Puncak Kesabaran

Akad

Sambil menggenggam kertas di tangannya, Yamani merasakan ada sedikit ketakutan di dalam hatinya. Ia duduk di kursi rodanya bersama hapalan yang seakan sulit masuk ke dalam kepalanya padahal dia punya ingatan yang kuat, entah kemana hilangnya konsentrasinya.

"Astagfirullah ... "

Ketakutan ini menghilangkan konsentrasinya, pikirannya bercabang kemana-mana, di pagi shubuh itu terasa jauh lebih berat dari hari-hari biasanya. Dengan tanggung jawab dan beban yang akan segera dipikulnya beberapa jam akan datang.

Tanggung jawab besar kepada seorang perempuan dan menggambil alih tanggung jawab sang Ayah untuk menhadi istrinya. Anak perempuan yang semula ditanggung oleh Ayahnya, beralih pada suaminya. Tentu tidak mudah, tapi lebih sulit jika membayangkan perempuan itu diambil alih tanggung jawab oleh Lelaki lain. Ada rasa tidak terima di dalam hatinya.

Yamani, sedari shubuh tadi sudah sampai di rumah ang calon mertua. Jarak dari rumah yang ditempatinya di kota ini memang tak terlalu Jauh hanya beda kota, sekitar dua jam perjalanan darat maka akan sampai.

Matahari telah menampakkan sinarnya, jam telah menunjukkan pukul 06.45 pagi hari waktu Indonesia tengah. Yamani berada di kamar tamu yang telah di rias sedemikian rupa menjadi kamar pengantin, kamar yang terletak tepat di belakang pelaminan duduk tempat acara akan dilaksanakan.

Ia duduk dikursi rodanya menghadap jendela kamar yang terbuat dari kaca, sehingga dia bisa melihat ada beberapa orang-orang yang berlalu lalang disamping rumah.

Matanya terpaku pada Lelaki yang sedang memegang baju gamisnya terangkat hingga pinggang, sehingga menampakkan sarung biru dengan motif garis garis, juga peci dikepala yang tidak benar-benar terpasang hanya sekedar menempel saja.

Laki-laki yang terus mengatur orang-orang yang sedang menyusun kursi-kursi plastik itu, dia tak lain dan tak bukan adalah Jefri yang sedang memakai kacamata anti radiasinya.

Padahal Matahari belum terlalu menyengat, tapi Jefri terus mondar-mandir di depan kaca jendela tak tentu arah, apa sebenarnya yang dilakukan Jefri?

Tak lama ada seorang Laki-laki berbaju koko biru dan Sarung hijau yang menepuk pundak Jefri hingga Jefri terkejut sampai Ia melepaskan gulungan baju gamisnya sampai menutup sarungnya.

Keduanya terlihat sedang berdebat panjang. Lebih tepatnya Jefri yang terlihat marah-marah tak jelas, sedang Laki-laki didepannya justru tersenyum miring sebelum merangkul Jefri dan pergi entah kemana.

Yamani menggelengkan Kepalanya melihatnya ada-ada saja kelakuan orang yang berstatus sebagai paman dari istrinya itu.

Tak lama setelahnya, Bunda datang dan membawanya menuju pelaminan yang berada di depan kamar. Ia duduk dikursi rodanya tepat di depan meja yang sudah disiapkan untuk ijab qabul. Baju Gamis putih dan gamis luar warna Hijau di badannya seakan tak berdampak apa-apa dalam memberi kehangatan karna yang dirasanya adalah dingin pada telapak tangan dan sekujung badannya.

Yamani menunduk dan menatap kertas ditangannya yang terdapat tulisan Qobiltu. Kedua keluarga sepakat akad akan dilaksanakan dengan bahasa Arab.

Banyak sebab yang mendasari pemilihan Bahasa Arab. Pertama karna kedua mempelai memang berstatus sebagai Santri. Kedua bahasa arab adalah bahasanya penghuni Syurga. Ketiga karna akad menggunakan bahasa arab memang lebih pendek dan lebih mudah dihapalkan.

Perjanjian suci dalam pernikahan antara laki-laki dan perempuan disebut dengan akad nikah. Prosesi sakral tersebut merupakan bagian dari rukun nikah yang dilakukan dengan cara melafalkan ijab dan qobul. Sebagai rukun nikah, maka prosesi ijab dan qobul harus benar-benar sesuai tuntunan. Jika salah, maka pernikahan dianggap tidak sah.

