Dijual di Pasar Pengantin mengantarkan pertemuan antara seorang gadis bernama Rachel Olivia dengan seorang pemuda tampan bernama Jasper Allen. Di Pasar itulah, Jasper membeli Rachel yang dijual oleh kedua orang tuanya. Jasper membeli gadis itu karena merasa iba akan tangisannya.
Pernikahan memerangkap mereka, sehingga satu tahun kemudian sebuah rahasia yang disembunyikan oleh Rachel terkuak.
"Mari kita bercerai!" Ucap Jasper kepada wanita yang sudah satu tahun ini ia nikahi.
"Bercerai?" Rachel memperjelas.
Cover : By Pinterest, edit by me.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zinnia Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syarat Pernikahan
Rachel pulang ke rumah dengan keadaan perut keroncongan. Ia baru saja menyelesaikan empat mata kuliah hari ini. Akan tetapi, saat gadis itu masuk ke dalam rumah, dirinya terkejut karena rumah sudah dalam keadaan kosong melompong.
"Ada apa ini?" Mata Rachel membulat sempurna melihat rumahnya sudah dalam kosong, tanpa ada satu pun barang yang tersisa.
Rachel berlari ke arah kamarnya. Di sana, ia melihat perlengkapannya sudah tidak ada. Tak ingin tinggal diam, kini kakinya melangkah ke kamar Daniella. Tidak ada barang di sana, persis seperti kamar miliknya. Rachel mengeluarkan ponsel smartphonenya yang sudah cukup jadul. Rachel harus menelfon kakaknya dan menanyakan apa yang terjadi. Saat ia akan memencet tombol dial, seseorang membuka pintu rumah dengan tiba-tiba.
"Kau sudah pulang?" Daniella muncul tanpa aba-aba.
"Kakak, apa yang terjadi dengan rumah kita?" Rachel bertanya dengan panik.
"Tenanglah!"
"Ke mana pergi barang-barang kita?" Rachel tidak sabar dengan penjelasan kakaknya.
Daniella mengeluarkan sebuah kunci dari tas tangannya. Ia mengayunkan kunci itu di depan wajah adiknya, "Tuan Kai memberikan kita rumah."
"Tuan Kai? Maksud kakak, Tuan Kai ayah dari Jasper?"
"Ya, calon mertuamu."
"Mengapa dia memberikan kita rumah? Kakak tidak ada main kan dengannya?" Rachel menyipitkan matanya curiga.
"Kau gila? Kau tidak melihat bagaimana dia sangat mencintai istrinya?" Daniella memutar bola matanya.
"Lalu?"
"Dia memberikan kita rumah, agar kita bisa menyiapkan pernikahanmu dengan layak. Dan ini, voucher untuk kita pergi ke tempat perawatan dan ke salon kecantikan. Ini hadiah dari Nyonya Alula. Lihatlah! Belum jadi menantunya, orang tua Jasper sudah memanjakanmu," Daniella memperlihatkan voucher itu. Ia berkata dengan riang. Impiannya untuk hidup senang sudah di depan mata.
"Pernikahan apa? Tidak akan ada yang menikah," Rachel berbalik dan memunggungi kakaknya.
"Kau tidak ingat ancamanku?" Daniella berjalan menyusul adiknya.
"Kak, sebelum kejadian ini, aku dan Jasper tidak pernah akur. Bahkan, karena peristiwa itu, dia semakin membenciku," Rachel berkata dengan sedih.
"Lalu, bagaimana bisa aku menikah dengannya? Mengapa kau tega menjadikanku umpan? Lebih baik, kita bekerja di klub dan memenuhi keperluan sehari-hari dari sana," cairan kristal melompat kembali dari mata Rachel. Ia sungguh menjadi cengeng akhir-akhir ini.
"Kau yakin ingin terus bekerja di klub? Lalu, bagaimana dengan kuliahmu? Kau masih bisa bekerja karena kau masih semester dua. Jika sudah menyusun tugas akhir, kau akan kewalahan!" Daniella memperingatkan.
"Akan ada harga yang harus kau bayar mahal untuk perjuanganmu mendapatkan toga. Tinggal kau pilih! Kau ingin putus kuliah di tengah jalan atau tidak?" Sambungnya.
"Tapi aku tak bisa," Rachel memejamkan matanya.
"Kau pasti bisa. Hanya menjadi seorang istri dan tak lebih. Pekerjaanmu hanya kuliah dan tinggal ongkang-ongkang kaki di sangkar emasmu."
"Sangkar emas?" Rachel tertawa pedih.
"Lalukan saja! Dari pada harus menikah dengan pria tua," Daniella menakut-nakuti.
Rachel pun menghela nafas, tak lama kemudian ia pun memutuskan.
