NovelToon NovelToon
TERPAKSA DINIKAHI PAK DOSEN

TERPAKSA DINIKAHI PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:14.4k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Nasib sial tak terhindarkan menimpa Faza Herlambang dan mahasiswinya, Caca Wijaya, saat mereka tengah melakukan penelitian di sebuah desa terasing. Tak disangka, sepeda motor yang menjadi tumpuan mereka mogok di tengah kesunyian.

Mereka pun terpaksa memilih bermalam di sebuah gubuk milik warga yang tampaknya kosong dan terlupakan. Namun, takdir malam itu punya rencana lain. Dengan cemas dan tak berdaya, Faza dan Caca terjebak dalam skenario yang lebih rumit daripada yang pernah mereka bayangkan.

Saat fajar menyingsing, gerombolan warga desa mendadak mengerumuni gubuk tempat mereka berlindung, membawa bara kemarahan yang membara. Faza dan Caca digrebek, dituduh telah melanggar aturan adat yang sakral.

Tanpa memberi ruang untuk penjelasan, warga desa bersama Tetuah adat menuntut imereka untuk menikah sebagai penebusan dosa yang dianggap telah mengotori kehormatan desa. Pertanyaan tergantung di benak keduanya; akankah mereka menerima paksaan ini, sebagai garis kehidupan baru mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ENAM BELAS

Caca membenamkan wajahnya di balik selimut, hatinya diguncang perasaan malu yang luar biasa. Ia tak percaya dirinya bisa terbuai dalam permainan yang penuh gairah dengan Pak Dosennya. 

Dalam keringat yang masih menetes, Faza menarik lembut kepala Caca untuk mendekat, membawanya bersandar di dada bidangnya yang kokoh. 

"Mau mandi sekarang?" suara Faza yang lembut bergetar di telinga Caca. Membuat hati Caca semakin baper. Ia hanya mengangguk pelan, matanya tetap tertutup, enggan menatap mata Faza yang mungkin memancarkan pertanyaan.

Dengan gerakan yang pasti, Faza mengangkat tubuh Caca, melangkah mantap menuju kamar mandi, membawa kisah yang belum usai bersama percikan air dari shower.

Setelah malam panas itu, Caca merasa canggung saat berpapasan dengan Faza di rumah, Caca lebih sering menghindar agar tak langsung berpapasan dengan Pak Dosennya itu.Namun pagi ini, Caca tak dapat menghindar, karena ini hari minggu. 

Angin pagi yang sejuk membelai kulit putih Caca yang tengah sibuk menjemur pakaian di halaman belakang rumah. Dia telah bangun sejak subuh, memastikan bahwa semua pekerjaan rumah tangga selesai sebelum jam enam pagi. Pakaian-pakaian bersih terbentang rapi di jemuran, menangkap sinar matahari pertama pagi itu.

Di dalam rumah, Faza yang baru saja keluar dari kamar, setelah sibuk dengan laptopnya, Faza melepas kaca matanya sambil berjalan menuju dapur.

"Ca, tolong buatkan saya kopi," panggilnya dengan suara yang serak. Caca, yang telah terbiasa dengan rutinitas pagi, segera memasukkan kopi ke dalam cangkir dan menuang air panas dengan cekatan.

Ketika kopi sudah siap, Caca menghampiri Faza dengan cangkir berisi kopi hitam pekat itu.

"Ini Pak, kopinya," ucapnya seraya menaruh cangkir itu di atas meja makan. Faza mengangguk, "Heem... terima kasih," sahutnya sambil menyesap kopi buatan Caca.

Faza kemudian menatap Caca dengan pandangan yang berbeda, ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. "Duduk, ada yang ingin saya katakan," pintanya. Caca, yang merasa ada yang tidak biasa, dengan ragu-ragu duduk di kursi yang berseberangan dengan Faza.

Ketegangan terasa menggantung di udara, Caca menunggu, cemas dengan apa yang akan Faza sampaikan.

