NovelToon NovelToon
Pewaris Dendam

Pewaris Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Balas dendam pengganti / Nikah Kontrak
Popularitas:291
Nilai: 5
Nama Author: Lautan Ungu_07

Tujuh belas tahun lalu, satu perjanjian berdarah mengikat dua keluarga dalam kutukan. Nadira dan Fellisya menandatangani kontrak dengan darahnya sendiri, dan sejak itu, kebahagiaan jadi hal yang mustahil diwariskan.

Kini, Keandra dan Kallista tumbuh dengan luka yang mereka tak pahami. Namun saat rahasia lama terkuak, mereka sadar… bukan cinta yang mengikat keluarga mereka, melainkan dosa yang belum ditebus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Ungu_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 16 Anak-anak Tak Berdosa

Malam sudah hampir larut saat Alka mulai gabung bersama-sama teman-temannya. Obrolan tipis mereka, membuat kepalanya terasa ringan.

Alka menghela napas panjang, sebelum akhirnya ia bicara. "Minum enak kayaknya." celetuk nya.

Cakra langsung noleh. "Minum napa dulu, nih?"

"Yang pahit itu loh, masa nggak tahu." jawab Alka.

"Yang pahit? Bukannya hidup lo juga udah pahit ya?" sahut Athar, diiringi dengan tawa tipis.

"Sialan," jawab Alka pelan.

Cakra, Athar dan Rian akhirnya tertawa. Tapi Alka hanya tersenyum kecut. Sementara Lista bangun dari duduknya, memilih untuk pulang lebih dulu.

"Gue nggak mau ikutan. Jadi gue pulang duluan!" katanya sambil pergi.

"Ta, kalau gue teler. Siapa yang bawa gue pulang." teriak Alka pelan dari dalam.

"Bukan urusan gue." jawab Lista sebelum motornya meraung halus, meninggalkan halaman cafe yang masih terang.

Satu minuman alkohol yang Alka minta, kini sudah berada di depan mereka. Yang lain hanya menikmati sewajarnya, tapi tidak dengan Alka. Yang selalu bablas sampai benar-benar mabuk.

"Ka, lo udah minum banyak." Athar menatap Alka, lalu ke Cakra dan Rian.

"Belum kerasa." jawabnya singkat.

Mereka bertiga saling pandang, kasihan dan tahut Alka teler total. "Ka, udah malam banget, hujan juga udah reda. Ayok pulang." kata Rian.

Alka menatap Rian dengan mata yang mulai terbuka setengah. "Kalian pulang aja, gue masih mau di sini." balasnya.

Tak ada pilihan lagi, selain menunggu alkohol itu habis. Tapi masih ada satu alkohol lagi yang belum Alka buka, jadi kemungkinan kalau di biarkan. Bisa-bisa sampai pagi.

Cakra menatap Athar, lalu Rian. "Lama kalau di biarin." tangannya mengambil satu botol yang masih utuh itu.

"Lo... jangan bilang mau di tuang ke botol lain." kata Alka, suaranya pelan.

"Nggak, gue mau minta." dustanya.

Setelah Alka mau memberikan botol itu, Cakra berjalan menuju wastafel. Lalu membuangnya, hanya menyisakan setengah saja.

Ia segera kembali ke meja, menaruh sisa minuman itu di hadapan Alka.

"Lo tuang lagi ke botol yang lain?" tanya Athar. Karena biasanya, Cakra selalu memindahkannya ke botol lain.

"Kagak, gue buang. Kalau di pindahin, bisa-bisa ni anak minum tiap hari. Kasihan gue." jawabnya, ia kembali duduk di sebelah Athar.

Malam sudah semakin larut, Alka juga sudah benar-benar mabuk. Mereka memilih untuk bubar, satu persatu lampu di matikan, jendela di tutup rapat.

Alka di antar pulang oleh Rian. Satu motor sport dan satu mobil listrik itu kini melaju pergi, meninggalkan cafe yang sudah gelap. Yang hanya menyisakan bau asap rokok dan minuman.

"Bang, lo nggak perlu masuk. Turunin gue di depan pagar aja." kata Alka lirih, matanya setengah terbuka.

Rian menghela napas panjang, menatapnya ragu. "Lo yakin? Nggak bakal teler di teras."

Alka noleh sekilas. "Nggak penting itu mah."

Mobil kini berhenti di depan pagar besi yang menjulang tinggi. Alka berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya. Ia turun dari dalam mobil.

"Makasih ya, Bang." katanya, sebelum membuka pagar.

"Sama-sama, lo hati-hati." balas Rian, sebelum ia melajukan mobilnya kembali.

Alka berjalan sempoyongan, ia mendorong pintu pelan. Sambil terus menjaga keseimbangan tubuhnya agar tidak ambruk di lantai bawah lagi.

Begitu pintu di buka, rumah sudah sepi. Hanya suara jam dinding yang bergerak cepat, dan hembusan napas dirinya sendiri.

Tenggorokan Alka terasa begitu kering, langkahnya kini menuju dapur, untuk mengambil air minum.

