Sinopsis
Jovan, seorang pria muda pewaris perusahaan besar, harus menjalani hidup yang penuh intrik dan bahaya karena persaingan bisnis ayahnya membuat musuh-musuhnya ingin menjatuhkannya. Suatu malam, ketika Jovan dikejar oleh orang-orang suruhan pesaing, ia terluka parah dan berlari tanpa arah hingga terjebak di sebuah gang sempit di pinggiran kota.
Di saat genting itu, hadir Viola, seorang wanita sederhana yang baru pulang dari shift panjangnya bekerja di pabrik garmen. Kehidupannya keras, dibesarkan di panti asuhan sejak kecil tanpa pernah mengenal kasih sayang keluarga kandung. Namun meski hidupnya sulit, Viola tumbuh menjadi sosok kuat, penuh empati, dan berhati lembut.
Melihat Jovan yang berdarah dan terpojok, naluri Viola untuk menolong muncul. Ia membawanya bersembunyi di rumah kontrakan kecilnya yang sederhana. Malam itu menjadi titik balik dua dunia yang sangat berbeda.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23 Jebakan dalam Bayangan
Malam itu, hujan turun rintik-rintik membasahi kota. Jalanan terlihat lengang, hanya lampu jalan yang redup menjadi saksi bisu pergerakan diam-diam Davin Armanda dan orang-orang suruhannya. Di sebuah gedung tua di pinggiran kota, segala sesuatu telah disiapkan dengan sangat rapi— jebakan untuk Viola.
"Pastikan semuanya berjalan lancar," ujar Davin dingin kepada bawahannya.
"Kita tidak boleh gagal malam ini."
Di saat yang sama, Viola yang baru saja pulang dari tempat kerjanya menerima pesan singkat yang membuat jantungnya berdetak kencang.
"Rara dalam bahaya… datang ke gudang lama di pelabuhan utara. Jangan beri tahu siapa pun."
Wajah Viola langsung pucat. Ia mengenali nomor itu nomor tak dikenal yang pernah mengirim ancaman beberapa hari sebelumnya.
Tanpa pikir panjang, ia mengenakan jaket dan melangkah keluar ke dalam malam yang gelap. Ia tidak tahu… malam itu adalah malam yang telah direncanakan Davin.
Gudang itu sepi, hanya terdengar suara tetesan air hujan dari atap seng. Begitu Viola masuk, pintu besar langsung menutup di belakangnya dengan suara "bruk!" Sangat keras.
"Apa ini…?" bisik Viola panik.
Dari kegelapan, Davin muncul dengan langkah perlahan, mengenakan mantel hitam. Wajahnya datar namun matanya menyala penuh obsesi.
"Kamu datang juga," katanya dengan nada puas.
"Davin?! Apa maksudmu ini?!" Viola melangkah mundur.
"Aku sudah memberimu kesempatan sejak lama, Vio. Tapi kau terus memilih pria itu. Sekarang… aku tidak akan memberimu pilihan lagi."
Davin memberi isyarat tangan, dua anak buahnya mendekati Viola dari samping.
Gadis itu mencoba melawan, namun tangannya segera ditahan. Ia berusaha berteriak, tapi ruangan itu kedap suara.
Sementara itu, beberapa kilometer dari lokasi, Jovan berdiri di depan layar peta digital di dalam mobil taktis. Salah satu anak buahnya melapor.
"Bos, target Davin terdeteksi menuju gudang pelabuhan. Kami mengikuti dari jauh. Ada beberapa mobil hitam ikut masuk ke area itu."
"Pastikan perimeter aman. Jangan sampai dia lolos," jawab Jovan dengan rahang mengeras.
Ia mengenakan jaket kulit hitamnya, menyiapkan senjata dengan gerakan cepat. Tatapannya dingin bukan lagi seperti Jovan yang lembut kepada Viola, tapi Jovan yang berbahaya, seorang penguasa yang ditakuti banyak orang.
"Malam ini, Davin,aku akan mengakhiri semua ini."gumamnya lirih.
Begitu Davin mulai mendekat ke arah Viola, suara dentuman keras terdengar.
"Dorr!"
Pintu gudang terbuka dengan tendangan keras dari salah satu orang Jovan.
"JANGAN SENTUH DIA!" suara Jovan menggema keras.
Davin terperanjat, tapi senyumnya tidak hilang.
"Kau akhirnya datang juga, Jovan."
"Lepaskan dia atau malam ini… aku pastikan kau tidak akan bisa berdiri lagi."
Bentrokan pun pecah.
Tim Jovan melawan anak buah Davin dengan pertempuran cepat di dalam gudang yang gelap dan sempit. Suara tembakan dan benturan besi terdengar bergema.
Viola berhasil melepaskan diri saat salah satu anak buah Davin dijatuhkan oleh orang Jovan. Ia berlari ke arah Jovan dengan napas terengah.
"Jovan…,"suaranya bergetar.
"Tenang, aku di sini sekarang," balas Jovan cepat sambil melindunginya di belakang tubuhnya.
Saat semua orang sibuk bertarung, Davin dan Jovan akhirnya berhadapan langsung.
Mereka berdiri di tengah ruangan, saling menatap dengan sorot tajam. Hujan deras mulai masuk lewat atap bocor, membuat suasana semakin tegang.
"Kau pikir kau bisa melindunginya selamanya?" kata Davin dengan nada mengejek.
"Tidak,"jawab Jovan pelan. "Tapi aku akan mencobanya sampai mati...!!"
"Konyol... benar-benar konyol..."Davin tertawa mengejek.
Pertarungan pun meledak. Tinju dan tendangan saling menghantam. Davin yang terlatih tidak mudah dikalahkan, namun Jovan jauh lebih berpengalaman. Dalam satu gerakan cepat, Jovan berhasil menghantam rahang Davin dan menjatuhkannya ke tanah.
Davin mencoba mengambil pistol, tapi Jovan lebih dulu menendangnya.
"Permainanmu selesai, Davin.!'
"Kau… !! tidak akan pernah menang,!"desis Davin dengan darah mengalir di sudut bibirnya.
"Bukan soal menang atau kalah," jawab Jovan datar. "Ini soal siapa yang berani melindungi orang yang ia cintai."
Polisi dan tim keamanan datang tak lama setelah bentrokan usai. Davin ditahan dengan wajah penuh amarah, sementara orang-orangnya ditangkap satu per satu.
Viola berdiri di sisi Jovan, tubuhnya masih gemetar namun matanya menatap pria itu dengan air mata yang tak tertahan.
"Kenapa… selalu aku yang membuatmu terluka seperti ini?" bisiknya lirih.
"Karena kau satu-satunya alasan aku masih bertarung,' jawab Jovan lembut sambil memeluknya erat.
Di kejauhan, Maya menerima laporan kegagalan rencana jebakannya.
Wajahnya memucat, tapi kemudian ia tertawa pelan, seperti seseorang yang belum selesai bermain.
"Kau pikir ini sudah berakhir, Jovan? Ini… baru permulaan."
"Sepertinya aku harus berpikir ulang, untuk menang aku harus mengalah terlebih dahulu, setelah suasana dalam kendaliku maka semuanya akan berjalan sesuai dengan kehendak ku..!"ucap Maya tersenyum licik. entah apalagi yang akan ia rencanakan Namun yang pasti ia tidak akan pernah memberikan restu kepada Jovan dan wanita panti asuhan itu...