"Saya minta KTP-mu," ujar Faza langsung tanpa basa-basi. Mata Caca menyipit, mungkin sedang menimbang-nimbang.

"KTP... untuk apa, Pak?" tanyanya dengan nada ragu.

"Saya akan mendaftarkan pernikahan kita," kata Faza, membuat jantung Caca berdegup kencang. Dosen yang selama ini hanya Caca kagumi secara diam diam, ternyata serius memikirkan masa depan mereka bersama. 

"Apakah Pak Faza sudah benar-benar yakin?" Caca bertanya, hati-hatinya ingin memastikan Faza tidak akan menyesal di kemudian hari. "Tentu, Ca. Kamu pikir saya main-main? Jika saya tidak serius, tidak mungkin saya berani menyentuhmu hingga sejauh ini," jawab Faza dengan nada tegas penuh keyakinan. Kata-katanya tentang malam itu membuat Caca kehilangan kata-kata. Rona wajahnya memerah, dan tanpa ingin terlihat tergugah, ia berdiri dengan tergesa-gesa.

"Sebentar, saya akan mengambil KTP-nya," ucap Caca, suaranya terdengar terburu-buru sambil meninggalkan Faza dalam keheningan. "Duh, mengapa harus mengungkit hal itu lagi," gumam Caca dalam hati, sambil berjalan kearah kamar, hatinya dipenuhi perasaan malu yang membuncah.

Setelah Faza mendapatkan KTP Caca, Faza pun lantas pergi ke ruang kerja memasukkan KTP Caca kedalam dompetnya, ternyata Faza telah menyiapkan semua dokumen yang lain, jauh hari tanpa sepengetahuan Caca.

Pagi itu, Faza bersiap untuk menghadiri kegiatan hari ini. Faza ada kegiatan seminar di sebuah komunitas, beliau sebagai nara sumber. Faza dengan setelan rapi, menenteng tas kerjanya menuju mobil. Sementara Caca sendiri memiliki janji temu  dengan dosen pembimbingnya.

Caca dengan ragu menatap Faza yang sudah bersiap menutup pintu mobilnya. Suara yang nyaris bergetar keluar dari bibirnya, "Pak Faza..." tangan Faza terhenti. Tatapan matanya yang tajam namun sarat kebingungan membuat dada Caca terasa berat.

"Iya, ada apa,Ca?" Faza akhirnya menoleh, menunggu Caca berbicara. Caca menelan ludah, mencoba menyusun kata. Entah kenapa, sejak malam panas itu, Caca tak bernyali untuk berinteraksi dengan Pak dosennya itu.

"Em...hari ini... saya akan ke rumah Pak Alfin. Untuk bimbingan skripsi. Apa boleh?" ucap Caca, meminta izin. Caca masih mengingat kata kata Faza, jika segala apa yang dia perbuat harus seizin suami.

Faza tidak langsung menjawab.Matanya tampak menajam dengan kening berkerut,dan  mata menyipit sejenak—ada ketidaknyamanan dalam tatapan Faza.

"Dengan siapa? Kamu sendirian?" tanyanya akhirnya, suaranya rendah tetapi tegas, seperti dia menyimpan kekhawatiran yang tak terucapkan. Caca buru-buru menjawab sebelum.

"Emm... saya bersama teman-teman, ada Citra dan Hana," Caca memastikan suaranya tetap stabil. Akhirnya Faza mengangguk pelan, tetapi Caca bisa melihat keraguan yang masih melintas di wajahnya. Dia melirik jam di tangannya, lalu berkata dengan nada mendesak,"Saya antar." Kata-kata Faza yang singkat itu, membuat Caca sedikit diperhatikan.

Faza tetap menawarkan diri meskipun Caca  tahu dia sedang terburu-buru. Ingin rasanya menerima tawaran Pak Faza, namun,Caca harus menolaknya, ia tak ingin menjadi beban bagi Faza. "Gak usah, Pak. Saya pergi bareng Citra saja. Lagian, kalau berangkat sekarang, masih terlalu pagi," ujar Caca beralasan,  berharap penolakannya tidak menyinggung Faza.

