NovelToon NovelToon
Cinta Cucu Sang Konglomerat

Cinta Cucu Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ichi Gusti

Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa-apa, Apa?

Anna berdiri dan menyadari bahwa William lah yang baru saja mengejutkan nya. "Eh. Pak William. Ya, ada sedikit pekerjaan yang belum selesai."

Tanpa berkata William mengambil beberapa berkas dari meja Anna lalu melihat layar komputer Anna.

"Bahan rapat besok?!" lebih seperti sebuah pernyataan dibanding pertanyaan.

Anna mengangguk.

William menggeleng dan tersenyum miring. Ia mengeluarkan ponsel dari kantongnya, menggeser dan memencet layar itu.

Notifikasi pesan muncul di ponsel Anna di atas meja.

"Coba cek!" perintah William.

"Apa? Eh?!" Anna menerima ponsel nya yang diambil William dari atas meja.

Sebuah nomor tak dikenal mengirim file kepadanya. Apa-apaan ini? Anna tak percaya. File itu berisi data yang sedang dikerjakannya. Ia pun memperlihatkan muka bodoh dan tak percaya kepada William. Pekerjaan yang dilakukan nya selama berjam-jam hingga matahari sudah condong di ufuk barat meninggalkan warna jingga kemerahan di langit, ternyata hanya pekerjaan yang sia-sia.

William ingin tertawa dan mencemooh Anna yang terlalu polos.

"Rapat besok adalah rapat penting. Kamu pikir perusahaan sebesar Wijaya Group tidak mempersiapkan sebuah rapat penting jauh sebelum agenda rapat dilaksanakan?"

Anna tidak sanggup menjawab. Itulah yang tadi dipikirkan nya. Mana mungkin perusahaan besar tidak mempersiapkan sebuah rapat jauh-jauh hari dan membiarkan seorang karyawan pemula mengerjakan nya sendiri. Ya. Sendiri tanpa dibimbing sedikit pun. Anna menggigit bibir, menyadari bahwa dia sedang dikerjai oleh para senior nya.

"Ma-maf, Pak. Saya tidak menyangka kalau akan dikerjai seperti ini!"

William menunggu kalimat Anna selanjutnya.

"Tapi..."

"Tapi apa?"

"Tapi setidaknya saya jadi punya akses ke bahan untuk rapat penting," jawab Anna. "Dan malah dapat bahan yang ready buat rapat besok serta nomor kontak Bapak." Lalu bagaimana Bapak punya nomor ponsel saya? Anna melanjutkan pertanyaan dalam hati.

Hening. William terdiam, tidak menyangka Anna berpikiran se-positif itu. Tidak hanya tidak terlihat marah karena telah dikerjai, bahkan mampu melihat hal positif di balik keadaannya sekarang.

Tanpa menunggu jawaban, Anna membereskan berkas-berkas yang ada di atas meja kerjanya. Kadang memperbaiki kaca mata yang melorot dengan punggung tangan.

"Jangan sentuh!" Anna mengelak saat jemari William bergerak hendak menyentuh kembali rambutnya yang sudah digulung dengan pensil dijadikan tusuk konde.

William menghentikan tangan nya yang sudah hampir menyentuh ujung pensil di atas kepala Anna. Tersenyum. "Sudah saya bilang kalau rambutmu lebih baik digerai!"

Anna mengambil tas nya yang digantung pada sandaran kursi dan membawa ke bahunya. "Besok akan saya ikat dengan baik. Soal digerai, sepertinya tidak mungkin."

"Kenapa tidak mungkin?"

"Saya tidak ingin dibilang gadis yang mengincar pria di pub!"

Hening.

Pfffft. Ups.

Hampir saja William menyemburkan tawa nya. Kenapa menggerai rambut dikatakan seperti gadis yang mengincar pria di pub? Bukan kah hampir semua karyawan wanita menggerai rambutnya?

Ah... I see. Mereka memang mengincar pria! William seperti mendapat pemahaman baru.

"Jika tidak ada lagi yang ingin Bapak sampaikan, saya duluan!" Anna tidak menggubris tawa yang hampir tersembur dari William. Berdua dengan William di ruangan ini, menimbulkan rasa yang aneh baginya. Apalagi setelah perlakuan William pagi tadi serta omongan kakek nya tentang menjadikan William sebagai pasangan. Oh, tentu tidak!

William memasukkan tangannya ke dalam kantong, menyembunyikan kedua tangan itu yang sepertinya hendak menangkap lengan Anna dan menahan gadis yang akan meninggalkan ruangan ini. Ada perasaan tidak ingin ditinggalkan dan ingin berlama-lama di ruangan ini bersama Anna. Namun tentu saja itu tak boleh.

"Mau diantar?" tawar William tak menghentikan langkah Anna.

