"Anda benar-benar membawa bencana dalam hidup saya Dok!" Sungut Mitha saat berdebat hebat dengan Prasetya didalam mobil SUV Sport hitam milik Pras.
Pras yang diliputi rasa penyesalan mendalam tidak bisa lagi menjawab hanya tertunduk mengeratkan genggamannya pada stir mobil.
Andai siang itu mereka tidak bertemu, mungkin tragedi itu tidak akan terjadi,padahal dalam dua bulan kedepan Mitha sudah berencana untuk melangsungkan pernikahan dengan seorang Pria yang selama tiga tahun ini menjadi kekasihnya.
Prasetya Daniel Wijaya, seorang duda muda berusia 35 tahun dengan profesi dokter sekaligus anak tunggal dari pemilik Rumah Sakit swasta ternama di negaranya. Namun Prasetya memilih untuk mengabdikan diri di sebuah kota kecil yang membuatnya bertemu dengan Paramitha Aloysa seorang gadis biasa yang bekerja sebagai konsultan medis produk susu di divisi sales marketing. Hubungan yang awalnya sebatas bisnis, berubah setelah Pras meminta Mitha datang ke kediamannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black moonlight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
H-1
Pras sudah mengijinkan Bapak pulang dan melakukan rawat jalan. Selama satu minggu ini seluruh keluarga menyembunyikan keadaan Mitha dari Bapak sampai Bapak sudah sampai di rumah dan mendapatkan istirahat yang cukup barulah Ibu mengajak seluruh anggota keluarga berkumpul termasuk Mitha.
" Ada apa Bu ? Gak biasanya ajak ngumpul serius gini. " Tanya Bapak khawatir
" Sebenarnya Ibu ingin menunda sampai Bapak pulih sepenuhnya, namun dilamakan juga ini tidak baik. "
" Memangnya apa Bu ? "
" Ini tentang Mitha, maaf Ibu baru bisa bicara sekarang Pak. Mitha hmm Mitha hamil Pak. " Bibir Ibu bergetar dan sedikit terbata saat membicarakan keadaan Mitha.
" Astaghfirullah Ya Allah .. " Bapak tak bisa berkata-kata hanya mengusap dada nya sesak.
" Maafkan Mitha pak. Mitha tidak bisa menjaga diri dengan benar. " Mitha terisak
" Siapa Nak ? Apa Radit. "
" Bukan Pak .. " Mitha menggeleng pelang
" Dokter Pras pelakunya. Dia mengakuinya sendiri " Jawab Ibu
" Ya Allah Mitha .. Mitha kok bisa gini Nak. Panggil dokter Pras sekarang juga ! " Perintah Bapak
Dengan tangan yang masih bergetar Mitha meraih ponselnya, membuka blokir di nomor Pras dengan terpak Mitha menghubungi Pras.
tuutt .. tuutt
Cukup lama Mitha menunggu jawaban.
Setelah nyaris di putus tiba-tiba durasi panggilan muncul pertanda seseorang telah mengangkatnya.
" Halo .. " Ucap Pras dari sebrang suara.
" Bapak minta anda ke rumah kami sekarang. " Setelah kalimat itu Mitha langsung menutup panggilannya sepihak.
Pras yang masih berada di Rumah Sakit kaget bukan main, baru saja kemarin sore Pras mengijinkan Bapak pulang sekarang mereka akan bertemu lagi tentu dengan pandangan yang akan berbeda. Tak berpikir panjang lagi Pras segera merapikan barang-barangnya lalu pergi bersama Jonathan. Tak butuh waktu lama mereka tiba di rumah Mitha yang suasana nya terasa begitu panas. Pras mengetuk pintu, Angga yang saat itu membuka dan mempersilahkan mereka masuk.
" Duduk Pras .. " Ucap Bapak
Sebelum melanjutkan lagi pembicaraan Bapak sempat menarik nafas panjang, memejamkan matanya sejenak yang terlihat basah karena air mata yang menggenang.
" Bapak yakin kamu tau maksud Bapak memanggil kamu kesini. "
" Iya pak. "
" Andai saja tak ada benihmu di dalam kandungan putriku mungkin saja aku sudah mencekikmu sampai mati Pras. " Ucap Bapak penuh amarah.
" Saya minta maaf pak, saya terima segalanya Bapak memaki saya, menyakiti saya atau jika memang Bapak menginginkan nyawa saya silahkan Pak saya pasrah. Saya tidak akan bisa mengobati luka hati Bapak dan Ibu tapi jika di ijinkan saya benar-benar akan bertanggung jawab atas Mitha dan janin di kandungannya. "
" Apa bapak bisa membuat cucu Bapak sendiri menjadi yatim Pras ? Tentu tidak. Itu alasannya kamu masih selamat disini. Ya Allah dosa apa keluarga hamba. " Bapak terus menerus menitikan air mata dan mengepalkan tangannya.
" Besok pagi kita adakan akad nikah bawa serta keluargamu, bukankah kalian sudah mempersiapkan seluruh administrasinya ? Bapak tidak ingin berlama bicara denganmu. Semakin lama disini Bapak semakin muak. " Bapak bangkit dari duduknya lalu masuk ke kamar dan terdengar suara bantingan pintu.