"Baiklah. Aku mau menikah dengan Jasper."
****
Braaakkk....
Henry melemparkan remote tv tepat di hadapan anak gadisnya. Aurora menunduk melihat kemarahan ayahnya yang baru ia lihat.
"Kau masih ingin berhubungan dengan keluarga penuh masalah itu?" Henry berkacak pinggang di depan putri sulungnya. Aurora hanya menunduk melihat kemarahan ayahnya.
"Bagaimana bisa kau berhubungan dengan anak yang berasal dari keluarga yang bermasalah?" Beverly tertawa melihat kebodohan anaknya.
"Ada pemuda yang tampan, ber attitude baik, berasal dari keluarga baik, kaya raya, tapi kau malah memilih pemuda berandalan yang keluarganya bermasalah?" Henry menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya dengan pilihan putrinya.
"Dulu, Mommy tidak sebodoh kau, Aurora!!" Mata Beverly menajam.
"Mengapa bisa kau memiliki selera rendahan seperti si berandalan Alan?" Wajah putih Beverly memerah melampiaskan amarahnya.
"Bukankah perasaan tidak bisa dibohongi, Mom?" Aurora memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan ibunya.
"Perasaan bodoh itu lagi!" Henry tertawa sinis.
"Gunakan akal sehatmu, bukan perasaanmu!! Tuhan menciptakan akal, agar kau berbeda dengan binatang yang menggunakan insting," Beverly berkacak pinggang di hadapan anaknya.
Hati Aurora sakit mendengar omelan ibunya, akan tetapi semua yang dikatakan Beverly memang benar adanya. Apa jadinya jika Beverly tahu mengenai kejadian Alan yang menjebak Jasper? Aurora hanya mendengar setiap makian Beverly dan Henry dengan dada yang sesak.
"Tapi aku tidak bisa putus dengannya," Beverly menggelengkan kepalanya.
"Kau tinggal pilih saja, orang tuamu atau kekasih berandalanmu itu!" Henry menggeram.
Setelah dimarahi oleh kedua orang tuanya, Aurora memilih untuk mencari udara segar keluar. Langkahnya berpapasan dengan Jasper. Sudah berminggu-minggu ini, ia dan Jasper hanya bertegur sapa seperlunya.
"Hey?" Sapa Aurora kepada Jasper yang sedang membuka pagar rumahnya.
"Hey!" Jasper tersenyum kaku. Sudah dua minggu ini hidupnya berubah. Jasper tidak lahap makan dan tidak enak tidur, gara-gara memikirkan pernikahan bersama gadis yang tidak ia sukai. Itulah sebabnya, ia dan Aurora sedikit menjauh.
"Kau menjauhiku?" Aurora tersenyum lembut.
"Tidak. Tidak ada yang menjauhimu," Jasper mengusap lembut rambut Aurora.
"Mengapa sikapmu berubah? Kau benci padaku setelah apa yang Alan lakukan padamu?" Aurora mencerca Jasper dengan beberapa pertanyaan sekaligus.
"Akhir-akhir ini aku hanya sedang lelah. Kau tahu kan, banyak sekali tugas kita di kampus," Jasper berkilah.
"Oh begitu," bibir Aurora membulat.
"Bahkan aku sampai lupa kita banyak tugas," Aurora tertawa.
"Itu karena kau sibuk berpacaran dengan Alan."
Senyum Aurora pun menyurut saat mendengar nama kekasihnya disebut oleh Jasper. Baik Aurora dan Jasper pun terdiam. Kini, seakan ada jarak pemisah antara Aurora dan Jasper.
"Kau mau ke mana?" Tanya Jasper yang memecahkan keheningan di antara mereka.
"Aku ingin berjalan-jalan di sekitar sini," Aurora menunjuk jalanan perumahan yang terlihat lengang.
Jasper hanya mengangguk-nganggukan kepalanya.
"Kau tidak ingin menemaniku?" Tanya Aurora.
"Aku ada urusan," Jasper merasa tidak enak. Ia memang akan pergi bersama kedua orang tuanya untuk mencari rumah baru. Rumah baru itu akan Jasper tempati bersama Rachel setelah menikah.
"Baiklah kalau begitu. Aku pergi ya?" Aurora hendak pergi, tetapi tangannya di cekal dengan kuat.
"Setelah semua yang terjadi, aku masih menginginkanmu, Aurora!" Jasper berkata dengan lirih.
Aurora pun hanya diam. Tangannya menyingkirkan cekalan pemuda itu.
"Aku harus pergi," Aurora berjalan menjauh.
"Aku akan menikah bersama dengan Rachel paling lama 1-3 tahun, atau sampai aku wisuda. Setelah aku menyelesaikan S1 ku, aku akan menceraikanya dan kembali padamu. Ku harap di hari itu, kau belum menjadi milik siapa-siapa," batin Jasper sembari terus melihat bayangan kekasih hatinya yang menjauh.
