NovelToon NovelToon
Aurora

Aurora

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Apa yang kita lihat, belum tentu itulah yang sebenarnya terjadi. Semua keceriaan Aurora hanya untuk menutupi lukanya. Dia dipaksa tumbuh menjadi gadis kuat. Bahkan ketika ayahnya menjual dirinya pada seorang pria untuk melunasi hutang-hutang keluarga pun, Aurora hanya bisa tersenyum.

Dia tersenyum untuk menutupi luka yang semakin menganga. Memangnya, apa yang bisa Aurora lakukan selain menerima semuanya?

"Jika kamu terluka, maka akulah yang akan menjadi obat untuk lukamu." —Skala Bramasta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

"See?"

Skala tersenyum miring melihat wajah pucat Evelyn. Mereka telah melihat rekaman CCTV ditambah dengan beberapa pelayan sebagai saksi mata kalau sebenarnya yang salah adalah Evelyn. Aurora tidak akan melawan jika tidak dipancing.

"Seperti apa yang Mommy katakan, aku akan meminta satu permintaan," lanjut Skala. Aurora yang berada di sampingnya hanya diam tak berkata apapun.

Sedangkan Evanda sudah merasa malu, malu terhadap anaknya dan juga Aurora. Dia bahkan tidak memperdulikan Evelyn yang terus saja membujuknya.

"Mom?" panggil Skala ketika Evanda tidak menyahut.

Evanda menghela nafas. "Ya, katakan."

"Aku minta, Mommy tidak perlu susah-susah mendekatkan aku dan juga dia." Skala menunjuk Evelyn. "Tidak perlu mengajaknya ke mansion dan minta dia agar tidak menginjakkan kaki ke rumahku lagi."

Evelyn menggeleng cepat. Tidak, ini tidak boleh terjadi. Dia menatap Evanda yang terdiam, lalu ia menggoyangkan lengan Evanda. "Mom, tidak. Aku tidak setuju. Mommy, maafkan aku, aku salah, maaf, maaf...," sesal nya.

Evanda menghela nafas. Tanpa menghiraukan Evelyn dia mengangguk pada Skala. "Baiklah. Maafkan Mommy, Sayang." Dia memeluk Skala sambil menepuk-nepuk punggung sang anak.

"Tidak masalah. Minta maaf juga pada istriku, Mom," ucap Skala.

Aurora menggeleng cepat. "Tidak, aku tidak apa-apa. Mommy tidak bersalah," ujarnya.

"Maafkan Mommy, Aurora," ucap Evanda tanpa ragu, dia juga memeluk Aurora, meski singkat, tapi mampu membuat Aurora terdiam kaku.

"Kalau begitu, Mommy pulang sekarang. Maaf jika kami mengganggu," ucap Evanda. Namun, sebelum itu, dia menatap Evelyn. "Eve, minta maaf lah pada Aurora dan Skala."

Evelyn menunduk dalam, dia menggepalkan tangannya. "Maafkan aku, Skala..."

"Aurora juga, Evelyn," ujar Evanda penuh penekanan.

"Maaf Aurora," lanjut Evelyn dengan malas. Dia bahkan tidak menatap kedua manusia itu.

"Ayo kita pergi." Evanda mendorong bahu Evelyn agar mengikuti langkahnya.

Sedangkan Skala hanya diam menatap kepergian kedua perempuan itu. Lalu ia beralih pada Aurora yang juga terdiam.

"Kitten, come here."

Aurora mendekati Skala, dan tanpa Aurora duga, pria itu memeluknya. Aurora bisa mendengar jantung Skala yang berdetak kencang.

"Aku selalu mendukung apapun yang kamu lakukan, termasuk pembelaan yang kamu lakukan kemarin. Jangan takut mengambil langkah, jika kamu yakin, lakukan saja. Hm?"

Aurora mengerjapkan matanya. Apa ini? Kenapa tiba-tiba sekali?

"I-iya...," jawab Aurora. Dengan ragu dia melingkarkan tangannya ke pinggang Skala.

"Jika ada yang mencoba menyakitimu, balas mereka tanpa ragu. Lakukan, karena aku ada di belakangmu. Mengerti?"