Terkait dengan bahasa yang digunakan ketika ijab dan qobul. Para ulama fiqh berpendapat bahwa dalam ijab dan qobul, boleh menggunakan kata-kata dalam bahasa apapun, tidak terikat dalam satu bahasa. Asalkan lafalnya bisa dipahami dan menunjukkan rasa ridha dan setuju.

Begitu pula pendapat Ibnu Taimiyah yang mengatakan bahwa ijab dan qobul ketika akad nikah boleh dilakukan dengan bahasa, kata-kata, atau perbuatan apapun yang dianggap sudah menyatakan terjadinya pernikahan oleh masyarakat umum. Walaupun begitu, sebagian ulama berpendapat bahwa ijab dan qobul lebih utama bila diucapkan dalam bahasa arab, bagi yang bisa dan paham bahasa arab.

Pernikahan antara Fidzah maupun Yamani memang terkesan tidak ingin mempersulit kedua belah pihak, baik dari segi mahar atapun pelafalan akad. Sebab pernikahan yang tak banyak persiapan dan sangat tergesa-gesa, maka diambil jalan yang paling mudah saja.

Mahar itu yang paling penting adalah murah tapi tak merendahkan martabat mempelai Perempuan dan mahal tapi tak mempersulit mempelai Laki-laki. Kalau kedua belah pihak Ikhlas dan ridho tiada yang merasa dipersulit atau direndahkan maka InnsyaaAllah pernikahan akan membawa berkah.

Tak lama para tamu undangan telah berkumpul, tak banyak memang, hanya kerabat dekat kedua mempelai saja, ijab qobul pagi ini dihadiri oleh para pria saja. Akad yang dilaksanakan di rumah mempelai Perempuan lebih tepatnya di ruang tamu acara dilaksanakan.

Baik penghulu, papa, ayah dan kerabat lainnya termasuk Jefri dan Laki-laki bersarung hijau tadi yang duduk bersebelahan juga ada seorang laki-laki yang lain bersarung ungu tepat disamping kiri Jefri, Yamani melihat ketiganya duduk dibelakangnya.

"Acara bisa kita mulai dengan Bismillah dan membaca suratil-Fatihah," Ucap Bapak Penghulu yang duduk di samping Papa. Seluruh hadirin serentak membacakan Surah Al-Fatihah sebagai pembuka acara pagi ini.

Papa yang duduk didepan menjabat tangannya dan berdehem sebentar sebelum melafalkan Ijab menikahkan puri bungsunya dengan Yamani.

"Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka Hafidzah Noor Mekkah Binti Ahmad Zafran alal mahri Madzkuri hallan,¹"

"Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur wa radhiitu bihi, wallahu waliyu taufiq²."

"Bagaimana para Saksi?"

"Sah."

"Sah,"

"Alhamdulillahi Robbil A'lamin ..."

Tepat pada hari jum'at pertengahan bulan juli diusianya yang menjelang 27 tahun, Ia telah resmi di mata agama dan negara menjadi suami dari Hafidzah. Jangankan tahun lalu, satu minggu sebelumnya pun Yamani tak menyangka harapannya untuk memiliki istri terkabul secepat ini.

Bunyi dari kamera yang terdengar memotret menyadarkan Ia. Jefri membantunya berpindah duduk di atas pelaminan yang terpaksa harus di letakkan kursi, sebab kebiasaan masyarakat Banjar ketika Akad hanya dengan pelaminan kecil dan kedua mempelai duduk bersimpuh di pelaminan lalu dilanjutkan dengan acara Beantar Jujuran.

Hari ini ada beberapa susunan acara. Dari pembacaan Yasin dan tahlil, lalu di lanjutkan Akad Nikah. Setelah Akad di lanjutkan dengan acara maulid simtudhuror oleh para tamu laki-laki. Lalu setelahnya baru tamu perempuan dengan rangkaian acara beantar jujuran dengan hanya mempelai wanita di pelaminan. Sebagian memang berdua saat acara ini, namun sebagian yang lain memang hanya dikhususkan untuk perempuan.

Disebabkan Yamani yang dalam keadaan tak memungkinkan, maka acara di bagi dua sesi. Jam 07.00 sampai jam 09.00 laki-laki. Jam 09.30-10.30 perempuan.

***

Satu Vote dan like kalian membantu menyemangati kami dalam menulis

Dan sedikit Hadiah kalian sangat berarti untuk kami memperbaiki tulisan dan menyajikan bacaan yang lebih berkualitas dengan mempunyai tablet sebagai Fasilitas.