Jodoh itu rahasia Tuhan. Siapa sangka dua manusia yang terkesan saling cuek dan tidak punya ketertarikan satu sama lain itu disatukan dalam ikatan pernikahan. Akan seperti apa rumah tangga keduanya, saling menerima atau malah kalah sebelum mencoba? Ikuti kisah mereka karena mungkin kita akan menjadi saksi cinta mereka bertumbuh atau sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pipit fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sibuk
Irsan mulai menyadari kalau dirinya sudah salah bicara, dia harus belajar banyak kalau hati perempuan itu sensitif. Seperti ini kali pertama dirinya membujuk perempuan agar tidak marah, atau Irsan akan bersikap acuh seolah tidak terjadi apapun.
"Aku benar-benar minta maaf. Abang janji akan lebih menjaga kesehatan lagi dan juga mengurangi jam kerja abang. Sekali lagi maaf kalau abang sudah menyakiti perasaan kamu." Alma tidak ingin terlalu banyak bicara, dia hanya menganguk lalu keluar kamar untuk mengerjakan pekerjaan lain yang belum selesai.
Menyiapkan makanan dan merapikan rumah sudah menjadi rutinitas harian untuk Alma, sejauh ini dia senang melakukannya. Saat Alma akan mengajak Irsan untuk makan siang nyatanya laki-laki itu tengah sibuk dengan hapenya, beberapa kali juga dia sempat mendengar sambungan telpon dari seseorang, mungkin rekan kerjanya di restoran yang saat ini sedang mengambil alih tugas Irsan.
"Makan siangnya sudah siap. Silakan dimakan." Setelah mengantarkan makan siang Irsan, dia pun kembali ke meja makan, ia menyantap makan siangnya dengan tenang. Sedang Irsan hanya menatap kepergian Alma tanpa bicara sepatah kata pun.
Alma sudah selesai menyantap makan siangnya, awalnya dia ingin kembali ke kamar utama untuk melihat makanan yang ia bawa sudah dimakan atau belum. Namun saat mendengar suara telpon seperti sebelumnya dia mengurungkan niatnya dan malah masuk ke kamar tamu untuk istirahat, karena sejujurnya Alma pun masih mengantuk.
Sampai Alma bangun dari tidurnya dan melihat keadaan suaminya, laki-laki itu masih sibuk dengan hapenya.
"Sebaiknya kamu pergi ke restoran saja, Bang. Dari pada dirumah tapi pikiran kamu ada di sana. Kamu yang tau tubuh kamu sendiri, aku yakin kamu akan lebih sehat jika bekerja."
Alma benar-benar tak habis pikir kenapa suaminya tidak bisa menjaga kata-katanya sendiri, belum beberapa jam berlalu saja Irsan sudah ingkar janji. Mendengar ucapan sarkas sang istri ia jadi serba salah, di satu sisi restoran adalah tanggung jawabnya, jadi dia ingin melakukan yang terbaik untuk acara kali ini.
"Maaf," ucap Irsan lirih.
***
Dua hari kemudian keadaan Irsan sudah lebih baik, bahkan bisa dikatakan pulih. Suasana canggung itu masih terasa, irsan sibuk dengan sarapan dan hp ditangannya. Begitu juga dengan Alma.
"Hari ini abang mau ke restoran ya Al."
"Terserah abang, memangnya sudah pulih semuanya?."
"Badan abang susah jauh lebih baik dari sebelumnya. Abang cuma mau cek laporan keuangan Dan melihat keadaan restoran saat ini. Abang tidak betah kalau terlalu lama di rumah apalagi tidak melakukan apapun, "
Alma benar-benar tidak habis pikir dengan ucapan suaminya, namanya orang sakit pasti akan fokus pada penyembuhan dan istirahat total.
Tanpa berniat menghalangi atau membuat larangan untuk suaminya Alma hanya menganguk dan mempersilakan.
"Pergilah, lagi pula aku tidak akan mungkin menahan abang lebih lama apalagi untuk beristirahat."
"Maaf, abang janji akan pulang lebih awal." Irsan begitu kegirangan saat ia sudah berhasil izin kepada Alma. Sedangkan Alma sudah tidak peduli dengan janji yang sudah dikatakan suaminya.
Makin hari makin lama hubungan keduanya semakin terasa hambarnya, Irsan hanya mementingkan pekerjaan, pekerjaan dan pekerjaan saja. Irsan melupakan kalau rumah tangganya harus dijaga dan dirawat dengan cinta. Tapi irsan melupakan hal itu.