Lagi-lagi Aurora mengangguk patuh. Dengan berani dia mengeratkan pelukannya. Ucapan Skala benar-benar membuat dirinya bersemangat. Inilah yang Aurora butuhkan sedari dulu, sebuah dukungan, dorongan, untuk maju. Sedari dulu, keluarganya hanya bisa menekan, memerintah tanpa mendukungnya. Itu sebabnya Aurora tumbuh menjadi gadis penakut, tidak enakan, dan tidak tega.

****

Malam hari pukul delapan, Aurora dan Skala sudah tiba di London. Karena tidak pernah ke luar negeri dan tidak pernah melihat London, Aurora sedari tadi tak henti-hentinya berdecak kagum. Matanya memandangi kota itu yang nampak indah dengan gemerlap cahaya lampu. Meski wajahnya terlihat lelah, Aurora tetap antusias. Sedangkan Skala sendiri hanya diam menatap Aurora yang sibuk menoleh kesana kemari.

Sekarang mereka berada di dalam mobil taksi, menuju penginapan.

"Wowww..." Aurora menatap takjub air mancur yang baru saja mereka lewati.

Skala menahan senyumnya, dia menahan pinggang Aurora agar tidak terkejut ketika supir mengerem mendadak.

Saking lamanya perjalanan, tanpa sadar Aurora mulai mengantuk. Gadis itu membungkuk karena sudah tidak tahan menahan kantuk. Untungnya Skala langsung menegakkan tubuh Aurora dan memangkunya agar istrinya tidur dengan nyaman.

Mana tega Skala membiarkan Aurora bersandar di pundaknya hingga berakhir leher gadis itu sakit. Lebih baik dipangku seperti ini.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di penginapan. Sebuah hotel mewah. Tak tanggung-tanggung Skala menyewa selama satu minggu.

Setelah membaringkan tubuh Aurora di atas kasur, ia pun memilih membersihkan diri lalu memesan makanan untuk mereka.

Di sisi lain, di waktu yang sama ada dua orang pria di sebuah ruangan.

"Mereka sudah datang, Tuan. Apakah Tuan langsung menemui mereka?" tanya sang asisten.

"Tidak. Biarkan mereka bersenang-senang dulu. Fakta ini, pasti akan membuat mereka terkejut."

"Baik."

"Bawahanmu, apa mereka masih memantau?"

"Iya, Tuan. Mereka mengamati hotel yang mereka tempati."

"Bagus."

Pembicaraan hanya berlangsung selama sepuluh menit. Setelah itu sang asisten keluar dari sana.

Di satu sisi yang lain, tepatnya di rumah keluarga Aurora. Galih mengamuk karena restoran mereka benar-benar bangkrut. Sia-sia dia bekerja sama dengan seorang pengusaha terkenal.

"Sudah ku bilang, kamu jangan terlalu bergantung pada mereka. Kita ini masih berada di bawah, terlalu mudah bagi mereka untuk menjatuhkan kita!" ujar Ayuni memanasi.

"Kalau tidak dengan mereka, laku dengan siapa?! Kamu saja meminta tolong pada Aurora, dan lihat, akibat kecerobohan kamu, Aurora jadi tidak mau membantu kita! Harusnya kamu bersabar!"

"Bersabar sampai kapan?! Sampai seperti sekarang? Aku sudah berusaha lebih dahulu dibandingkan kamu yang hanya duduk sambil menunggu rekan mu itu! Aku sudah meminta tolong pada Aurora dengan cara baik-baik, dia saja yang kurang ajar!"

Maliqa, gadis itu hanya diam mengintip di balik pintu kamar orang tuanya. Semenjak Aurora pergi dari rumah ini, hal buruk berkali-kali menimpa mereka. Apakah ini karma karena telah memperlakukan Aurora dengan buruk?

"Aku masih sekolah, apa yang harus aku lakukan?" gumamnya. Dia kasihan dengan kedua orang tuanya, dia ingin membantu tapi tidak bisa apa-apa.

Maliqa menghela nafas berat, dia perlahan mundur dan pergi dari sana.

****

Pagi hari, Aurora menggeliat kecil, namun dia seakan tidak bisa bergerak karena sesuatu yang menimpa tubuhnya.

