NovelToon NovelToon
Batas Yang Kita Sepakati

Batas Yang Kita Sepakati

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Princess Saraah

Apakah persahabatan antara laki-laki dan perempuan memang selalu berujung pada perasaan?

Celia Tisya Athara percaya bahwa jawabannya adalah tidak. Bagi Tisya, persahabatan sejati tak mengenal batasan gender. Tapi pendapatnya itu diuji ketika ia bertemu Maaz Azzam, seorang cowok skeptis yang percaya bahwa sahabat lawan jenis hanyalah mitos sebelum cinta datang merusak semuanya.

Azzam: "Nggak percaya. Semua cewek yang temenan sama gue pasti ujung-ujungnya suka."
Astagfirullah. Percaya diri banget nih orang.
Tisya: "Ya udah, ayo. Kita sahabatan. Biar lo lihat sendiri gue beda."

Ketika tawa mulai terasa hangat dan cemburu mulai muncul diam-diam,apakah mereka masih bisa memegang janji itu? Atau justru batas yang mereka buat akan menghancurkan hubungan yang telah susah payah mereka bangun?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Princess Saraah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gantungan Kunci

Tidak terasa sudah bulan September. Rasanya baru kemarin aku sibuk presentasi dan ribut soal infokus kelas. Tapi sekarang, aku justru sibuk mengepak barang. Minggu depan, aku harus ke Kuala Lumpur untuk menghadiri pernikahan sepupuku.

Pagi ini, aku bilang ke Nizan. Wajahnya langsung berubah. Tidak semuram langit mendung, tapi cukup untuk membuatku tahu kalau ia kecewa. Ia hanya mengangguk pelan. "Seminggu, ya?" tanyanya memastikan.

Aku mengangguk. "Iya. Tapi nanti aku tetap kabarin kok."

Selebihnya kami tidak membahas hal itu lagi. Mungkin Nizan tidak ingin memperpanjang kesedihannya sendiri. Tapi entah kenapa, aku justru merasa bersalah.

Di jam istirahat, kelas heboh. Fadly mendadak datang membawa gantungan kunci kayu. Ukirannya cantik, ada huruf "F" dan "L". Gantungan itu ia berikan ke Lita dan disaksikan oleh seisi kelas. Tentu saja mereka berdua langsung dikerubungi.

Tapi tak berhenti sampai di situ.

Nizan tiba-tiba datang dan berjalan ke mejaku. Ia mengeluarkan sebuah gantungan kunci dari sakunya, terbuat dari kayu juga, dan menyodorkannya padaku tanpa banyak kata.

Aku membaliknya. Tertulis "C.T.A."

Inisial namaku.

Jantungku berdetak tak karuan. Beberapa teman langsung bersorak.

"Wah, couple juga dong mereka!"

"Sya, lo pacaran ya sama Nizan?"

"Resmi berlayar nih!"

"Kyaaa, lucu banget!"

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku hanya tersenyum dan menatap gantungan kecil itu. Sederhana, tapi terasa personal. Aku senang, tapi juga bingung. Mira melihatnya. Senyumnya tipis, tak sampai ke mata.

"Eh, gue juga mau dong kayak gitu," ujar salah satu temanku. "Buatin dong Zan."

"Ngga bisa gue buat lagi. Kayunya habis," jawab Nizan penuh alasan.

Meskipun sudah menjawab dengan seribu alasan tak masuk akal, anak-anak perempuan itu tidak berhenti mendesak Nizan. Sampai akhirnya desakan itu beralih kepadaku. Seolah aku yang punya kuasa atas keputusan Nizan.

"Sya, boleh ga ni Nizan buatin kita."

"Izin ya Sya."

"Sya tolong bilangin Nizan dong buatin kita-kita juga."

Sebenarnya aku tidak mau ikut campur soal keputusan Nizan mau membuatkan mereka atau tidak. Namun ternyata Mira juga menginginkan gantungan itu. Jadinya aku pun mengangguk pelan tanda setuju Nizan membuatkan mereka. Saat aku mengangguk memberi izin, Nizan akhirnya mengalah. Dengan syarat: berbayar.

Sepulang dari kantin, aku kembali ke kelas sambil membawa dua gelas es teh. Tapi begitu masuk, beberapa anak langsung bisik-bisik. Aku tahu mereka sedang ngomongin aku. Lagi-lagi soal gantungan kunci.

"Gue yakin deh, Tisya tuh pacaran sama Nizan," bisik Sinta ke Dina, tapi cukup keras untuk kudengar.

"Iya lah, masa iya enggak. Nizan rela jemput tiap pagi, terus ngasih gantungan kunci inisial gitu?" timpal Safira sambil pura-pura ngetik di HP.

Aku menarik napas dalam, berusaha tetap tenang.

"Kami nggak pacaran ya," kataku datar, mencoba terdengar jelas tapi nggak terlalu keras.

Mereka hanya saling pandang dan senyum-senyum, seperti tidak percaya. "Ah, masa sih?" sahut Dina. "Kalau bukan pacar, ga mungkin Nizan segitunya."

Aku hanya mengangkat bahu. "Terserah kalian deh. Dasar lambe turah."