"Kau sudah siap?" Alula menepuk bahu Jasper dengan riang.
"Sudah, Ma."
Alula, Kai dan Jasper pun masuk ke dalam mobil. Kai menyetir, Alula duduk di sampingnya, dan Jasper terduduk di kursi penumpang. Tujuan mereka kini adalah mencari rumah baru untuk Jasper dan Rachel tempati setelah menikah.
"Ma? Pa?" Jasper bersuara.
"Ya, sayang?" Alula menoleh ke arah kursi penumpang.
"Aku minta satu permintaan lagi sebelum aku menikah."
"Apa itu?" Kai menyahut.
"Tolong jangan sampai tante Beverly dan om Henry tahu aku akan menikah. Tolong rahasiakan apapun dari mereka! Yang berhak tahu mengenai pernikahanku hanya mama, papa, Kimberly, kakak gadis itu, lalu kakek dan nenek," pinta Jasper.
"Kenapa, sayang?" Alula merasa tidak setuju.
"Aku hanya ingin pernikahan ini tidak ada yang tahu. Aku masih kuliah. Tidak usah ada pesta atau apapun. Nikahkan saja kami secara sederhana. Setelah lulus, baru perayaan besar-besaran."
"Tapi, sayang-"
"Sudah. Biarkan saja. Papa setuju," Kai menyanggupi dengan mudah.
"Kau pikir Papa tidak tahu apa yang kau pikirkan saat ini? Pikiranmu sangat mudah ditebak, Nak!" Kai tersenyum penuh arti sembari terus melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
*poin bagus dalam novel ini adalah membuat aurora sadar dan melepas jasper untuk bahagia dengan Rachel dan dia mencari kebahagiaan nya sendiri novel ini termasuk berani beda dengan novel lain yang sangat melaknat pelakor dan dibuat jadi wanita hina dan dibinasakan
*poin negatif di novel ini author masih membawa keegoisan wanita yang selalu membenarkan semua kelakuan pemeran utama wanita (Rachel) dan semua perbuatan laknat Rachel dibenarkan
* istri tapi berhubungan mesra dengan pria lain
* istri yang memberi harapan pada pria lain
* istri yang tidak menghargai kehormatan dirinya dan suami dan bahkan mertuanya yang sangat menerimanya kehadirannya
* istri yang gampang berduaan, ngomong mesra dan kontak fisik dengan pria lain
* wanita yang tidak pandai bersyukur ditoolong, derajjatnya diangkat, diterima baik di keluarga mertuanya tapi dia berkhianat masih mencari dan berhubungan dengan pria lain
yang jadi masalah adalah novel ini, Rachel, author, tidak menganggap salah kelakuan Rachel, malah seolah membenarkannya, tidak pernah rasa merasa bersalah, tidak pernah Rachel menyesal dengan apa yang dia lakukan dengan Han, tidak pernah Rachel minta maaf pada suaminya, tidak pernah Rachel berjuang untuk suami dan rumah tangganya
Saya suka !
positif
*sebagai karya novel udah sangat bagus
*moment harunya dapat
*segi penulisan sangat baik dan mudah dipahami
*alur cerita dan cerita kreatif
*(ini penting) novel adil memperlakukan PELAKOR dan PEBINOR (Hans dan aurora) (beda dengan novel lain yang memuja PEBINOR tapi melaknat PELAKOR, tidak adil)
negatif
*novel ini masih bawa keegoisan wanita, novel masih membenarkan semua kesalahan pemeran utama wanita dan selalu memandang salah pada pemeran utama pria
*jasper melakukan banyak kesalahan pada Rachel (semua udah pasti tau) , dan dia dibuat menyesal, minta maaf, mengejar maaf, dan berjuang dapat kesempatan, dan dibuat sedikit menderita (kan adil kalau begini
*(ini yang jadi masalah) Rachel tidak lebih baik dari pada jasper dan ini daftar kesalahan Rachel, kebohongan, cara licik, gampang dekat denga pria lain, dia juga sama tidak menghargai perasaan suami dengan dekat dengan pria lain, Rachel todak bersukur punya mertua yang baik menerimanya dengan tulus tapi dia malah gampang pergi jalan dan berkencan dengan pria lain, seorang istri curhat berduaan dengan pria lain, mengumbar aib suami pada lelaki lain, begitu banyak kesalahan Rachel tapi dia tidak merasa bersalah sama sekali dan tidak pernah minta maaf pada suaminya (tapi pada pria lain dia gampang minta maaf) dan yang jadi masalah paling utama dan sangat ironis adalah karena novel ini malah dan juga membenarkan semua kesalahan rachel