NovelToon NovelToon
Dimanja Sahabat Sendiri

Dimanja Sahabat Sendiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Dokter / Office Romance
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mila julia

Aruna hanyalah perawat psikologi biasa—ceroboh, penuh akal, dan tak jarang jadi sasaran omelan dokter senior. Tapi di balik semua kekurangannya, ada satu hal yang membuatnya berbeda: keberaniannya mengambil jalan tak biasa demi pasien-pasiennya.
Sampai suatu hari, nekatnya hampir membuat ia kehilangan pekerjaan.

Di tengah kekacauan itu, hanya Dirga yang tetap bertahan di sisinya. Sahabat sekaligus pria yang akhirnya menjadi suaminya—bukan karena cinta, melainkan karena teror orang tua mereka yang tak henti menjodohkan. Sebuah pernikahan dengan perjanjian pun terjadi.

Namun, tinggal serumah sebagai pasangan sah tidak pernah semudah yang mereka bayangkan. Dari sahabat, rekan kerja, hingga suami istri—pertengkaran, tawa, dan luka perlahan menguji batas hati mereka.
Benarkah cinta bisa tumbuh dari persahabatan… atau justru hancur di balik seragam putih yang mereka kenakan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 . Bantuan?

Aruna keluar dari ruangan dengan langkah yang berusaha ia buat stabil. Tapi begitu pintu menutup di belakangnya, napasnya terasa sesak. Kata-kata dr. Iren terus terngiang di telinganya, berputar tanpa henti—“kami sama-sama punya perasaan itu… tolong dekatkan saya dengan Dirga.”

Tangannya yang masih menggenggam map pasien sedikit bergetar. Rasanya dadanya penuh, seolah ada sesuatu yang menekan dari dalam. Antara ingin tertawa sinis atau menangis, ia sendiri bingung.

Kenapa aku harus bohong? batinnya getir. Kenapa aku harus menutupi kalau aku ini istrinya?

Namun sebelum ia sempat menata pikirannya, sosok tinggi itu sudah muncul di ujung koridor. Dirga, dengan jas dokter putih yang selalu membuat semua mata menoleh. Pandangannya tenang, seperti biasa—tenang yang biasanya menenangkan Aruna, tapi kali ini justru membuat dadanya semakin berat.

“Runa? Lo nggak apa-apa?” suara Dirga membuatnya tersentak.

Tanpa pikir panjang, Aruna refleks memukul dada Dirga dengan map pasien yang ia pegang. “Ngagetin aja lo! Hampir aja gue mati berdiri!” ucapnya dengan nada jengkel, lalu buru-buru melangkah melewati Dirga tanpa menoleh.

Dirga terdiam, keningnya berkerut. “Aneh banget tuh anak…” gumamnya bingung, sebelum akhirnya melanjutkan langkah masuk ke ruangan dr. Iren.

Aruna sempat berhenti, menoleh sekilas. Pandangannya menangkap sosok Dirga yang lagi-lagi menghilang ke dalam ruangan Iren. Hatinya mencelos, senyumnya kecut.

Kayaknya bener… Dirga memang punya perasaan sama Iren. pikir Aruna, tatapannya sinis sebelum ia kembali berjalan, kali ini dengan dada yang makin sesak.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di ruang anak rumah sakit, langkah Bima terhenti ketika seorang bocah laki-laki berusia sekitar lima tahun tiba-tiba berlari dan langsung memeluk kakinya erat-erat. Tangisan anak itu pecah begitu saja, membuat beberapa orang menoleh penasaran.

Bima terkejut, tapi refleks tubuhnya bergerak. Ia membungkuk, lalu menggendong bocah kecil itu dengan hati-hati.

“Hei… hei, cup, cup, cup,” bisiknya lembut sambil menepuk pelan punggung mungil itu. “Nggak apa-apa… tenang ya.”

Tangisan itu perlahan mereda, tapi anak kecil itu tetap diam. Bima mencoba lagi, suaranya penuh kesabaran.

“Mama kamu mana? Om bantu cari, ya?” tanyanya sambil menatap lurus pada mata polos yang masih berkaca-kaca itu.

Tidak ada jawaban. Anak itu hanya mengisap bibir bawahnya. Bima menghela napas, lalu beralih strategi. Ia berjalan ke meja perawat, mengambil beberapa permen yang tersedia, lalu menyodorkannya.

“Nih, permen enak. Om punya banyak, tapi cuma buat anak baik yang mau cerita.”

Bocah itu masih bungkam, namun matanya mulai tertarik pada permen di tangan Bima. Bima pun tersenyum kecil, mulai mengajaknya bermain, pura-pura menyembunyikan permen di balik telapak tangan, membuat si kecil sedikit terhibur meski masih murung.

Namun, saat suasana mulai mencair, suara panik terdengar dari arah pintu.

“Alex!”

Seorang wanita berlari masuk dengan napas terengah—Nadya. Begitu melihat bocah itu dalam pelukan Bima, ia langsung mendekat dan memeluk anaknya erat-erat.

