NovelToon NovelToon
Warisan Kaisar Naga

Warisan Kaisar Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Murid Genius / Raja Tentara/Dewa Perang / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Timur
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ar wahyudie

Di Benua Timur Naga Langit sebuah dunia di mana sekte-sekte besar dan kultivator bersaing untuk menaklukkan langit, hidup seorang pemuda desa bernama Tian Long.
Tak diketahui asal-usulnya, ia tumbuh di Desa Longyuan, tempat yang ditakuti iblis dan dihindari dewa, sebuah desa yang konon merupakan kuburan para pahlawan zaman kuno.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ar wahyudie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

Kabut biru di lembah itu berputar cepat, menelan suara napas siapa pun yang berani menatap terlalu lama.

Di hadapan mereka berdiri makhluk raksasa dengan kulit sekeras batu dan mata merah menyala.

Udara di sekelilingnya bergetar, tiap langkahnya meninggalkan cekungan di tanah.

Han Qian menelan ludah. “A... apa itu…?”

“Itu Penjaga Formasi. Makhluk yang terbuat dari kehendak langit dan darah para murid yang gagal,” lanjutnya menjelaskan tanpa ragu sedikit pun. Ia mengenali pola retakan di kulit makhluk itu retakan spiral yang hanya muncul pada formasi tipe jiwa tanah.

Tian Long sangat hafal hal itu dari penjelasan para paman dan kakeknya; sejak kecil ia sering diajak menelusuri bekas medan perang para dewa di desa Longyuan.

Di sana, reruntuhan formasi lama masih berdenyut, dan ia belajar membaca napas bumi, mendengar dengungan qi di antara batu-batu mati.

Suatu etika Tian Long kecil sering berjalan di antara batu bertuliskan mantra, tangan pamannya menepuk bahunya, “Jangan takut pada suara bumi, dengarkan, dan ia akan memberitahumu ke mana harus melangkah.”

...................                  ......................                               .....................

Mata Tian Long kembali menyipit.

“Jangan gunakan tenaga penuh,” ucapnya tenang.

“Formasi ini bereaksi terhadap kekuatan kasar.”

Belum sempat mereka bersiap, makhluk itu melompat.

BOOM!

Tanah terbelah, debu beterbangan.

Pukulan pertamanya menghantam tepat ke depan Tian Long, menimbulkan ledakan udara.

Tian Long bergerak cepat.

Telapak tangannya berputar, menahan serangan itu.

Crakkk!—gelombang qi bumi menyebar di bawah kakinya, menahan tekanan itu seperti akar raksasa yang mencengkeram tanah.

“Liu Yuer, dari kanan!” serunya.

“Lin Shan, gunakan aliran qi lembut, jangan bentrok langsung!”

Kabut bergolak.

Suara gemuruh halus terdengar ketika tanah di bawah kaki mereka bergetar, seolah ada sesuatu yang bangun dari tidur panjangnya.

Liu Yuer melesat lebih dulu.

Cahaya biru dari pedangnya menoreh udara—setiap tebasan meninggalkan jejak tipis seperti kilatan petir di langit malam.

Whus! Srak!

Satu gerakannya memecah kabut, satu lagi memotong tangan makhluk itu hingga separuh, darah hitamnya menguap sebelum menyentuh tanah.

Han Qian melangkah maju tanpa suara. Tongkat logam di tangannya menancap ke tanah, dan ledakan sonik yang nyaris tak terdengar menyebar cepat.

Udara bergetar. Tanah pecah halus.

Makhluk-makhluk itu tersentak, langkah mereka goyah seolah kehilangan keseimbangan di dunia yang berdenyut.

Dan di sela riuh itu—Tian Long bergerak.

Tak ada teriakan, tak ada aura menyala. Hanya satu langkah ke depan, sederhana, tapi setiap gerakannya seolah mengunci perhatian langit.

Kakinya menekuk, tubuhnya berputar ringan, dan kepalan kirinya menghantam perut makhluk itu tepat di pusat qi-nya.

DUUM!

Suara keras itu menggema di antara tebing.

Udara seolah pecah; serpihan batu terangkat sebelum hujan debu turun perlahan.

Makhluk itu terpental, menabrak dinding batu hingga setengah tubuhnya tenggelam di dalamnya. Retakan menjalar seperti jaring laba-laba raksasa, dan gemanya menggetarkan lembah.

Namun sebelum keheningan sempat kembali, kabut di belakang mereka berdenyut pelan.

Satu... dua... hingga sepuluh bayangan baru muncul dari kegelapan.

Mereka berjalan tanpa suara, tapi setiap langkahnya menimbulkan gema aneh seperti langkah di air dalam.

Liu Yuer menarik napas cepat, matanya menajam. “Mereka tidak habis-habis…”

Tian Long tak menoleh. Matanya menatap jauh ke dalam kabut. “Mereka bukan makhluk,” ucapnya pelan, “mereka adalah rasa takut yang diberi bentuk.”

Ia memejamkan mata sejenak.

Kabut yang bergulung tak lagi terdengar seperti desis—melainkan seperti napas bumi itu sendiri.

Tian Long menunduk sedikit, telinganya menangkap irama halus dari tanah:

Langkah kanan… kiri… kanan… tiga detik sebelum menyerang.

Tepat di detik ketiga, matanya terbuka.

Irisnya berkilau bagai batu giok yang memantulkan matahari terbit.

Kedua tangannya membentuk segel gerakannya perlahan, tapi tiap ruas jari meninggalkan jejak cahaya di udara.

