Sebab , cinta adalah tindakan. Bukan hanya sekedar kata ataupun sebuah janji. Bahkan mengatakan “aku mencintaimu..”
Jadi, mencintai adalah sebuah keputusan besar yang dibuat didalam kehidupan. Saat waktu mempertemukannya dengan keluarga seseorang yang dicintainya. “aku semakin yakin untuk mencintaimu.” Bisiknya dalam hati.
Didalam jiwa, sesungguhnya sayap cinta takkan pernah patah. Kasih selalu disana , apabila ada cinta dihati yang sana pastilah ada juga cinta dihati yang sini. Sebab tangan yang satu takkan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Uswatun Khasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 - Bertepuk Sebelah Tangan
Meski sendiri, menikmati pagi dengan berjalan kaki. Taman menjadi salah satu pilihan Asma untuk menenangkan fikirannya dan menetralkan hati dan perasaannya.
Lamarannya yang diterima dua minggu lalu, membuatnya tak bisa berfikir dengan tenang. Hati dan fikiran yang bertentangan, membuat Asma tak dapat memilih arah mana yang harus dituju, jalan mana yang harus diikuti. Saat hati berkata aku mencintai, namun Allah mengirimkan seseorang yang dibutuhkannya. Bukan hanya sekedar cinta, untuk membangun rumah tangga. Asma mengistirahatkan kakinya sejenak disalah satu bangku di taman.
Sementara itu, Kirei membuat janji temu dengan Asyam, kekasih dimasalalu. Hubungan yang terputus dengan meninggalkan segenggam rasa. Bukan berpisah karena luka, tetapi takdir saat itu yang menentukannya.
"jadi apa yang sebenarnya kamu ceritakan kepada asma ?" Tanya Asyam yang duduk di samping Kirei dengan jarak.
"aku hanya bilang, ada seseorang yang aku cintai dan menginginkan kekasih yang berhijab." Jelasnya.
"ka... sampai saat ini pun perasaan ku masih sama. Kita berpisah bukan tanpa alasan kan ? dan saat ini takdir mempertemukan kita lagi." Jelas Kirei.
"tapi rasaku tidak sama seperti dulu. Aku telah mencintai gadis lain dan itu bukan lagi kamu." Jelas Asyam.
"apa lagi, ka yang belum aku miliki ? dan apa kurangku ? aku harus bagaimana untuk bisa pantas mendampingi kaka ?" Tanyanya.
"Kirei .. bang asyam ?" Sapanya.
Pemandangnan pertama yang dilihatnya adalah, Kirei yang menutupi wajahnya karena basah dengan air mata.
"asma .. mmhh .." Ucap Asyam, bingung.
"maaf ya, asma ganggu. Kalo gitu asma duluan ya.." Pamit Asma.
"Asma .." Panggil Kirei sambil menggenggam pergelangan tangan Asma.
"Kirei .." Cegah Asyam.
"Maaf kirei, baiknya kalian selesaikan saja masalah kalian." Ucap Asma.
"cepat ka katakan, dia kan perempuan yang kaka inginkan." Tegas Kirei yang membuat Asma terkejut dan menatapnya.
"jawab ka... ! akan lebih baik jika cepat diselesaikan." Tegas Kirei.
"kirei, kaka tidak bilang apapun tentang perempuan itu." Balas Asyam.
"aku tau, sejak pertemuan pertama kita di masjid. Jujur ka, asma kan perempuan yang kaka inginkan ?" Tanyanya lagi.
"Kirei .. "
"memang asma orangnya. sekarang biarkan dia pergi." Ungkap Asyam.
Sebuah pernyataan yang lebih mengejutkan daripada perkataan Kirei. Antara senang, sedih dan bimbang. Udara yang sejak tadi menenangkan, kini kembali menghancurkan ketenangan yang baru saja didapatnya. Senang, karena tau rasa dalam hatinya terbalas. Namun, cinta yang pernah tumbuh, telah terkikis seiring berjalannya waktu. Entah karena apa, mungkin juga karena Takdir.
"Asma... sekarang jawab aku, apa kamu juga memiliki rasa terhadap ka asyam ?'Tanyanya.
"ya .. aku juga memilikinya .. "
"asma .." Selak Asyam.
"Tapi itu dulu, sebelum ada orang tua yang melamarku untuk putranya." Tegasnya.
