Tiba-tiba pernikahan Raka dan Arumi berakhir setelah 1001 malam berlalu.
“Aku sudah menjalani tugas sebagai suamimu selama 1000 hari bahkan lebih dua hari. Sekarang waktunya mengakhiri pernikahan palsu ini.”
Arumi yang sedang merapikan selimut tertegun, berbalik badan lalu menatap lekat kepada Raka yang tengah berjalan ke arahnya.
“Tidak adakah sedikit pun percikan cinta selama kita bersama ?” tanya Arumi dengan wajah sendu.
Raka tidak menjawab hanya menyerahkan amplop cokelat kepada Arumi yang bergetar menerimanya.
“Jangan mempersulit !” tegas Raka dengan tatapan tajam yang menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengadu pada Anggara
Sudah 3 hari Thalia gagal menghubungi Roni. Sejak Arumi menyinggung masalah 8 tahun yang lalu dan menyebut nama Roni, hidup Thalia tidak tenang.
Tidak mungkin mengadu apalagi minta tolong pada Yongki, Thalia memutuskan untuk menemui Anggara, kakak kandungnya di kantor tanpa membuat janji terlebih dahulu.
“Nona Thalia…..”
Dina, sekretaris Anggara yang berusaha mencegah Thalia membuka pintu ruang kerja kakaknya hanya bisa pasrah karena kalah cepat dengan Thalia.
“Ya ampun !” pekik Thalia dengan mata membola sambil menutup mulutnya karena disuguhkan pemandangan yang membuatnya langsung menghela nafas panjang sambil geleng-geleng kepala.
Yunita, pacar simpanan Anggara terlihat santai, tidak risih meski tertangkap basah sedang duduk di atas pangkuan Anggara hanya mengenakan bra hitam dan rok mini yang sudah tersingkap.
“Apa kabar Thalia,” sapa Yunita dengan senyuman genit dan mengejek Thalia.
Bukannya menjawab, Thalia menghela nafas dan memutar bola matanya. Ia melotot pada Anggara sebagai isyarat supaya segera menyuruh Yunita pergi tapi pria itu malah tertawa.
“Kita lanjutkan nanti,” bisik Anggara tidak lupa memberi ciuman di pipi Yunita.
“Janji ya nanti lanjut lagi,” ujar Yunita dengan suara manja yang membuat Thalia jijik mendengarnya.
Dalam posisi memunggungi sofa, Thalia yang menunggu Yunita keluar malah malah disuguhi suara kecapan bibir kedua mahluk yang sedang terbakar gairah itu.
Emosi Thalia makin memuncak sampai akhirnya ia berdehem cukup keras membuat Anggara melepaskan pagutannya.
“Aku pulang dulu Thalia, sampai letemu lagi,” pamit Yunita yang tidak digubris oleh Thalia.
Begitu mendengar suara pintu ditutup, Thalia baru bisa bernafas lega.
“Ada apa ?” tanya Anggara langsung merangkul bahu Thalia dari belakang.
“Lepasin !” Spontan Thalia meronta dan menjaga jarak dengan Anggara. “Bau pe-la-cur itu membuat aku pingin muntah !”
Anggara malah tertawa, sambil merapikan kemeja, ia pun duduk di kursi kerjanya.
“Jangan terlalu kasar pada Yunita, aku yang minta dia datang mumpung daddy tidak ada. Selain itu aku sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri pertunanganku dengan Eva.”
“Dan memilih pe-la-cur itu sebagai gantinya ? Aku tidak menyangka kalau kakakku adalah laki-laki paling bodoh sedunia !”
“Lalu bagaimana dengan mantan pacarmu yang menganggapmu istrinya ?” sahut Anggara dengan senyuman mengejek.
“Laki-laki itu lebih bodoh karena membuang istrinya yang kaya dan aku yakin masih perawan dan malah memilih kamu yang memanfaatkannya untuk kepentinganmu.”
“Aku kemari bukan ingin membahas Raka tapi Roni,” omel Thalia sambil menarik nafas dalam-dalam.
“Roni ? Ada apa dengan dia ?” Anggara menautkan kedua alisnya.
Thalia duduk di kursi yang ada di depan meja Anggara.
“Sudah 3 hari aku tidak bisa menghubungi dia. Tidak biasanya dia mematikan handphone bahkan pesan yang aku kirim sejak 3 hari lalu masih centang satu.”
“Kamu jatuh cinta sama Roni sampai segitu gelisahnya ?” ledek Anggara sambil tertawa.
“Aku lagi nggak mood bercanda, Kak !” gerutu Thalia. “Aku mencari Roni karena Arumi mengenalnya bahkan aku yakin mereka punya hubungan yang cukup dekat.”
“Kamu cemburu ?” Anggara masih saja meledek adiknya membuat Thalia langsung melotot.
“Aku lagi serius kak Anggara !”
Terbiasa menghadapi drama adiknya, Anggara tersenyum. Ia pun menegakkan posisi duduk dan melipat kedua tangannya di atas meja.
“Aku siap mendengarkan.”
“Aku yakin daddy sudah cerita soal kejadian di kantoe Arumi.”
“Hhhhhmmm,” Anggara mengangguk-anggukkan kepala. “Daddy sangat kesal karena kamu masih penasaran dengan laki-laki bodoh itu.”
Thalia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya sebelum bercerita pada Anggara.
“Aku tahu tapi bukan itu yang membuat aku takut.”
“Jangan bilang perempuan kalem itu berhasil membuatmu ciut.”
“Faktanya begitu. Arumi mengetahui kejadian 8 tahun yang lalu.”