Aku merasa kepalaku panas. Daripada makin risih, aku segera meraih tasku dan pindah duduk ke sebelah Khalif di belakang. Kursi Mira kosong, entah ke mana dia.

Khalif menoleh, menaikkan alis. "Kenapa pindah Sya? Kabur dari para penggosip?"

Aku mengangguk. "Capek dijadiin bahan."

Dia tersenyum kecil, lalu bertanya, "Jadi lo dan Nizan emang beneran temenan aja nih? Belum ada perkembangan.”

Aku menatapnya, ragu. "Perkembangan gimana? Ya emang temenan doang."

...****************...

Bel pulang sekolah berbunyi, aku berjalan menuju parkiran bersama Nizan. Tiba-tiba Nizan membuka pembicaraan memecah keheningan antara kami berdua.

"Cuma karena kamu yang bilang boleh ya. Kalau dari aku sih sebenernya gamau buatin orang lain," katanya lirih padaku.

Lalu, Nizan menoleh pelan.

"Eh Sya, kalau aku mau bikin satu lagi gantungan kaya gitu, tapi ada huruf NT nya boleh ga?," katanya.

Aku tertawa kecil. "Nice Try maksudnya?"

"Ih bukan, inisial nama kita. Nizan-Tisya."

"Kamu belum puas dengan CTA?”

Ia nyengir. "CTA kan cuma nama kamu. Ini kita."

Aku berpikir sejenak. "Ya udah deh terserah kamu. Tapi selesaikan dulu punya yang lain ya. Males aku dikejar mereka."

Ia mengangguk cepat, seolah takut aku berubah pikiran. "Siap"

Aku tidak tahu apa yang orang lain pikirkan. Mungkin mereka mengira aku terlalu membebaskan atau terlalu cuek. Tapi kenyataannya, aku hanya tidak ingin terlihat posesif terhadap seseorang yang bahkan bukan pacarku.

Karena aku tahu Nizan mungkin sedang menjaga perasaanku sekarang, agar tidak ada yang terluka seperti dulu, aku, dia, atau Mira.

...****************...

Malamnya, kamar terasa lebih sunyi dari biasanya. Mungkin karena aku tahu, seminggu ke depan aku tidak akan tidur di tempat ini. Beberapa pakaian sudah terlipat rapi di koper, beberapa masih tercecer di atas kasur. Di sudut meja, gantungan kunci kayu dari Nizan tergeletak sendiri. Aku mengambilnya, memutar-mutar pelan dengan ujung jari.

"C.T.A," gumamku lirih.

Huruf-huruf itu begitu sederhana, tapi sekarang terasa rumit di kepala. Aku ingat ekspresi Nizan saat menyodorkannya siang tadi, tidak sok manis, tidak juga terlalu santai.

Aku mendesah pelan. Lalu, tanpa berpikir panjang, aku kaitkan gantungan kunci itu di resleting tas ransel hitam yang akan kubawa ke Malaysia. Entah kenapa, aku ingin membawanya. Seperti membawa sedikit dari rumah, sedikit dari Nizan.

Saat itulah pintu kamarku diketuk pelan. Mama masuk membawa sekotak tolak angin. "Buat di jalan nanti. Kamu kan suka masuk angin," katanya sambil duduk di pinggir kasur.

Aku tersenyum. "Makasih, Ma."

Mama menatap koper yang setengah terbuka, lalu matanya jatuh ke gantungan kunci di tasku. "Lucu. Dari Nizan, ya?"

Aku mengangguk pelan. Tak ingin menjelaskan terlalu banyak, tapi juga tidak berniat menyembunyikan.

Mama mengamati wajahku sejenak, lalu bertanya pelan, "Adek suka ya sama Nizan?"

Pertanyaan itu menggantung di udara.

Aku tidak menjawab.

Mama hanya tersenyum lembut, lalu menepuk pahaku. "Nggak apa-apa kalau ga mau jawab. Yang penting, Adek senang, mama juga senang."

Begitu Mama keluar, aku termenung sebentar. Tak lama, notifikasi ponselku berbunyi. Sebuah pesan masuk dari Azzam.

...Azzam...

Tadi siang kelas lo rame banget ya.

Ribut soal gantungan kunci.

Lalu kutulis balasan:

^^^Hehe iya, kok lo tau?^^^

Gue lewat kelas lo tadi.

Gantungan dari Nizan ya?

Aku diam sebentar, lalu mengetik:

^^^Iya.^^^

Pesan berikutnya masuk lebih cepat dari dugaanku.

Kalian pacaran?

Aku mengerutkan alis. Jemariku mengetik:

^^^Kenapa pengen tahu?^^^

Balasannya muncul beberapa detik kemudian.

Ya wajarlah, kan sekarang gue sahabat lo.

^^^Nggak pacaran.^^^

Azzam mengetik lagi.

Tapi pulang bareng terus, deket banget.

^^^Emang temenan doang nggak boleh?^^^

Lama tak ada balasan. Tapi aku tahu, percakapan ini belum selesai. Karena yang tidak terucap, kadang justru paling ingin dijawab.

1
Asseret Miralrio
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Daina :)
Author, kita fans thor loh, jangan bikin kita kecewa, update sekarang 😤
Saraah: Terimakasih dukungannya Daina/Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!