Putri cantik kerajaan yang bernama Khanina itu memiliki kemampuan mengubah batu menjadi emas pada saat ia dalam keadaan bahagia. Kemampuan Putri Khanina tersebut membuat sang ayah ketakutan akan sesuatu yang menimpanya.
Kemudian Khanina menikah dan menjadi Ratu di kerajaan suaminya. Banyak permasalahan yang menimpanya selama berada di Kerajaan itu, sehingga ia harus menolong suaminya dengan kekuatan yang ia miliki. Namun malang menimpanya. Saat ia mengubah bebatuan menjadi emas, ada seorang yang melihatnya. Masalahpun semakin berat, ia dan suaminya dituduh berkhianat dan harus dipenjara, dan ia harus melarikan anaknya Mahiya yang juga memiliki kemampuan yang sama ke hutan gunung dan terus berada disana hingga akhirnya Mahiya menikah dan memiliki anak bernama Rae. Bebatuan di gunung itupun banyak yang berubah menjadi emas. Rae dan gunung emas menjadi incaran para pengkhianat kerajaan. Apa yang terjadi pada mereka selanjutnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon atika rizkiyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rae Belajar Berkuda
Pagi yang cerah. Rae dan ayahnya menuju lapangan istana untuk berlatih menunggangi kuda. Davin sudah tampak terbiasa dengan kegiatan itu karena ia salah satu prajurit terbaik istana Jatinra kala itu. Sambil berjalan menuju lapangan istana, Davin dan Rae berbicara dengan akrab. Pengawal mengikuti mereka dengan jarak yang jauh.
“Ayah, aku selalu teringat ibu, kenapa kita masih disini dan belum mencarinya ?” Tanya Rae.
“Tenanglah Rae, kita harus berhati-hati dalam hal ini. Cerita tentang ibumu bisa mengubah batu menjadi emas telah tersebar. Aku takut kejadian yang dialami Ratu Khanina terulang padanya. Aku khawatir jika ia akan ditangkap dan dipaksa mengubah batu menjadi emas oleh orang-orang yang serakah dan tamak dengan harta.
Dan kau tau Rae, setelah aku tau bahwa ibumu masih hidup, aku mengutus dua orang prajurit untuk mencarinya. Aku perintahkan kepada prajurit itu untuk menyusuri pegunungan hutan tempat kita bersembunyi dulu, jika ada tanda kehidupan yang mencurigakan, maka segeralah beritau aku. Hampir dua minggu pencarian itu, namun mereka belum ada membawa kabar apapun. Itulah sebabnya Rae, aku memerintahkan engkau untuk mampu menunggangi kuda dengan baik dan melatih fisikmu agar kita sendiri yang langsung mencari keberadaan ibumu.” Sejenak Davin terdiam dan menarik napas panjang.
“Baiklah Rae, kita tidak memiliki waktu yang banyak. Pesanku, berlatihlah dengan baik dengan waktu singkat.” Ucap Davin.
“ya ayah, aku akan melakukannya dengan baik”.
Davin dan Rae telah sampai di lapangan istana tempat mereka akan berlatih kuda. Tampak ada 3 ekor kuda dengan warna yang berbeda telah disiapkan untuknya.
“pilihlah kuda yang akan menjadi tunggangan terbaikmu Rae.” Perintah Davin.
Rae tersenyum lalu mendekati seekor kuda berwarna coklat keemasan.
“aku menyukai kuda ini, ayah. Tubuhnya gagah dan warnanya indah” ucap Rae sambil mengelus kuda kesayangannya.
Beberapa hari ia terus berlatih berkuda hingga dengan waktu singkat ia telah menguasainya.
“Aku pikir kau sudah bisa menunggangi kuda dengan baik, Rae. Besok kita akan berlatih memanah. Aku akan minta prajurit menyiapkannya. Besok pagi kita akan bertemu disini Rae.” Davin mengingatkan.
“baik ayah, aku pasti akan sangat menyukainya” ucap Davin.
Keesokan harinya, terlihat Rae lebih bersemangat.
“Pagi yang luar biasa, aku menunggu moment ini” gumam Rae dalam hatinya.
“hai.. ayah, selamat pagi”
“yaa.. selamat pagi nak.. Kau sangat bersemangat hari ini?!” tanya Davin penasaran.
“Aku sudah lama menunggu saat ini, ayah.”
Rae langsung mengambil busur dan anak panah, menarik dan melepaskannya kearah sasaran panah. Ia begitu lincah melakukannya dengan tehnik yang sangat baik.
Taaaaaaaghsss... (Bunyi anak panah yang menancap di sasaran panah. Hampir tepat.
Melihat itu, Davin memandang Rae dengan pandangan yang dalam dan heran.
“Yeachh.. sedikit lagi” ucap Rae senang, kemudian menoleh kearah ayahnya Davin dan mendapati ayahnya sedang memandangnya dengan pandangan yang aneh.
“Ayah, ada apa?” ucap Rae heran.
“dimana kau tau cara itu ?”.
“emm..aku..eee.. Suli, ayah.. dia yang mengajariku kala itu” ucap Rae dengan gugup.
“apa aku membuat kesalahan?”.. tanya Rae bingung
“tidak nak” Davin menenangkan Rae yang terlihat sangat gugup.
Hampir dua jam mereka berlatih fokus memanah.
“apa kau lelah Rae? Ayo kita istirahat”..
Rae mengangguk sambil tersenyum dengan ajakan ayahnya.
Kemudian mereka duduk sambil minum secangkir teh.
“ceritakan padaku tentang Suli.” Ucap ayahnya, Davin.
Tampak Rae sedikit terkejut dan bingung.
Rae lalu tertunduk dan senyum.
“Suli sangat istimewa, ayah. Dia cantik, cerdas dan punya kemampuan luar biasa.”
“karena itu kau mengatakan bahwa dia istimewa?” Davin menyela Rae.
Rae tertawa kecil dan menjawab “ya”.
“apa kemampuannya melebihi aku ?”
“aku tidak bilang begitu, ayaaaah”..
Rae bertambah gugup dengan pertanyaan ayah.
“yaaa.. aku tau maksudmu, kau ingin mengatakan bahwa Suli itu luar biasa bahkan melebihi aku kan ?” ayah terus menggoda Rae...
“ayah.. berhentilah seperti anak kecil” ucap Rae yang mulai berwajah merah karena mulai merasa malu.
“Baiklah, kalau dia lebih hebat dari pada aku, besok akan aku suru dia datang untuk mengajarimu disini, bagaiman menurutmu Rae? Haha.haaa... (Davin tertawa lepas dan terus mencandai Rae)..
Dengar Rae, sore ini aku akan datang ke suku Ahradya. Dan aku katakan bahwa Raja Rae sedang menunggumu di istana dan dia sangat merindukanmuu... (Ayah terus tertawa menggoda Rae lalu ia berlari kemudian Rae mengejarnya)
“ayah !!.. berhenti seperti itu. Jangan ganggu aku ayah.. jangan suru dia kesini, aku malu ada dia” ucap Rae sambil berlari kecil disekitar lapangan istana mengejar ayahnya.
“yaa.. karena kau mencintainya,.. hahahaaa..aaaa”
Siang itu, canda tawa Rae dan Davin menghiasi sudut istana. Lama mereka tidak sebahagia itu.
..