawali dengan insiden akibat dari jebakan seseorang.
Khawatir dengan reputasi, Nicholas mendekati Kejora agar tunduk kepadanya. Kejora menolak dengan keras, namun Nicholas dengan beribu cara bisa membuatnya terus terikat. Lewat keterikatan itu Kejora secara mengalir mulai masuk ke kehidupan Nicholas sampai tahu beberapa rahasia besar yang membuat Nicholas mati rasa.
Apa rahasia itu?
Mampukah Kejora terus berada di sisi Nicholas sampai kisah mereka berakhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hannaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah Puas?
"Kau ... tidak mungkin hamil anaknya, kan?"
Kejora terdiam. Sedetik kemudian ia terkekeh sambil menepis tangan menjawab pertanyaan Finn tersebut.
"Tentu tidak. Buktinya aku sekarang biasa-biasa saja, kan?"
Finn diliputi sedikit keraguan. "Aku terlalu berpikiran jauh. Aku hanya khawatir padamu jika saja kau hamil anak pria asing itu."
"Mana mungkin. Hanya satu kali berhubungan tidak mungkin bisa hamil," jawab Kejora diiringi dengan kekehan. Kejora sangat yakin dirinya pasti tidak akan hamil anak pria itu.
"Bisa. Apalagi ketika kalian dalam masa subur." Jawaban Finn membuat Kejora merasa tersudutkan.
Kembali Kejora dibuat takut dengan perkataan Finn. Kejora tidak ingat jelas waktu itu dia ada sedang masa subur atau tidak. Kejora menggeleng, mengusir pikiran buruk. Tidak menyetujui pendapat Finn.
"Tidak. Aku juga tidak mau hamil anaknya. Lagipula dia juga belum diketahui statusnya bagaimana."
"Tapi jika hamil, bagaimana?" tanya Finn serius.
Kejora menatap Finn tanpa berkedip lalu menjawab, "ya, ya, aku akan menggugurkannya. Mudah, kan?"
"Aku setuju. Lagipula dia juga belum tentu mengharapkan anak itu. Bagaimana kalau dia sudah punya tunangan ataupun istri?Pasti dia akan lari dari tanggung jawab. Pria selalu saja begitu, setelah merusak akan kabur tanpa rasa bersalah sedikit pun," ungkap Finn jelas.
Kejora mengamati Finn yang tak kalah menatapnya lekat. Kejora tidak sepenuhnya menyetujui ucapan itu. Nicholas bukan tipe pria yang lari dari tanggung jawab, bahkan pria itu sendiri yang menawarkan diri dan mengajak menikah.
Entah apa motifnya, Kejora tidak tahu. Namun, ketika dipikir lebih dalam pria itu lumayan aneh. Bagaimana bisa seorang pria kaya raya mau menikahi pegawai hotel seperti Kejora disela-sela banyak wanita berprestasi yang mengantre?
Finn menggenggam tangan Kejora dengan lembut. "Kejora, maafkan aku tidak bisa menjagamu dengan benar. Aku merasa bersalah sudah membuatmu merasakan penderitaan ini."
"Finn ...."
"Pasti selama ini kau ketakutan, kan?" Finn kembali memeluk tubuh Kejora dengan penuh kasih sayang. "Maafkan aku."
Kejora hanya bisa terdiam sambil memeluk tubuh Finn. Merasakan hangatnya dada pria itu melingkupi dirinya. Kejora kira respon Finn akan berbeda. Namun, pria itu malah menanggapi dengan bijaksana dan penuh kepala dingin.
"Finn, aku takut kau meninggalkanku setelah tahu semua ini," cicit Kejora. Kejora hanya berpikir sesuai realita saja ketika seorang pria mengerti dirinya sudah tidak suci, pasti akan segera ditinggalkan.
Finn melerai pelukan lalu menangkup kedua pipi Kejora. Meyakinkan keraguan pada hati kekasihnya.
"Sayang, percaya sama aku. Meskipun aku juga masih syok dan merasa tidak percaya, aku tetap ada di pihakmu. Aku pun butuh waktu sendiri untuk merenungi ini, tapi aku memutuskan untuk memelukmu saja yang ketakutan ini."
"Finn, aku bukan gadis yang baik. Aku sudah kotor." Bibir Kejora bahkan sampai bergemetar mengatakan hal itu.
"Hei, dengarkan aku. Ini bukan sepenuhnya salahmu. Ini sudah takdir. Seharusnya pria yang merenggut kesucianmu itulah yang mendapatkan balasan setimpal, bukan malah dirimu."
Kejora merasa demikian. Namun, tidak ada siapa pun yang bisa merubah bahwa kejadian itu pasti menimbulkan kesan yang buruk bagi si wanita daripada si pria. Si pria masih bisa berkeliaran hidup dengan bebas, sementara si wanita harus hidup dalam bayang-bayang ketakutan sampai sakitnya cacian orang sekitar.
"Aku penasaran siapa pria itu," lirih Finn.
'Pria itu bahkan ada di dekatmu. Tapi entah kenapa untuk mengatakan namanya saja aku tidak sanggup,' batin Kejora menjerit.
"Aku juga tidak tahu."