Ucapan Thalia membuat Anggara terkejut dan dia yakin kalau adiknya benar-benar serius.
“Bahkan Arumi tahu kalau aku menyuruh Roni mengawasi Raka selama ini.”
“Maksudmu kamu curiga Roni memberitahu Arumi soal kejadian 8 tahun yang lalu ?”
“Aku tidak pernah menceritakan kejadian itu pada siapapun bahkan daddy dan mommy pun tidak tahu. Apa kakak pernah menceritakannya pada orang lain atau jangan-jangan om Edi memberitahu Arumi ?”
“Tidak mungkin karena om Edi tidak memegang bukti apa-apa. Aku sudah memastikannya sebelum dia di penjara.”
“Bagaimana dengan istri dan anaknya ? Apa mungkin mereka melaporkan pada Arumi supaya om Edi mendapat keringanan ?”
“Mereka tidak punya bukti apa-apa Thalia. Kalau ada pasti kamu sudah dipenjara bersama om Edi.”
“Lalu darimana Arumi tahu ? Dan kenapa baru sekarang dia mengancamku ? Aku yakin Arumi sudah memegang bukti tentang kejadian itu, Kak.”
Anggara beranjak, memeluk Thalia yang sudah mulai berkaca-kaca.
“Mungkin Arumi hanya ingin membuatmu takut karena suaminya lebih memilih kamu daripada dia. Tidak usah terlalu dipikirkan.”
“Lalu kenapa Roni tiba-tiba menghilang, Kak ?” Thalia mulai terisak sambil memeluk pinggang Anggara.
“Bukan pertama kali Roni pergi tiba-tiba seperti menghilang beberapa hari kan ?” hibur Anggara sambil merenggangkan pelukannya dan tersenyum untuk menenangkan Thalia.
“Iya tapi belum pernah sampai mematikan handphonenya Kak. Biasanya pesanku selalu terkirim tapi tidak dibalas. Kali ini handphonenya mati total seperti tidak mau terlacak siapapun.”
Anggara menangkap kekhawatiran adiknya dan setuju dengan pemikiran Thalia tapi tidak mungkin ia menunjukkan rasa curiga pada Roni di depan Thalia.
“Tenangkan pikiranmu,” tutur Anggara sambil mengusap-usap kepala Thalia. “Aku akan mencari tahu keberadaan Roni dan apa maksud Arumi.”
Thalia melepaskan pelukannya dan mendongak dengan wajah berlinangan air mata.
“Aku tidak mau masuk penjara,” rengek Thalia.
“Aku tidak akan membiarkanmu.” Anggara menenangkan sambil membersihkan wajah Thalia dengan tisu.
“Mau ikut denganku ke Singapura ?”
“Untuk apa ?”
Anggara terkekeh dan mencubit kedua pipi adiknya dengan gemas.
“Ada klien yang harus kutemui dan kamu bebas berbelanja untuk menghilangkan stres.”
“Sama Yunita ? Aku nggak mau kalau dia ikutan.”
“Hanya kita berdua,” sahut Anggara sambil tersenyum. “Sudah lama kita tidak menghabiskan waktu berdua.”
Wajah Thalia langsung berbinar bahkan bibirnya sudah bisa menyunggingkan senyum.
“No limit ?” rayu Thalia dengan mata menyipit.
“Kamu ingin menguras tabunganku ?” Anggara menggeleng dengan kedua tangan bertolak di pinggang.
“Lebih baik aku yang menguras uang kakak daripada….”
Anggara meletakkan telunjuknya di bibir Thalia. “Jangan terlalu benci pada Yunita. Kamu akan susah sendiri kalau ternyata dia adalah jodohku.”
Kesal mendengar Anggara masih saja membela selingkuhannya, Thalia beranjak dan mencebik.
“Setidaknya bicara baik-baik dengan kak Eva, jangan membuatnya sakit hati karena melihat adegan seperti tadi dengan mata kepalanya sendiri !”
Anggara tertawa dan mengacak rambut Thalia dengan gemas.
“Sekarang pulanglah, ambil cuti beberapa hari dan bersiaplah pergi denganku.”
Sebelum Thalia berbicara, Anggara yang bisa menebak langsung berbicara lagi sambil menggandeng Thalia ke arah pintu.
“Masalah ijin daddy biar aku yang urus. Sekarang kamu pulang dan tunggu kabar dariku soal jam keberangkatannya.”
Senyum Thalia makin lebar dan ia pun mencium pipi Anggara sebelum keluar.
“Terima kasih kakakku sayang,” bisik Thalia persis di telinga Anggara.
Pria itu hanya terkekeh lalu membukakan pintu untuk Thalia. Setelah memastikan Thalia pergi, Anggara segera kembali ke mejanya dan mengambil handphone untuk menghubungi seseorang.
“Tolong atur pertemuanku dengan Edi.”
raka msih shat tp udh d blng mninggal....mndingn blik lg deh kl msih sling cnta,jgn gngsi yg d gdein...
stlh psah,bru mrsa khilangn....cma bs "s'andainya"....tp ingt,dlu kn raka bnci bgt sm arumi....mlah lbh mlih s ulat bulu drpd istrinya....kl skrng mnysal,nkmti aja....😝😝😝
ga sbr nunggu mreka dpt hkumn stimpal....
Arumi msih pduli trnyta....enth krna msh punya prsaan atw krna hti nurani....
bkannya tnggung jwb,mlah kbur...
enk bgt dia bs bbas skian thn,sdngkn kluarga krban mndrta krna khilngn orng2 yg d cntainya......mga dia jg mrasakn skit yg sma....