Setelah Irsan pulih dan kembali ke dunia pekerjaan irsan benar-benar melupakan segalanya. Bahkan kehidupan rumah tangganya. Dia makin gencar melebarkan sayapnya, apalagi peluang kerja sama dari orang-orang penting yang percaya untuk berinvestasi pada Irsan. Irsan akan sangat totalitas.
Lain halnya dengan Alma yang semakin hari semakin kesepian, merasa menjalani kehidupan rumah tangga sendirian. Alma kesepian, setiap hari dia hanya melakukan aktivitas yang sama, sampai akhirnya dia memutuskan untuk bekerja. Kalau alma tetap mengurus rumah dan menikmati uang suaminya dia takut akan ketergantungan. Benar yang dikatakan dewi sahabatnya kalau dia harus mandiri.
Tanpa menunggu izin dari suaminya Alma memulai untuk melamar di beberapa perusahaan yang sesuai dengan bidang dan kemampuannya. Alma sibuk membuat lamaran pekerjaan dan mengirimnya via email ke berbagai perusahaan. Alma tidak menyadari kalau Irsan sudah pulang. Irsan sedikit terganggu dengan sikap alma sebelumnya meskipun sedang repot Alma akan tetap menyambutnya, berbeda kali ini, alma fokus dengan laptop .
"Al, abang sudah pulang," Alma hanya menganguk dan tersenyum.
"Iya bang. Abang pasti sudah makan seperti biasa kan, aku nggak masak karena kebuang terus, akhirnya aku mutusin buat masak mie instan saja lebih praktis. " Irsan merasa tertampar dengan kenyataan yang ada, karena memang selama ini dia pulang dalam keadaan sudah makan, tanpa bertanya istrinya masak apa atau makan apa.
"Maaf. Abang benar-benar sibuk dengan pekerjaan tanpa memperhatikan kamu di rumah." Lagi-lagi alma hanya menganguk dan tersenyum.
"Santai aja, bang. Fokus sama kerjaan abang aja, aku masih aman ko." Ucapan Alma benar-benar mencubit dirinya.
"Kamu lagi apa, tumben main laptop, nonton drakor ya?" Alma menggeleng mendengar pertanyaan suaminya.
"Aku lagi berusaha masukin lamaran ke perusahaan- perusahaan kali aja ada rejeki aku di sana."
Irsan terkejut dengan jawaban istrinya, Irsan menduga kalau Alma sedang sibuk menonton drakor seperti biasanya, namun jawaban yang diberikan istrinya diluar dugaannya.
"Kamu mau kerja?" Alma hanya menganguk.
"Tapi kenapa, uang yang aku transfer masih kurang?."
Alma menggeleng halus. "Lebih dari cukup bang, aku cuma nyari kesibukan aja. Sepertinya menyenangkan memiliki kesibukan seperti abang, tidak ada waktu untuk merasa kesepian."
Irsan menatap istrinya dengan penuh rasa bersalah, selama ini dia sudah zolim karena membiarkan istrinya kesepian. Irsan akui akhir-akhir ini jarang sekali mengobrol dengan Alma alasannya karena sudah lelah dengan pekerjaan dan saat sampai rumah inginnya istirahat saja.
"Maafin abang, abang benar-benar ngerasa gagal menjadi seorang suami. Abang harap kamu mengerti kesibukan abang semuanya demi kemajuan restoran, abang ingin berhasil di bidang ini, ini cita-cita abang sejak lama jauh sebelum kita menikah."
Kali ini senyum alma sedikit terpaksa "Maaf ya, pernikahan ini menghambat kesuksesan abang. Aku janji tidak akan merepotkan abang, aku akan mendukung sepenuhnya apa yang abang lakukan. Jangan merasa terbebani dengan adanya aku, setelah nanti aku dapat pekerjaan semuanya akan seperti awal lagi bedanya ikatan kita saja."
"Bukan itu maksud abang Al, abang hanya ingin pengertian kamu saja, mungkin beberapa bulan kedepan abang akan disibukan dengan pembukaan cabang restoran di luar kota, setelah semuanya beres abang janji akan bawa kamu berbulan madu." Mendengar kata bulan madu Alma menyadari satu hal, sebelum suaminya sakit mertuanya sempat menyuruh dirinya menanyakan perihal bulan madu itu.
"Oh iya, sebelum kamu sakit ibu sempat nanyain keberangkatan kita bulan madu, katanya takut tiketnya hangus. Aku suruh nanyain ini tapi kelupaan."
Irsan kali ini banyak menunduk karena merasa bersalah, belum lagi kata maaf yang berkali-kali diucapkan.
"Maaf, aku membatalkan semuanya." Ucapan rasa bersalah irsan, namun berbeda dengan Alma yang sudah menduganya sejak awal.