Masa remaja, masa yang penuh akan rasa penasaran, rasa ingin mencoba dan juga rasa yang sulit dimengerti bernama Cinta.
Ini adalah kisah Cinta enam orang remaja SMA, dengan segala problematika mereka yang beragam rasanya.
Pahit, asam dan manis seperti rasa Jeruk, Blueberry dan juga Cherry.
Yuk ikuti keseruan cerita mereka di sini. 🐢
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Writle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Miliknya
...🫐🫐🫐...
#(Yuri’s_Point_of_View)
Namaku Yuvarani Jessany atau kalian mengenalku sebagai Yuri, aku adalah putri satu-satunya dari Jayde Fillmore, pemilik bisnis farmasi terbesar di kota ini.
Meskipun aku bagian dari keluarga Fillmore tapi aku tidak seterkenal nama keluargaku. Adakah kalian menemukan Fillmore dalam namaku? Tidak ada bukan?
Aku hanya Yuvarani Jessany, gadis yang tidak seharusnya lahir ke dunia. Yuvarani Jessany yang tidak diharapkan kehadirannya di keluarga.
Setelah dewasa aku mengetahui fakta bahwa Jayde Fillmore merenggut kesucian ibuku karena dia menginginkan seorang penerus tahta. Namun bukannya seorang putra, tapi malah aku yang terlahir ke dunia.
Jelas saja Jayde Fillmore murka, ia melampiaskan amarahnya pada perempuan yang tidak berhasil memberinya seorang putra. Dia menyalahkan Mama karena kelahiranku ke dunia, maka dari itu sikapnya selalu semena-mena.
Lalu kenapa Daddy tidak menikah lagi saja? Lelaki satu ini terlalu banyak bermain-main di masa mudanya, mungkin tuhan memberinya karma, dia tidak bisa punya keturunan lagi.
Sejak kecil aku memang tidak pernah diinginkan, andai saja aku bukan terlahir sebagai seorang perempuan, mungkin sekarang Mama sedang tersenyum di sini menemaniku sarapan.
Tapi semua “andai” yang kupikirkan memang hanya angan. Takdir sudah berjalan, dan aku masih harus jadi Yuvarani Jessany, seorang anak perempuan yang tidak diharapkan.
“Why are you still here?” Jayde Fillmore atau orang yang harus kupanggil Daddy itu kini menatapku dengan tidak bersahabat.
“I’m having my breakfast Daddy, wanna join?” Aku membalasnya dengan senyum yang sebenarnya terpaksa.
Dia tampak tidak tertarik dengan ajakanku untuk makan bersama, “Bukannya hari sabtu ini kamu ada janji dengan Leon?” Katanya.
Mendengar nama itu dari mulutnya membuat nafsu makanku hilang seketika, “Iya, dia akan menjemput pukul delapan.” Kataku, lalu meninggalkan meja makan.
Namun Daddy mencekal lenganku, “Bagus, pastikan kamu menyenangkan Leon. Jangan berani macam-macam atau silakan angkat kaki dari rumah ini.” Katanya lalu menjauh pergi.
Tidak apa-apa, ancaman seperti itu sudah biasa kudengar setiap hari. Aku sudah lelah jika harus menangis dan menangis lagi, jadi aku memilih berdamai dengan diri sendiri dan menerima kondisi.
Lantas Leon itu siapa? Leon Dominic adalah putra sulung keluarga Dominic. Keluarga Dominic adalah pemilik Dome Hospital, atau rumah sakit dengan fasilitas paling lengkap yang bisa kalian temui di kota ini.
Wajar jika Daddy seakan begitu patuh pada laki-laki umur 23 tahun satu itu, karena Dominic adalah rekan bisnisnya yang paling berpengaruh.
Kali pertama aku melihat Leon adalah ketika umurku sembilan tahun, hari dimana aku merasa kehilangan segalanya, tepatnya saat hari pemakaman Mama.
Leon pada saat itu ikut melayat ke rumahku bersama orang tuanya. Pertemuan pertama kami cukup berkesan dia bahkan meminjamiku sapu tangan.
Aku masih ingat saat dia tersenyum hangat, “Jangan menangis adik manis, mamamu sudah tenang di surga.” Katanya dengan segala kalimat penenang lainnya.
Aku begitu senang bertemu dengannya, rasanya seperti memiliki seorang kakak laki-laki. Namun nyatanya tidak ada yang gratis di dunia ini. Dia bersikap baik seperti itu ternyata karena dia tertarik kepadaku.
Dia dengan gencar mendekatiku, tapi aku tidak mau. Bagaimanapun dia terpaut tujuh tahun lebih tua, aku hanya menganggapnya kakak.
Semakin bertambah usia Leon semakin tidak terduga, tidak ada lagi Leon yang hangat nan lembut tutur katanya. Yang ada hanya Leon yang menghalalkan segala cara.
Setelah ia resmi jadi pewaris Dome hospital, tiba-tiba dengan semaunya saja Leon ingin memutus kerja sama dengan keluarga Fillmore.