Mitha yang melihat raut kecewa Bapak hanya bisa menangis sesenggukan memeluk Ibu. Pras dan Jonathan pun hanya bisa membeku penuh penyesalan melihat kekacauan yang di perbuatnya. Amarah Mitha semakin membakar melihat keadaan ini, namun Mitha menahannya sekuat tenaga demi Ibu karena ini permintaan Ibu.
" Pras, besok pagi jam 7 penghulunya bisa siap ? "
" Bisa Bu, Jonathan yang akan mengurusnya. "
" Kamu bawa baju ? Lebih baik kamu tidur disini bersama Angga. "
" Ada Bu, saya selalu bawa baju ganti di mobil. Tapi hanya kemeja biasa. "
" Tidak papa. Sebelum tidur ada baiknya kalian bicara dulu. Kalian tidak mungkin menikah dalam keadaan seperti ini bukan ? "
" Tapi Mitha pasti keberatan .. "
" Saya tidak keberatan, saya tunggu di atas di kamar saya ! " Tegas Mitha.
Mitha melenggangkan kakinya menuju lantai dua, meninggalkan Pras, Jonathan, Ibu dan Angga yang masih kalut.
" Susul Mitha Pras, dengarkan keinginannya. Biarkan dia mengatakan apapun yang dia mau dan jangan mengelaknya. Ini lebih baik agar saat menikah nanti sudah tak ada ganjalan di hati Mitha. " Nasehat Ibu
" Baik Bu .. "
" Nak Jonathan kalau mau istirahat masuk saja ke kamar Angga. Ga ajak ka Jo sama ka Pras nanti ke kamar kamu ya ? "
" Iya Bu .. "
ceklek ..
Pras membuka pintu kamar Mitha.
Mitha yang saat itu sedang menghadap dinding melihat suasana malam di luar sana segera berbalik lalu mendekat.
" Mitha .. " Panggil Pras
" Hmm .. Duduklah " Mitha memberikan sebuah kursi kecil yang berada di depan meja riasnya
" Kamu kurusan, kamu minum obatkan ? "
" Tentu saya kurusan. Anak anda membuat saya terus menerus muntah. Dan ya obat itu Ibu selalu memastikan saya meminumnya tanpa terlewat. "
" Maaf kamu harus menjalani hal ini sendirian. "
" Saya tidak perlu lagi maaf Anda karena jelas saya tidak akan pernah memaafkan anda ! Saya hanya butuh komitmen. "
" Komitmen ? Apa ? "
" Anda pernah berkata pada saya akan melepaskan saya setelah bayi ini lahir dan anda akan merawatnya. Saya ingin komitmen atas perkataan itu ! "
Pras mengerutkan keningnya bingung, wanita di depannya kini meminta sebuah kesepakatan. Haruskah Pras benar-benar mengikutinya ?
" Ya saya ingat, jadi kamu ingin saya membuat kesepakatan ? "
" Ya ! Dan itu harus di saksikan oleh kuasa hukum saya tidak ingin di rugikan kedua kalinya oleh Anda. "
" Baiklah, kita akan membuat perjanjian pra nikah. "
Embel-embel perjanjian Pra nikah, yang sebenarnya ada adalah Kontrak pernikahan antara Pras dan Mitha. Pras tak ingin lagi mendebat Mitha, prioritasnya saat ini hanyalah menyelamatkan bayi di dalam kandungan Mitha.
" Ok, kita sepakat. Besok sebelum ijab kabul perjanjian kita harus sudah siap dan ditandatangani. " Ucap Mitha
Pras kembali turun dilihatnya Jo dan Angga masih di tengah rumah. Pras meminta Jo keluar sebentar untuk berdiskusi masalah kontrak pernikahannya.
" Serius? Dia minta gitu ? "
" Iya, Lo hubungin bagian Legal perusahaan deh gue gak tau bisa atau enggak nya di mata hukum hal beginian yang penting si Mitha ngerasa punya jaminan aja. "
" Jadi abis ngelahirin dia mau ngasih bayinya gitu aja ? Gak yakin gue. "
" Biarin aja, namanya juga lagi kalut segala hal pasti dicoba. Dia masih ngelak kenyataan. "
" Ok biar gue yang urus Pras. "
Sejenak Pras bersantai di luar rumah lalu mulai menyalakan pemantik dan menghisap rokoknya. Kepalanya sangat pusing hingga rasanya rokok saja taj cukup tapi ya mau bagaimana lagi ini di rumah calon mertuanya mana mungkin Pras seberani itu.
" Kak, Angga mau istirahat duluan ya? " Angga menghampiri Pras yang tampak kacau dan semakin gugup.
" Iya ga .. "
" Rileks kak, Angga tau kakak bukan orang jahat. Semua pasti berlalu. " Ucap Angga sedikit menenangkan Pras.
Ya benar, semua akan baik-baik saja semua akan berlaru. Berhenti cemas berlebihan karena Tuhan selalu punya jalan.