NovelToon NovelToon
SETIA (Senja & Tiara)

SETIA (Senja & Tiara)

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ita Yulfiana

"Harus berapa kali aku katakan, aku ini masih istri orang, dan aku tidak ingin menjadi seperti mereka dengan membiarkanmu terus mendekat dan memberiku perhatian. Aku harap kamu mengerti maksudku," kata Tiara penuh permohonan.

Senja menatapnya lekat. "Tiara, aku jelas mengerti apa maksudmu, tapi aku melakukan semua ini bukan untuk mengajakmu berselingkuh. Aku hanya ingin menunjukkan rasa cintaku padamu. Itu saja, tidak lebih."

Yaa Tuhan... Senja ini benar-benar keras kepala, membuat wanita itu bingung bagaimana lagi harus menghadapinya.

"Dan jika alasanmu mendorongku menjauh karena statusmu, aku akan memberimu jalan keluar. Aku akan membayar pengacara untuk mengurus perceraian kalian di pengadilan. Kamu di sini tinggal terima beres saja," kata Senja lagi menatap Tiara dengan ekspresi serius.

Baca cerita selengkapnya hanya di sini>>>
Dan jangan lupa follow IG @itayulfiana untuk lebih kenal dengan penulis😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ita Yulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SETIA — BAB 16

POV Tiara

Setelah selesai dengan Anika, aku pindah duduk di samping Mas Arkan, yang terbaring kritis di ranjang ICU bersebelahan dengan kekasihnya. Aku menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara.

"Mas, aku minta maaf jika selama ini aku ada salah," kataku dengan suara lembut. Aku menatap Mas Arkan, berharap dia bisa mendengar suaraku.

Aku mengambil jeda sejenak, mengumpulkan kata-kata yang tepat.

"Aku salut dengan kesetiaanmu kepada Anika, Mas. Tapi aku juga merasa sedih dengan sikapmu yang membuatmu terjebak dalam situasi ini. Seharusnya, kamu turuti saja kemauan Anika, toh selama 9 tahun kita bersama, kita berdua juga tidak pernah saling mencintai. Kebahagiaanmu ada padanya, bukan padaku. Jadi seharusnya kamu lepaskan saja aku agar kalian bisa hidup bahagia bersama, tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Mengenai orang tua kita, aku rasa mereka bisa mengerti jika kita berdua coba bicara baik-baik dan memberi mereka pemahaman."

Aku menekan tangan Mas Arkan dengan lembut, berharap dia bisa merasakan kehadiranku dan mendengar semua apa yang aku katakan.

"Mas, aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku sudah merelakan kamu untuk Anika," kataku, air mataku menetes. "Aku harap kalian berdua bisa segera bangun, karena kehidupan bahagia tanpa penghalang yang kalian damba-dambakan selama ini sudah menanti."

Aku menatap Mas Arkan lekat. "Kamu harus kuat, Mas. Anika membutuhkan kamu. Di dunia ini, dia tidak punya siapa-siapa selain kamu. Soal Ardhan, kamu tidak perlu khawatir, akan kupastikan dia tidak akan pernah kekurangan kasih sayang sedikit pun. Lagi pula, meski pun nanti kita bercerai, aku juga tidak akan pernah melarangmu untuk bertemu dengan anak kita. Aku, kamu, Anika, kita semua bisa menjalin hubungan baik setelah ini," kataku, suaraku penuh harap.

Tiba-tiba, monitor jantung Mas Arkan mulai berbunyi, menandakan bahwa kondisinya semakin kritis. Aku melihat detak jantung Mas Arkan perlahan menjadi lemah dan mulai lurus pada monitor. Seketika aku menjadi panik, aku merasa jantungku ikut berhenti berdetak bersamanya.

"Ma-Mas? Mas Arkan, jangan pergi! Anika membutuhkan kamu!" kataku, suaraku bergetar. "Ardhan juga masih sangat membutuhkanmu, tolong jangan pergi secepat ini, Mas."

Dokter dan perawat segera datang untuk memeriksa kondisinya. Mereka mulai melakukan CPR dan memberikan obat-obatan untuk menstabilkan kondisinya.

Aku terus menatap Mas Arkan, berharap dia bisa sembuh seperti sedia kala. Tubuhku rasanya membeku di tempat, air mataku keluar semakin deras menyaksikan para petugas medis berjuang menyelamatkan nyawanya.

"Ya Tuhan... selamatkan nyawa Mas Arkan. Selamatkan dia Ya Tuhan..." lirihku penuh harap.