"Eung..." Matanya mengerjap pelan, lalu samar-samar dia bisa melihat wajah tampan suaminya yang masih tidur. Hingga sedetik kemudian matanya terbuka lebar, polos nan lugu.

Bibir mungilnya tersenyum tipis ketika melihat wajah Skala yang terlihat lebih ramah. Ketika bangun, pria itu pasti akan terlihat galak dan cuek.

"Heuh?" Aurora menunduk menatap kakinya yang ditindih kaki Skala, perutnya juga tertimpa lengan kekar pria itu. Tubuh Skala yang memang seperti Titan membuat tubuh Aurora sedikit sakit.

"Skala...," bisiknya berusaha membangunkan tanpa membuat Skala terkejut.

"Skala..."

"Skala ... hufttt." Aurora meniup wajah suaminya dengan lembut.

"Hm?" jawab Skala tanpa membuka mata.

Deheman itu membuat jantung Aurora berdetak kencang. Kenapa suara Skala terdengar begitu seksi?

"Berat...," bisik Aurora lagi.

Detik itu juga Skala melepaskan pelukannya. Anehnya, Aurora merasa tidak rela. Tapi, jika diteruskan dia tidak bisa bernafas.

Aurora diam menatap Skala yang sedang menutup mulutnya, menguap.

"Jam berapa sekarang?"

Aurora menoleh ke arah jam yang ada di nakas. "Jam tujuh," jawabnya lalu kembali menatap sang suami. Sepertinya Skala masih mengantuk.

"Kalau kamu ingin tidur lagi, tidur saja," lanjutnya.

Tanpa Aurora duga, Skala kembali memeluknya dan langsung memejamkan mata tanpa berkata apapun.

Aurora terkejut, namun dia mencoba biasa saja. Tangannya terulur untuk ia tempelkan di dada bidang Skala, lalu perlahan dia semakin masuk ke dalam pelukan sang suami.

Astaga, ini sangat tidak aman untuk jantungnya!

Diam-diam, Skala mengulum senyum saat merasakan gerakan Aurora yang ragu dan canggung.

Dunia terasa milik berdua.

bersambung...

1
레이디핏
Happy happy yh kalian bedua sebelum ada rawr nyaaaa🤏🏻
Nabila
lanjut
minsugaa
luar biasa
neur
keren KK 😎👍❤☕👌
lanjuuuut
dyarryy: makasih kak❤‍🔥
total 1 replies
레이디핏
Aaaaaa Rora bahagia dehhh, ternyata kamu orang besar jugaaa🤏🏻
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣untung besar skala kalai ini 🤭🤭🤭🤭
레이디핏
Eaaaaa ang angggg yuk bisa yukkk keluarkan romance nyeeee😍😘
vj'z tri
yang lain antara ada dan tiada 🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
itu dayung rora dayung 🤭🤭🤭🤭🤭
erma irsyad
astaga pertanyaan rora😂🤣
vj'z tri
ayo rora kamu pasti bisa .... cih keluarga di saat butuh uang dianggap keluarga tapi di saat senang mereka lupa kalau rora masih bagian dari mereka 😏😏😏😏🥹🥹🥹
vj'z tri
aku selalu sabarrrrr menunggu lanjutan Aurora dan skala 🤩🤩🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
ayo rora tunjukan tarung mu 🔥🔥🔥🔥🔥
vj'z tri
gemes gemes gemes banget sama pasangan ini 🤗🤗🤗🤗🤗
vj'z tri
panggilan kesayangan neng kan lucuuuuu 🤭🤭🤭🤭🤭🤗🤗🤗kucing manis
vj'z tri
Evelyn 😤😤😤😤😤😤😤😤
vj'z tri
tidak boleh tidak boleh menangis 😭😭😭😭🤧 semangat rora kamu harus bangkit bangkit jangan mau di tindas 🤩🤩🤩🤩
vj'z tri
semoga rora bisa berenang 😱😱😱🫣🫣🫣
vj'z tri
ehhh mulut mu itu mulut mu ibu mertua kelakuan pingin tak getok 😅😅😅
레이디핏
Syukur dh pindahhhh, mari buat kemajuan Skala Kitten☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!