"Kirei, aku harus pulang. Tolong selesaikan masalah kalian tanpa melibatkan aku." Ucap Asma sambil melepas genggaman Kirei.
Asma menenangkan hati saat tiba di depan gerbang rumahnya. Seketika langkahnya terhenti saat ingin membuka pintu gerbang. Matanya tertuju pada sang Ayah yang sedang asik berbincang dengan seorang yang juga dikenalnya. Ustadz Rehan. “Abi Rehan .. “ Bisiknya dalam hati. Asma kembali menenangkan hatinya juga detak jantung yang semakin menguat. Dilangkahkan kaki untuk semakin mendekat kepada sang ayah yang kini sedang duduk berbincang di teras rumah.
“assalamu’alaikum.” Ucap Asma dengan senyuman.
“wa’alaikumussalam ..”
“dari mana, nak ?” Tanya Ustadz Rehan.
“Habis jalan-jalan ditaman, Abi.” Jawabnya.
“asma, hari ini ayah sama bunda akan main ketempat ustadz rehan. Kamu mau ikut ?” Tanya Ustadz Hasan.
“mmh .. emmh .. tidak menginap kan ?.” Tanya Asma
"emangnya kenapa sih kalau menginap ? Raina pasti senang kalau kamu bisa berlama-lama disana."Jelas Ustadz Rehan.
"bukannya tidak mau, abi. Asma ada keperluan nanti malam, sama para remaja." Jelas Asma.
"sama ihsan juga ?" Tanya Ustadz Rehan.
"ngga qo. Bang ihsan mah tinggal nerima laporan doank." Ucap Asma dengan mimik wajah bercanda.
"hahaha.."
"kalo gitu, asma siap-siap dulu ya, abi, ayah." Pamit Asma.
"yasudah, kalau kamu sudah rapih kita berangkat." Jelas Ustadz Hasan.
Setelah pertemuan tadi antara dirinya dengan Asma. Asyam memutuskan untuk kembali kerumah, meredam amarah dan rasa sakit didalam hatinya. Sangat menyakitkan ketika telinganya mendengar langsung dari orang yang dicintai, bahwa dirinya telah dilamar oleh seorang lelaki. Harapan dan rencana untuk melamarnya telah didahului orang lain. Ada hati yang hancur karenanya dan hatinya pun hancur karena yang lain. Apakah itu sebuah karma ?. Didalam kamarnya, Asyam duduk diatas kasur sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Bu Nurlela yang melihatnya langsung mendekat, membuka tirai penutup ruang kamarnya.
“lee, (panggilan anak laki-laki dalam bahasa jawa) Baru pulang ?” sapa Bu Nurlela.
“njeh, bu." Jawab Asyam.
"ada masalah ?" Tanya Bu Nurlela
"sedikit, bu." Jawabnya.
"Mau cerita sama bu'e ?"
"asyam belum cerita sama sekali sama bu'e tentang gadis yang asyam sukai." Ucap Asyam
"jadi kamu sudah menentukan pilihan untuk calon pendampingmu ?" Tanya Bu Nurlela.
"tapi belum apa-apa, asyam sudah kedahuluan dengan orang lain, bu." Jelas Asyam.
"itu berarti bukan jodohmu. Makanya jangan bermain-main dengan hati. Allah pasti telah menyiapkan gadis lain yang lebih baik untuk mendampingi kamu."Jelas Bu Nurlela.
"Assalamu'alaikum..."
"Nah kan, baru bu'e bilang, jodoh mu sudah dateng tuh." Ucap Bu Nurlela
"siapa bu ?"
"Masa kamu ndak kenal suaranya." Ledek Bu Nurlela, meninggalkan.
Asyam mengikuti Bu Nurlela untuk mengintip, gadis siapa yang datang kerumahnya. Bu Nurlela menyambutnya dengan senang.
"ada apa cah ayuuu.. ?" Tanya Bu Nurlela yang menemukan gadis itu di ambang pintu.
"mmhh, salwa mencari Liya, bu. Mau ada perlu." Ungkap Salwa.
"mau masuk dulu ? nanti ibu panggilkan." Tanya Bu Nurlela.
"Salwa tunggu dirumah saja ya bu, mau lanjut siap-siap. Salwa minta tolong, Liya nanti suruh kerumah saja." Jelas Salwa.
"Yasudah, nanti ibu sampaikan." Ucap Bu Nurlela.
Bu Nurlela pun kembali masuk ke dalam menemui Asyam yang masih berdiri ditempatnya.