Matanya ia pejamkan, lalu di buka lagi. Menahan pusing yang berdenyut di kepalanya. Tangannya meraih gelas di meja, tapi begitu Alka bawa. Parngg!!... gelas itu terjatuh.

"Arghhh..." ringis Alka.

Dari arah ruang tamu, Renata muncul. Wajahnya kaget. "Alka, kamu..." belum sempat selesai berbicara, Fellisya muncul di belakangnya.

"Ya ampun! Mabuk lagi, makin kesini kelakuan makin nggak bisa di jaga." katanya sinis.

Ia melangkah mendekati Alka, aura mencari ributnya memang sudah melekat pada diri Fellisya.

"Felly, kamu mending balik ke kamar, kamu. Alka biar saya yang urus." kata Renata pelan.

"Nggak usah di bela, salah ya salah!"

"Udah," suara Alka pecah.

"Heh, lo kenapa mabuk?" telunjuk Fellisya di taruh di dagu Alka.

Alka menepisnya pelan. "Gue cuma capek!"

Fellisya tersenyum miring, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Alka. "Capek, atau... kalah lagi?"

Suara nyindurnya membuat kepala Alka semakin panas. "Bukan urusan, lo. Nona Fellisya yang terhormat."

"Kalah ya kalah! Nggak usah sok jadi jagoan." ia melangkah, membelakangi Alka.

"Mau sebagus apapun dance, lo. Selagi masih ada, saya. Jangan harap bisa menang." katanya pelan.

Emosi Alka meledak begitu saja, mabuk membuat nya hilang kendali. Ia meraih gelas di atas meja, lalu...Prangg!!... melemparkannya ke arah Fellisya.

Gelas mengenai pundaknya, lalu jatuh ke lantai. Serpihan kaca berhamburan.

"Alka..." teriak kecil Renata.

Fellisya berbalik badan. Tangannya sudah melayang, tapi kalah cepat dengan tangan Renata yang menahannya.

"Jangan pukul dia lagi," Renata menatap tajam Fellisya yang tengah emosi.

"Biarin dia mukul Alka, Bu. Nggak usah di tahan." kata Alka, suaranya parau.

"Anak sialan, kalau bukan karena, Oma! Nggak sudi saya lahirin kamu." balas Fellisya, suaranya bergetar, matanya merah.

Renata cepat-cepat membawa Alka pergi dari sana. Dan meminta pelayan untuk merapikan serpihan kaca yang berserakan di dapur.

Alka duduk di atas tangga, kepalanya menunduk. Tapi masih setengah sadar. Sementara Renata pergi ke kamar untuk meminta bantuan Varel.

Tak lama Renata kembali, di belakangnya Varel mengikuti dengan rambut kusutnya. Ia langsung menangkap tubuh Alka, lalu membawanya berdiri. Alka di giring masuk ke dalam kamar, meski jalannya goyah.

Di dalam kamar, Alka langsung duduk di ujung kasur, rambutnya berantakan, matanya merah dan sedikit basah. Varel akhirnya duduk pelan di hadapannya.

"Kenapa kamu kayak gini lagi?" tanyanya dingin.

Alka mengangkat wajahnya. Mulutnya perlahan mulai terbuka.

"Aku capek, Pah... aku tuh... selalu pengen dapat pengakuan dari kalian... sebenarnya untuk apa aku ada di dunia ini..." suaranya pecah, lalu ia tertawa tipis, getir.

"Kalau... kalian nggak ingin aku... kenapa aku masih ada rumah ini?..." lanjutnya lagi.

Ia menarik napas, lalu membuangnya kasar. "Pah... apa aku nggak boleh dance?... kenapa aku kalah terus... setiap lomba, tes agensi. Selalu gagal... aku rasa... ada yang aneh... ada yang nggak suka aku menang... berhasil... Padahal aku bisa, Pah... aku bisa..."

Varel tercenung. "Maksdunya?"

Alka menyeka air matanya, tapi malah semakin belepotan. "Dari dulu... ada yang nggak mau aku memang dalam dance."

"Padahal, berbagai latihan udah aku jalanin... nggak kenal capek! Tapi tetap aja gagal." tiba-tiba ia tertawa. "Dasar licik." lanjutnya bergumam.

Renata hanya berdiri di dekat Alka, sementara Varel, menatapnya lama. Ia sadar, bahkan ia tahu siapa yang Alka maksud.

Dan untuk pertama kalinya, Varel berniat untuk membantu Alka dalam mengejar mimpinya. Malam itu ia sadar, semakin ia diam, semakin membuat anak-anak yang tak berdosa itu tersiksa oleh masa lalu orang tuanya.

1
Apaqelasyy
Keren banget plotnya.
Lautan Ungu_07: Awww makasih udah baca🎀 seneng banget ada yang notice alurnya.💝💝
total 1 replies
Willian Marcano
Buatku melek sepanjang malam.
Lautan Ungu_07: Aduhh, kasihan matanya... tapi makasih loh, udah baca cerita ini.😅🥰🎀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!