Daddy tentu saja tidak setuju, ia berusaha bernegosiasi dengan putra sulung keluarga Dominic itu. Namun Leon dengan liciknya mengajukan sebuah syarat, yaitu ia akan mempertahankan kerja sama jika Jayde Fillmore bersedia menyerahkan putrinya.
Daddy yang sejak awal menganggapku tidak seberharga itu pun setuju. Semua terjadi seperti yang Leon mau, ia berhasil mendapatkanku.
Jadi begitulah, sejak berlakunya kesepakatan antara Dominic dengan Daddyku, atau tepatnya sejak tiga tahun yang lalu, aku resmi jadi milik Leon Dominic.
Ya tapi mari kita lihat sisi positifnya, setidaknya berkat kesepakatan itu Daddy tidak bisa membuangku sembarangan, aku tidak harus jadi gelandangan. Jika dulu aku adalah anak yang tidak diharapkan, sekarang aku jadi jaminan bagi bisnis yang Daddyku jalankan.
Lucu ya, jalan hidupku terlalu bercanda, mungkin karena authornya tidak pandai membuat alur cerita.
Karena itu pula aku tidak pernah tersinggung dengan ucapan-ucapan buruk yang kudapat di sekolah tentang diriku
“Seorang simpanan”
Memang benar nyatanya aku kan hanya bagaikan benda berkepemilikan.
“Sugar Baby”
Yang ini juga tidak salah, karena berkat Leon aku masih hidup mewah tanpa ditendang keluar rumah.
“Prostitute”
Sebutan ini juga tidak keliru, karena Daddy jelas-jelas menjual diriku, untuk memperoleh keuntungan tertentu.
Aku tidak punya alasan untuk marah atau menyangkal apa yang mereka katakan, katanya nyatanya aku memang menyedihkan dan menjijikkan.
“Hi Baby.” Leon yang baru datang langsung merangkul pinggangku dan mencium pipiku.
Jika kalian menganggapku perempuan murahan ya silakan, karena aku juga sebenarnya merasa begitu. Ingin kutampar pria yang mengecup pipiku tapi aku tidak bisa melakukan hal itu.
Alih-alih aku hanya tersenyum, “Hi Leon.” Lalu membalas sapaannya.
... 🫐🫐🫐...
#(Author’s_Point_of_View)
“Leon, you’re here!” Jayde menyapa rekan bisnisnya itu dengan senyum sumringah.
Leon melepaskan tangannya dari pinggang Yuri, “Halo om Jay.” Katanya membalas senyum itu.
Jayde menepuk bahu Leon, “Please take care of my daughter.” Katanya seolah Yuri adalah hal yang berharga untuknya. Tentu saja Jayde harus melakukan hal barusan, agar Leon berpikiran kalau memang kesepakatan mereka sepadan. Padahal bagi Jayde, kesepakatan ini sama sekali tidak memberatkan.
“Dia punyaku om, terserah aku mau berbuat apa.” Jawab Leon tersenyum meremehkan.
Leon menarik tangan Yuri untuk segera keluar dari rumah itu.
“Sakit!” Yuri meronta berusaha melepas cengkeraman Leon di tangannya.
“Ups, i’m sorry baby.” Leon melepaskan genggaman itu, lalu tampak mengamati Yuri.
Yuri yang merasa diperhatikan pun merasa risih “What are you looking at?” Katanya.
“I’m really sorry.” Balas Leon dengan gumaman pelan.
“Hah?”
“Nothing, just hurry up get in to the car!”
Mendengar perintah mutlak dari lelaki itu Yuri segera masuk ke dalam mobil.
“Mau ke mana kita?” Tanya Yuri.
🐢Tanyakan pada peta.
Tapi Leon diam saja tidak menjawab pertanyaan Yuri, melainkan melajukan tesla merah miliknya untuk segera pergi dari kediaman keluarga Fillmore.
Satu hal yang perlu diketahui, meskipun Leon tampak begitu touchy, tapi sebenarnya ia tidak pernah berbuat hal yang terlalu jauh pada Yuri. Sentuhannya hanya sebatas peluk atau cium di pipi.
Karena pada kenyataannya Leon betulan jatuh hati pada Yuri, hanya saja Yuri tidak mau membalas perasaannya maka ia harus melakukan segala cara agar bisa mendapatkan gadis yang disukainya.
Jadi sebenarnya perasaan “menjijikkan” yang Yuri rasakan terhadap dirinya sendiri itu cuma perspektifnya saja. Karena Leon sebenarnya memperlakukan Yuri layaknya orang yang ia suka, ya walaupun terkadang masih terbawa emosi seperti tadi ia tidak sengaja mencengkeram pergelangan tangan Yuri.
Sedari awal Leon mengetahui kebusukan seorang Jayde Fillmore. Ia membuat kesepakatan ini agar ia setidaknya bisa membantu Yuri.
Jika saja Yuri punya perasaan yang sama, mungkin Leon akan memilih cara yang berbeda, tapi karena Yuri menolaknya, Leon tidak punya pilihan lain selain memakai cara yang bisa mengikat Yuri untuk tetap berada di sisinya.
... ☆🍊🫐🍒☆...