Faza menatap Caca sekali lagi sebelum mengangguk dan kembali pada setir mobilnya.

"Ya sudah, jika begitu. Saya pergi dulu. Emmm..mungkin saya pulang setelah asar," ujar Faza memberitahu. Caca mengangguk, lalu melajukan rubicon hitamnya membelah jalan raya.

Caca melangkah ke dalam rumah dengan senyuman yang membentang lebar di wajahnya. "Akhiri... aku resmi menjadi Nyonya Faza Herlambang. Siapa sangka, Allah mempertemukan kami dengan cara yang sungguh tak terduga," gumamnya sambil berguling guling penuh kegembiraan di atas ranjang yang empuk.

Kebahagiaan itu memancar dari setiap pori, meluap lebih dari segalanya. Kali ini, Caca berniat untuk memprioritaskan dirinya sendiri. "Aku tak peduli lagi," pikirnya dengan keputusan yang sudah bulat di hatinya. 

Dengan status sah sebagai istri Faza Herlambang, Wanita yang sempat digadang-gadang sebagai calon istri Faza hanyalah bayang-bayang dalam kehidupan mereka. Itulah gambaran yang kini mengisi pikiran Caca, sebuah lanskap baru yang menjanjikan bahagia yang akan ia tuai.

Terlalu lama Caca merelakan kebahagiaan demi orang lain. Kini, dia menghela napas lega, melepaskan segala penat yang telah lama mengendap. Inilah saatnya Caca menikmati hari-harinya sebagai ratu dalam kastil cintanya, mengukir senyum di hari baru yang menjanjikan awal dari kebahagiaannya.

Meski Caca sadar namanya belum menggema di relung hati Faza, namun ia bertekad akan menembus tembok pembatas itu. Dengan keyakinan bak api yang tak pernah padam, Caca berjanji dalam hatinya, jika suatu hari nanti Faza akan menyadari betapa berharganya dirinya sebagai seorang istri, sebagai permaisuri yang terpatri dalam jiwa. Caca akan bertindak dan merebut hati dan perhatian Faza dengan caranya senduri, hingga Faza terpikat tak bisa mengalihkan pandangan atau melupakan kehadirannya meski hanya sesaat.

1
ana kristianti123
/Angry//Drool/
ana kristianti123: crazy up...
Zizi Pedi: makasih kk
total 2 replies
ana kristianti123
suka sekali ceritany... up yg banyak ya tor
Zizi Pedi: siap kk
total 1 replies
partini
betul sekali pak dosen boleh poligami,,tapi jaman sekarang poligami ga kaya jaman nabi tercinta kita
Yus Tia
bagus banget ceritanya
Zizi Pedi: makasih kk
total 1 replies
Alina Amaliyah
karyanya luar biasa bagus thor,,jd byk bljr sy tentang rumah tangga yg SAMAWA.Lanjut thor
Zizi Pedi: makasih Kk🥰
total 1 replies
Ria Agustina
lanjut tor
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of El Dorado
D
Semangat kak author, aku mampir di novelmu kak hihi salam hangat kak🥰🫶🫶
Zizi Pedi: makasi kk🥰
total 1 replies
Narti Narti
lanjut thor aku suka dengan penjelasan faas sangat menyentuh
Zizi Pedi: siap kk🥰
total 1 replies
Ghafari probolinggo
terpaksa dinikahi dosen
Ghafari probolinggo
bagus
Ghafari probolinggo
sangat menyentuh hati
Bubble
Luar biasa
Ria Agustina
lama up ny tor
Zizi Pedi: iya kk, kemaren sibuk di dunia nyata, ujian TAM PPG
total 1 replies
Zizi Pedi
bentar lagi up Kk
Ria Agustina
kapan up ny tor
Zizi Pedi
soap kk
Ria Agustina
upload ny jangan lama2 tor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!