Finn menghela napas kasar memikirkan hal itu. Lantas ia menatap wajah kekasihnya yang masih sembab sehabis menangis tadi.
Meskipun Finn belum sepenuhnya bisa menerima kenyataan itu, ia akan berusaha. Meskipun dalam hatinya timbul-timbul pertanyaan yang berusaha menggoyahkan pendiriannya.
"Hari sudah malam, menginaplah di sini dulu. Besok kuantarkan ke tempat kerjamu," tukas Finn sambil mengamati Kejora yang nampak ragu di dekatnya.
"Boleh?"
Finn tersenyum sambil mengelus puncak kepala Kejora. "Boleh, Sayang. Ada satu kamar kosong. Tempati lah saja untuk sementara waktu."
Finn bangkit dari duduknya lalu menyambar jaket yang tergeletak di kursi dan memakainya. Kejora memerhatikan Finn yang berdiri dari duduknya. Ia pun ikut berdiri sambil menatap keheranan kekasihnya itu. Kejora merasa bahwa Finn terlihat seperti orang yang akan pergi ke suatu tempat.
"Kau mau ke mana? Aku takut sendirian di rumah." Kejora menatap Finn penuh harap untuk tidak meninggalkannya ke mana pun.
Finn tersenyum. Meraih kepala Kejora dan mengelusnya dengan lembut. Sementara Kejora masih mengerjap bingung memikirkan ke mana kekasihnya itu akan pergi.
"Aku pergi membeli bahan makanan sebentar. Besok tidak ada makanan untuk dibuatkan sarapan. Kau masuk saja ke dalam kamar sampai aku benar-benar sampai rumah, oke?"
Kejora mengangguk. Membiarkan tangan Finn mengelus kepalanya dengan lembut. Kejora ikut mengantarkan kekasihnya sampai depan pintu dan menyaksikan Finn naik ke atas motor untuk pergi membeli makanan.
"Hati-hati, Finn," tutur Kejora lembut. Seperti tidak rela membiarkan Finn pergi dari sisinya.
"Hmmm. Segeralah masuk kamar. Tunggu aku di rumah."
Kejora mengangguk. Melambaikan tangan ketika kekasihnya sudah pergi dari halaman rumah. Setelahnya ia masuk ke rumah tak lupa mengunci pintu rumah dan menunggu kekasihnya sampai pulang.
**
Kejora bangun dari tidur dengan rasa panik yang luar biasa. Ia melihat jam di atas nakas yang sudah menunjukkan pukul delapan lebih yang berarti ia sudah terlambat untuk bekerja. Kejora segera turun dari ranjang dan mencari di mana letak Finn berada.
Kejora melambatkan jalannya ketika tahu Finn sudah berada di dekat meja makan tengah menghidangkan banyak makanan. Kejora terkejut, tidak biasanya Finn belanja sebanyak ini hanya karena dirinya berada di sini.
"Kejora, sudah bangun? Sini, sarapan dulu," ajak Finn di meja makan dengan pakaian yang sudah siap untuk ke kantor.
"Aku terlambat bekerja, Finn. Kau pasti juga, kan? Kenapa tidak berangkat kerja sendiri saja?" Kejora duduk di kursi sambil mengamati banyak makanan yang disajikan.
"Tidak terlambat. Lima belas menit cukup untuk sarapan. Cepat makan, sebelum makanannya dingin."
"Baiklah. Sedikit saja."
Kejora mengangguk. Wanita itu mengambil satu per satu masakan yang dibuat oleh Finn. Kejora merasa lega, kekasihnya tidak akan meninggalkannya setelah tahu kenyataan sebenarnya. Bahkan pagi ini Kejora dikejutkan dengan Finn yang menyiapkan makanan sebanyak ini untuknya.
Selesai sarapan berdua, Kejora diantarkan oleh Finn menggunakan sepeda motor menuju tempat Kejora bekerja. Kejora melepas helm, memberikan helm tersebut sambil tersenyum manis mengembalikannya.
"Terima kasih sudah mengantarkanku, Finn. Hati-hati dijalan." Kejora berdiri di sebelah kekasihnya sambil memberikan senyum termanis yang ia punya.
"Kau juga, hati-hati waktu bekerja. Jangan ceroboh lagi. Kalau begitu aku pergi dulu."
Finn berniat pergi sebelum tangan Kejora menghentikannya. Finn menoleh dengan tatapan bingung.
"Finn, tunggu," cegah Kejora. Sedetik kemudian ia melabuhkan satu kecupan di pipi Finn. "Tanda terima kasih."
Finn mengangguk bingung. Kemudian ia menyalakan mesin motor dan segera melesat dari sana. Kejora menunggu kekasihnya sampai benar-benar menghilang dari pandangan.
Kejora berharap saja semua akan berjalan dengan baik, termasuk hubungannya dengan Finn. Kejora masih bisa tersenyum bahagia sebelum akhirnya sebuah suara menginterupsinya dari belakang.
"Sudah puas pacarannya?"
**
Jangan lupa vote dan komentar tentang cerita ini, ya.. Segala bentuk apresiasi bisa menambah semangat author untuk menulis, xixi..
semangat