Anna kembali menoleh sebentar lalu menggeleng. "Tidak perlu, Pak Direktur. Tempat tinggal saya ada di dekat sini."

"Ooh. Iya benar. Apartemen sempit itu." William mengiringi langkah Anna yang meninggalkan ruangan sekretaris.

Anna membelalak tak percaya. Jika dikatakan tidak perlu terkejut, itu salah. Tadi nomor kontak pesan dan sekarang tempat tinggal Anna pun diketahui oleh William. Apa William menugaskan mata-mata? Ah. Jangan over thinking Anna!

"Apartemen itu cukup luas buat ditinggali satu orang," jelas Anna tetap melangkah menuju lift.

"Pria tua itu tidak memberikan tempat yang layak untuk mu?" William ikut masuk lift yang ditumpangi Anna.

"Itu tidak perlu! Aku tidak memerlukan bantuan siapa pun. Kenapa Bapak mengikuti saya?" Anna mengalihkan pembicaraan karena William seperti penguntit yang mengekor di belakangnya.

"Saya kan juga mau pulang!" Jawab William acuh.

"Kan ada lift eksekutif!" Anna menunjuk lift di samping mereka.

"Suka-suka saya, dong!"

Lift yang ditumpangi Anna terasa sesak meski hanya sedang diisi oleh dua orang. Anna berkali-kali menyelipkan anak rambut yang sebenarnya masih berada tepat di belakang telinganya. Bermaksud menyembunyikan rasa gugup nya, Anna malah semakin terlihat gugup.

"Kakek tua itu tidak mengatakan apa-apa?" William memecah suasana, kasihan melihat Anna yang jelas terlihat gugup.

"Apa-apa, apa?" Anna pura-pura bego.

William kembali tersenyum miring. Rasanya ia ingin membalik tubuh Anna menghadap kepadanya lalu mengkonfrontasi soal 'apa-apa' itu. Namun ia sedang berusaha tetap cool dan tenang. Anna terlalu mudah membuat seorang William lepas kendali. Dan William tahu bahwa Anna pura-pura tidak mengerti maksud pertanyaannya.

"Oh. Jadi Adi Wijaya tidak berkata apa-apa," sambut William mengangguk.

Anna membalik tubuhnya sehingga berhadapan langsung dengan William, tidak hanya saling tatap lewat pantulan dari dinding lift. "Tentu saja Pak Adi Wijaya mengatakan sesuatu. Tapi saya tidak tahu apa yang Bapak ingin ketahui tentang pembicaraan kami." wajah Anna mendongak menatap tajam ke arah pria tinggi mempesona itu.

William lagi-lagi menahan diri agar tidak mengulurkan tangan lalu mencubit pipi gadis di depan nya itu. "Apa ada hal yang berhubungan dengan diriku?" William mengangkat sebelah alis.

Degh!

Anna membelalak lalu menggeleng. Ia mengalihkan pandangan dari William, berbalik kembali menghadap pintu lift. "Tidak!" suaranya tercekik. Anna yakin, William pasti tahu kalau dia berbohong.

"Tidak?" tanya William tak percaya. Tepat di telinga Anna.

Ting!

Huft. Syukurlah. Lift sudah berada di lantai dasar. Anna merasa terselamatkan. Gadis itu pun langsung berlari melesat meninggalkan William begitu pintu lift itu terbuka.

Dua sudut bibir William terangkat.

***

"Anna!" Panggil Tony yang keluar dari salah satu cafe di kompleks perkantoran itu.

"Eh. Lo belum pulang?" Sapa Anna saat Tony sudah berada di sebelah nya. Mereka melangkah bersama menuju arah apartemen mereka.

"Gue nungguin elo! Ga enak jalan pulang sendiri."

"Jangan lebay deh lo! Bukannya lo sendiri yang bilang, kalo pulang sering bareng sama temen kantor yang rata-rata ngontrak di apartemen yang kita tempati."

Tony nyengir. "Gue nungguin Lo, biar lo ga tersesat!" dalih Tony lagi.

Anna tersenyum. "Iya deh iya... Lo emang bestie gue dah Ton!"

"Emang iya!" Tony merangkul bahu Anna, berjalan seperti sahabat akrab. "Gue udah beli makanan buat makan malam. Ntar gantian, lo yang main ke tempat gua ya!"

"Oke!"

Dua muda-muda itu pun melangkah bersisian menuju menara apartemen mereka sementara dari kejauhan sepasang mata menatap keakraban dua orang itu dengan perasaan panas.

***

1
Juliana Pieter
thir mana lanjutannya
Ichi Gusti: lagi direview🤭
total 1 replies
&-miss chan-&
Bikin merinding! 😱
Mưa buồn
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Ichi Gusti: terima kasih atas dukungan nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!