“Alex, mama cari dari tadi! Ternyata kamu di sini!” ucap Nadya penuh lega, suaranya masih bergetar.

Bima membeku sejenak. Pantas saja wajah bocah ini terasa familiar sejak tadi. Tapi ia tidak pernah menyangka… ternyata bocah itu adalah anak Nadya.

Tak lama, seorang babysitter juga masuk sambil terengah-engah.

“Den Alex, syukurlah aden nggak papa,” katanya dengan wajah panik, ikut mendekati anak itu.

Bima akhirnya bersuara, nadanya penuh campuran kaget dan tak percaya.

“Jadi… ini anak kamu, Nad?”

Baru saat itu Nadya sadar keberadaan Bima. Ia menoleh cepat, matanya membesar. “Bim…” ucapnya terkejut, lalu buru-buru mengangguk. “Iya, ini Alex. Tadi dia tiba-tiba maksa ikut, jadi aku suruh suster nganterin. Tapi… eh, malah lari ke dalam rumah sakit. Aku panik banget.”

Bima hanya mengangguk pelan, masih berusaha mencerna semuanya. Hingga Alex kembali menghampirinya sambil tersenyum cerah.

“Omnya baik, Ma. Dia ngasih aku permen,” katanya sambil menarik tangan Bima agar lebih dekat dengan Nadya.

Kali ini Bima benar-benar terkejut. Sejak tadi, bocah itu tidak mau membuka mulut sama sekali, tapi untuk Bima ia bicara.

Nadya tersenyum lega, lalu menatap Bima dengan tulus. “Terima kasih ya, Bim… udah jagain Alex. Sebagai rasa terima kasih… gimana kalau nanti malam kamu makan malam di rumah aku? Aku harap kamu nggak menolak.”

Bima sempat ragu, menggaruk tengkuknya. “Iya sih… tapi apa aku nggak ngerepotin?”

Nadya langsung menggeleng sambil tersenyum tipis. “Nggak sama sekali.”

“Yeay!” Alex bersorak kecil, matanya berbinar. “Om baik bisa main sama Alex lagi, kan, Ma?”

Nadya menatap anaknya, lalu kembali pada Bima. Senyumnya kali ini lebih hangat, seolah membuka pintu baru yang selama ini tertutup rapat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Raka dan Maya sudah siap dengan ide jahil mereka. Dengan penuh semangat, mereka jongkok di samping mobil Dirga di parkiran, mengempeskan keempat bannya pelan-pelan.

“Baby, fix banget kalau ban mobilnya kempes gini, mereka nggak bisa pulang. Ending-nya pasti naik taksi bareng. Bisa jadi turun di apartemen salah satunya, terus… ya tau sendiri lah,” bisik Maya sambil menoleh ke Raka dengan mata berbinar.

Raka terkekeh pelan. “Sayang, sumpah ini misi paling romantis yang pernah kita lakuin. Tapi bukan buat kita, buat mereka,” ucapnya sambil nyengir.

Maya cekikikan, lalu menempelkan jarinya ke bibir Raka. “Sssst, jangan berisik. Nanti ketauan. Fokus dulu, biar rencana kita mulus.”

Begitu selesai, mereka berdua saling pandang lalu tos pelan, penuh rasa puas.

“High five, baby! Kita jenius banget,” kata Raka sambil memeluk bahu Maya.

Maya tersenyum bangga, lalu buru-buru menarik Raka bersembunyi di balik pilar saat pintu lift berbunyi.

Aruna dan Dirga keluar bersama, langkah mereka santai sampai akhirnya—

“Run!” suara Dirga meninggi ketika pandangannya jatuh pada mobilnya. Empat bannya kempes semua.

Di balik pilar, Maya dan Raka hampir meledak menahan tawa.

“Kayaknya ini ada yang sengaja kempesin ban mobil lo, Ga,” gumam Aruna sambil menendang ban dengan kesal.

Dirga mengangguk. “Kayaknya iya deh. Tapi sekarang masalahnya, kita pulang pakai apa?”

Aruna mengangkat bahu, wajahnya lelah. “Ya naik taksi lah, udah malem gini juga.”jawab Aruna menenteng tasnya dengan lemas.

Belum sempat mereka benar-benar memutuskan, sebuah Honda Brio merah berhenti di depan mereka. Jendela kaca perlahan turun, memperlihatkan wajah Iren dengan senyum ramahnya.

“Ga? Kenapa?” tanyanya, pandangan berganti antara Dirga dan Aruna.

“Ini, ban mobil gue kempes semua,” jawab Dirga sambil menggaruk tengkuknya, sedikit canggung.

“Oh, gitu ? Yaudah bareng gue aja. Kebetulan jalannya searah, Run lo juga mau pulang kan? Yuk naik sekalian,” ajak Iren antusias.

Aruna terkejut, hendak membuka mulutnya untuk menjawab. Namun Dirga sudah lebih dulu menyela.