"cantik kan ?" Ledek Bu Nurlela
"duuh, bu'e bukan masalah cantiknya." Sahut Asyam.
"Cocok kan, liya ? " Tanya Bu Nurlela yang melihat Liya sedang merapihkan jilbab di cermin.
"Mba salwa ya ? cantik qo. Memang mas asyam itu menginginkan siapa ?" Ledek Liya.
"Tau tuh mas mu, Bu'e saja tidak diberitahu." Candanya sambil berjalan ke dapur.
"mas, liya berangkat ya. Bu'e, liya berangkat." pamit Liya kepada kaka dan ibunya.
"hati-hati di jalan, Liya." Pesan sang kaka.
"iya. Assalamuálaikum." Ucap Liya.
"Wa'alaikumussalam."
Asma dan keluarga telah sampai dikediaman Ustadz Rehan. Raina dan Ustadzah Asyha telah menunggu di halaman rumah, untuk menyambut kedatangan Ustadz Hasan dan keluarga. Pelukan langsung didapat oleh Asma saat turun dari mobil. Mereka pun masuk menuju ruang tamu, sudah banyak makanan yang disediakan.
"raina, panggil abangmu kemari." Perintah ustadz Rehan.
"bang ihsan ada disini ?" Tanya Asma terkejut.
"ya asma, abang ada disini." Jawabnya yang tiba-tiba muncul sebelum raina memanggilnya.
"tidak ada hal yang mengejutkan lagi kan setelah ini ?" Tanya Asma.
"Abi penuh kejutan, asma takut." Tegas Asma.
"asma.." ucap ustadzah Zulfah sambil merangkulnya.
"asma marah ya sama abi, maaf.. maaf.. abi memang tidak memberi tahu kalau ihsan sedang ada dirumah. tapi semua ini tidak direncanakan." Jelas ustadz Rehan.
"sama seperti lamaran itu, abi juga tidak merencanakannya dengan bang ihsan kan ?" Tegasnya lagi.
"Asma keganggu dengan kehadiran abang ?" tanya Ihsan.
"Tidak. Asma akan memberi jawaban besok saat di jogja. Abi dan Ummi akan tau jawabannya dari bang ihsan nanti." Ucap Asma.
"nak, kamu benar-benar sudah memikirkannya ? dengan ketenangan, tidak tergesah-gesah." Ucap Ustadzah Asyha.
"Asma sudah yakin dengan jawaban asma, ummi." Tegas Asma dengan mimik wajah jutek karena suasanya hatinya berubah kesal saat kehadiran ihsan.
"Abi, ummi, ayah, bunda. asma izin keluar ya dengan raina. asma mau menenangkan diri." Pintanya.
"baiklah, silahkan." Jawab Ustadz Rehan.
"Raina, ajak asma ketempat yang nyaman nak." Perintah ustadz Rehan.
Raina mengajak Asma untuk bersepeda ke suatu danau yang biasa dikunjunginya dengan Ihsan dan keluarga. Sambil menikmati segelas minuman dan sebungkus kentang goreng yang dibelinya tadi. Asma duduk di pinggir danau bersama dengan Raina.
"asma.. aku minta maaf ya atas nama keluargaku." Ucap Raina sambil menatap Asma yang sedang memainkan sedotan.
"untuk apa ? tidak ada yang salah. Hanya saja aku yang belum bisa menerima takdir yang telah tertulis. Aku belum siap, sehingga membuat ku terkejut. Padahal, jika aku benar-benar bisa menerimanya, ini adalah takdir terindah dalam hidupku." Jelas Asma.
"jadii... apa kamu menerima bang ihsan ?" Tanyanya lagi.
"rahasia. ummi dan abi saja tidak aku kasih tau, masa kamu tau lebih dulu." Ledek Asma.
"apapun nanti keputusan mu, aku berharap tidak mempengaruhi persahabatan kita ya. Aku masih ingin bersahabat dengan kamu." Jelas Raina.
"kita sudah dewasa, rai. Kita tau mana yang baik yang harus kita lakukan. Jadi tidak usah takut." Ucap Asma.
Bersambung .....
Ketegasan sikap seorang pria yang telah beristri sangat diperlukan pada perempuan yang selalu berusaha mendekat, karena ada hati yang harus dijaga, ada seseorang yang harus diutamakan.
Asyam salwa semoga dimudahkan jalan menuju halal
😘😘😘😘