Tak lama kemudian, monitor jantung Mas Arkan mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Aku akhirnya bisa menarik napas lega.

"Syukurlah, kondisinya mulai stabil," kata dokter, suaranya begitu menenangkan di telingaku.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Kak, ayo keluar sarapan."

Aku menggelengkan kepala. Posisiku baru bangun tidur di kursi tunggu ruang ICU. "Nanti aja, Rey, aku belum lapar."

Reyhan mendengus, kemudian duduk di sampingku. "Kak Tia kehilangan selera makan kenapa sih? Apa jangan-jangan yang kemarin itu hanya cerita penenang biar aku gak khawatir. Buktinya, semenjak kedua orang itu dirawat di sini, Kakak jadi malas makan. Kalau cuma makan sesuap dua suap terus minum air putih, mana bisa ada tenaga?"

Aku tersenyum sembari menepuk punggung adikku. "Gak gitu, Rey. Aku hanya sedang khawatir tentang kondisi mereka. Meski aku gak cinta sama Mas Arkan, tapi aku tetap merasa bersalah padanya dan Anika."

Reyhan memandangiku dengan mata tajam. "Ngapain sih merasa bersalah sama orang kayak gitu? Mereka kecelakaan itu bukan salah Kak Tia, bisa jadi itu balasan dari Tuhan atas perzin4han yang sudah mereka lakukan bertahun-tahun. Lagian, kalau mereka emang orang bener, pacaran dari TK terus putus menjelang kalian menikah juga gak bakalan selingkuh. Emang watak mereka aja yang lebih rendah dari bi****g, sang**n, gampang tergoda bisikan syaiton yang keparat."

"Hus, gak boleh ngomong gitu," tegurku. ucapan Reyhan benar-benar tidak sedap di telinga. "Bagaimana pun mereka, kita gak berhak menghakimi. Toh dosa ditanggung sendiri-sendiri nanti di akhirat."

Reyhan tak lagi mengatakan apa pun, tapi melihat ekspresinya, sepertinya dia sedang menggerutu dalam hati. "Ya udah, kalau gitu kita keluar cari makan sekarang." Aku bangkit dari posisiku dan menarik lengan Reyhan. "Mau sarapan di mana memangnya?"

"Belum tahu. Nanti kita cari yang enak," jawabnya.

Kami berjalan bergandengan menyusuri lorong rumah sakit menuju parkiran, sembari mengobrol hal-hal random yang tidak penting, guna mengalihkan pikrian sejenak dari 2 orang yang sedang dirawat di Ruang ICU sana. Dan tiba-tiba, suara seseorang yang memanggilku membuat kami berdua refleks menoleh ke arah sumber suara.

"Tiara!"

1
Cikhy Cikitha
Nah kan, nah kan🤣🤣 apa aku bilang😂
Cikhy Cikitha
jangan sok jual mahal😂
Cikhy Cikitha
sweeeeet🥰
Cikhy Cikitha
pendek amat😅
Cikhy Cikitha
lanjuuuuuuuuuuuuuuut
Cikhy Cikitha
Hahaha gemes banget kamu Rey1😘🥰
Cikhy Cikitha
wah wah wah😄😄 Reyhan kalo gak curiga pasti punya niat buat jodohin Senja sama Tiara😄😄
Cikhy Cikitha
lah, bukannya kalo koit malah bagus karna gak perlu capek2 buat ngurus surat cerai🤣🤣
Cikhy Cikitha
sebenarnya Tiara ini juga suka Senja tapi masih denial
Cikhy Cikitha
hahaha bisa dicopas🤣🤣
Cikhy Cikitha
hati2 Tiara... entar juga kangen loh kalo Senja tiba2 gak muncul/Drool/
Cikhy Cikitha
Udah Tiara, langsung acc saja permintaan babang Senja.. udah ngebet dia tuh kasihan
Cikhy Cikitha
kayaknya Tiara sudah mulai ada rasa, tapi dia belum sadar/Chuckle/
Cikhy Cikitha
gas teroos bang/Drool/ tapi jangan lupa pake rem/Chuckle/
Cikhy Cikitha
waow/Drool/
Cikhy Cikitha
greget juga dari sudut pandang Senja😒😮‍💨
Cikhy Cikitha
aku reflek nyanyi "ku tunggu jandamu"🤣🤣
Cikhy Cikitha
ngarreeep teroos🤣🤣
Cikhy Cikitha
banyak banget yang kayak gini, paru-parunya bermasalah gara-gara jadi perokok pasif🤦‍♀️
Cikhy Cikitha
gumuzh🤣🤣🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!