“Nggak usah, Ren. Dia apartemennya jauh. Biar dia naik taksi aja,” ucapnya cepat, lalu langsung masuk ke mobil Iren.

Aruna terdiam. Hatinya tercekat mendengar bagaimana Dirga dengan mudah memutuskan begitu saja, bahkan terang-terangan menyuruhnya pulang sendiri di depan Iren. Padahal selama ini Dirga tidak pernah membiarkannya pulang sendiri meskipun mereka berbeda sif sekalipun .

Iren menoleh lagi. “Emang nggak papa, Run?” tanyanya, setengah ragu.

“Nggak papa kok,” jawab Dirga sambil melirik sekilas ke arah Aruna. “Iya kan, Run? Lo bisa pulang sendiri kan?”

Aruna hanya berdiri kaku. Ada rasa perih menekan dadanya, tapi ia memaksa bibirnya tersenyum tipis. “Bisa kok. Santai aja.”

Seketika mobil Iren melaju, meninggalkan Aruna sendirian di parkiran yang mulai sepi. Cahaya lampu redup memantulkan bayangan tubuhnya yang masih terpaku di tempat, menatap kepergian Dirga dan Iren yang semakin menjauh.

Sementara itu, di balik pilar, Maya dan Raka saling berpandangan dengan wajah terperangah.

“Lah… kok jadi gitu?” bisik Maya, wajahnya kesal.

“Sayang, rencana kita benar - benar gagal total. Bukannya makin deket, malah yang mesra Dirga sama Iren,” sahut Raka, memegangi kepalanya sendiri.

Maya mendengus. “Parah, sumpah. Kayak Iren tuh punya radar deh. Setiap kita bikin momen, dia selalu nongol di detik terakhir.”

Raka hanya bisa mengangguk lemas, sementara

Aruna masih berdiri mematung di parkiran yang sepi. Jemarinya refleks menekan dadanya sendiri, tepat di atas jantung yang berdetak tidak wajar.

"Kenapa rasanya sesak begini?" batinnya bingung.

"Kenapa gue jadi peduli banget sama keputusan Dirga?"

"Padahal… seharusnya gue nggak perlu merasa apa-apa."

Aruna menggigit bibir, menunduk dalam-dalam. Tapi pertanyaan itu tetap menggantung, tak ada jawaban hanya menyisakan tanda tanya besar yang justru membuat dadanya semakin berat.

.

.

.

Bersambung.

...~Bima dan Nadya ~...

Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤

lanjut next bab yaa guys 👇👇👇

1
vj'z tri
bales ayo baleh may hempaskan ulat bulu 🔥🔥🔥🔥🔥
vj'z tri
😲😲😲😲😲😲😲😲🫢🫢🫢🥹🥹🥹🥹🥹🥹
vj'z tri
sirine alarm tanda bahaya sepertinya harus mulai dinyalakan🫣🫣
vj'z tri
🫣🫣🫣🫣🫣 kayaknya ulat bulu mulai mendekat
vj'z tri
insting seorang dokter Dirga langsung beraksi, ayo kak bantu kamu pasti bisa membantu istrimu🔥🔥🔥
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 para ibu suri datang 🎉🎉🎉🎉🎉siap siap ada gebrakan ap lagi
vj'z tri
semua terserah padamu aku begini adanya ku hormati keputusanmu apapun yang akan kau katakan aselole🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
😏😏😏😏 langsung berubah tuh muka liat yang bening 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
biasa ajj bro gak sah 👆👆👆👆 tak gigit jari mu 😏😏😏
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 belum lama di sebut dah nongol ajj dr.salma
vj'z tri
🤔🤔🤔🤔🤔🤔 ada yang di sembunyikan aruna
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 sesuai prediksi BMKG tepat sasaran
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 wes toh kalau penguasa bumi sudah bertindak yang lain lewat sen kanan belok kiri
Kutipan Halu: ngk bisa ngelawan yaa kak🤣
total 1 replies
vj'z tri
masa iya drama nya langsung ketawan 🤣🤣🤣
Kutipan Halu: emaknya punya 1001 cara tapi anaknya punya 1002 cara dong biar ngk ketauan😁
total 1 replies
vj'z tri
woi bukan bercanda ga ,pak dokter pie sih 😮‍💨😮‍💨😮‍💨
Kutipan Halu: tolong di luruskan kak🤣
total 1 replies
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 lah kok baru buka langsung di ajak ngakak berjamaah toh ini
Kutipan Halu: wkwkwk buat mengawali hari yg indah ini kak😁
total 1 replies
vj'z tri
sah 🎉🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
setelah berjuang menyelesaikan bertumpuk tumpuk kerjaan bisa tengok kemari 🤩🤩🤩🤩 warga baru melapor 🤭🤭🤭
kalea rizuky
abis ne nangis darah lu dir klo Aruna ada yg naksir
kalea rizuky: 🤣🤣 sebel liat Dirga sumpah
total 2 replies
ig:@kekeutami2829
kl smlm emng bneran g kbayang malunya gimana. gue keramas pagi aja suka malu sendiri /Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!