Tanah bergetar keras.

Dari bawah kaki mereka, arus energi kecokelatan muncul, meliuk seperti naga kecil yang terbuat dari tanah dan cahaya.

Gelombang itu melesat naik, berputar membentuk dinding batu yang hidup, mengelilingi mereka dengan pola melingkar.

BOOM!

Makhluk-makhluk itu menerjang.

Namun begitu menabrak dinding, tubuh mereka memantul keras seperti dilempar oleh kekuatan yang tak kasat mata.

Suara retakan terdengar, lalu kabut hitam itu terurai menjadi serbuk halus.

Liu Yuer menatap dinding itu dengan mata membesar.

Retakan yang terbentuk di batu bukan karena kelemahan, tapi karena energi yang menahan diri agar tidak meledak keluar.

“Formasi bumi tingkat tinggi…” bisiknya, hampir tak percaya.

Tian Long berdiri di tengah pusaran energi, cahaya emas di matanya mulai meredup. Ia menatap dinding itu seperti menatap sesuatu yang jauh lebih dalam dari sekadar teknik.

“Paman ketigaku yang mengajarkan,” ucapnya lirih.

“Katanya, pertahanan terbaik bukan tembok yang tinggi…”

Ia mengangkat kepala, menatap Liu Yuer yang masih menahan pedang di depan dada.

“…melainkan hati yang tidak ingin melihat siapa pun terluka.”

Dan untuk sesaat, sebelum kabut kembali menutup lembah, dunia tampak berhenti seolah mengakui makna dari kata-katanya.

Tian Long mengangkat tangannya, lalu memberi isyarat agar mereka tetap waspada.

Tiba-tiba, dari arah barat lembah, terdengar suara tawa.

Tawa itu berat, penuh ejekan.

“Hahaha… jadi benar kau di sini.”

Kabut terbelah. Empat sosok muncul Zhao Wen dan timnya.

Aura panas mengalir dari tubuh mereka; setiap langkah Zhao Wen membakar kabut di sekitarnya.

“Ujian ini kesempatan bagus,” katanya dingin. “Kau akan mati tanpa melanggar aturan.”

Tian Long menatap tanpa ekspresi.

“Jika langit saja tak bisa menjatuhkanku, apalagi kau.”

Zhao Wen mengibaskan tangan. Api hitam menyembur dari telapak tangannya.

Kabut biru meledak jadi abu.

“Timku, bersiap!”

Empat orang dari Sekte Bara Langit melesat, serangan mereka seperti gelombang api berlapis.

Liu Yuer menangkis, tapi tekanan panas membuat pedangnya bergetar.

Whumm! Dhaar!

Tian Long melangkah maju menahan serangan langsung Zhao Wen.

Keduanya beradu pukulan.

Ledakan energi membentuk pusaran besar di antara mereka.

Api dan qi bumi saling menelan.

Zhao Wen menekan, tawa marah keluar dari bibirnya. “Kau pikir bisa menahan Sekte Bara Langit dengan tangan kosong?”

Tian Long menggertakkan gigi, menahan dorongan panas yang membakar lengan kanannya.

Dalam pikirannya, terlintas suara paman keempatnya, “Kalau tubuhmu terbakar, biarkan napasmu menjadi sungai yang menelan api.”

Ia menarik napas dalam.

Udara bergetar.

Energi bumi mengalir naik dari telapak kakinya, menutupi tubuhnya seperti lapisan giok.

Crak!—api Zhao Wen padam di depan wajahnya.

Mata Tian Long menajam.

“Kau terlalu keras pada dirimu sendiri, Zhao Wen. Api yang hanya tahu membakar, akan padam oleh tanah.”

Ia memutar tubuh, menghantam Zhao Wen dengan siku kanan.

Dhuar! Ledakan besar membuat tanah bergetar, Zhao Wen terpental beberapa meter dan menghantam batu.

Namun sebelum Tian Long sempat melangkah lagi, Zhao Wen bangkit dengan tawa gila.

Api hitam di tubuhnya berubah jadi pusaran.

“Kalau begitu, nikmati panas neraka, Tian Long!”

Cahaya hitam meledak, membentuk naga api hitam raksasa yang melahap kabut formasi.

Liu Yuer berteriak, “Itu teknik terlarang Sekte Bara Langit!”

Tian Long menatap naga api yang datang.

Satu langkah ia ambil ke depan, menengadah ke langit.

“Kalau langit ingin melihatku terbakar,” gumamnya pelan, “biarlah aku menunjukkan api yang tidak bisa padam.”

Ia mengangkat kedua tangannya.

Dari tanah, qi bumi naik—berwarna emas kemerahan.

Napasnya tenang, matanya bersinar lembut.

Ketika naga api itu menyambar—

BOOMMMMM!!!

1
Nanik S
Di Akademi pasti bertemu musuh pertamanya
Nanik S
Kalau bukan manusia apa Pak Tua
Nanik S
Teruskan
Nanik S
Lanjutkan 🙏🙏
Nanik S
ceritanya bagus tapi buatlah lebih hidup
Nanik S
Kenapa Tian Long bisa jauh dari pamanya
Nanik S
Lanjutkan.... bagus Tor
Nanik S
Darah Naga adalah Kunci
Nanik S
Aku sebenarnya siapa... kasihan
Nanik S
Sebenarnya Anak Siapa Tian Long
Didi h Suawa
💪💪💪💪
Didi h Suawa
awal yg baik,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!