Liana adalah seorang gadis sederhana yang hidup di sebuah desa kecil bernama desa Suka Manu. Ia bertemu secara tidak sengaja dengan laki-laki bernama Putra. Semenjak pertemuan itu lah membuat mereka semakin dekat dan pada akhir nya menjalin hubungan cinta mereka. Di mana putra awal nya hanya menganggap hubungan mereka hanyalah sebuah permainan karena Putra mempunyai kekasih yang tinggal di daerahnya. Mereka telah menjalin hubungan selama 3 tahun. Putra hanya memanfaatkan Liana karena ia tidak mempunyai teman di daerah tersebut di mana saat ini ia sedang bekerja di Liana tinggal.
Lika liku kehidupan rumah tangga mereka selalu saja ada. Air mata Liana tidak pernah berhenti mengalir melihat tingkah Putra yang terkadang selalu melukai hati nya. Terkadang, ia mendapati Putra sering bertukar pesan dengan gadis lain. Namun, untuk menuntut Liana tidak bisa karena Liana sadar, Liana tidak bisa memberikan yang terbaik untuk Putra di mana Liana sudah tidak suci lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mpit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasehat dari Sinta
"Ternyata kamu tetap pulang ya, aku pikir kamu akan tetap tinggal di sini" Pesan dari Putra masuk ke dalam ponsel Lia.
Lia mengerutkan kening nya membaca pesan yang di kirimkan oleh suami nya itu. Di mana ia baru saja tiba di rumah nya di kampung halaman nya.
"Maksud kamu apa sih Putra? Bukan kah kamu yang mengizinkan ku pulang. Kamu tidak melarang ku sama sekali untuk pulang bersama tante bukan?" Balas Lia.
"Ternyata kamu kurang peka. Harus nya kamu sebagai istri ngerti dong apa yang aku mau? Gak mungkin kan di depan tante mu aku melarang mu untuk pulang. Harus nya kamu tidak perlu di bilangin lagi ngerti dengan hal itu" Pesan Putra lagi.
"Ya mana aku mengerti. Aku bukan paranormal yang bisa membaca pikiran seseorang. Aku juga tadi berharap kamu akan melarang ku untuk pulang bersama tante. Tapi ternyata kamu hanya mengatakan terserah"
Kembali terjadi cekcok antara mereka berdua. Yah mereka memang belum terlalu mengerti karater satu sama lain. Secara mereka masih mempertahankan ego mereka masing-masing.
"Terserah kamu mau nya apa. Aku capek, kenapa harus aku yang selalu mengalah selama ini. Sabar orang itu ada batasnya juga" Ujar Lia merasa emosi karena selama ini hanya dia yang mengalah dan makan hati sendiri.
***
Sore itu Lia duduk di depan teras rumah nya. Ia menatap ke depan dengan tatapan kosong. Sungguh rasa kecewa di hati nya masih ia rasakan saat itu kepada suami nya. Di mana ketika sedang cekcok seperti ini Putra sama sekali menghilang dan kembali tidak merespon pesan-pesan dari nya.
Tante Sinta yang melihat Lia seperti itu hanya bisa menghela napas berat nya. Wanita itu mendekati ponakan nya dan duduk di samping ponakan nya itu.
"Kenapa Lia, dari tadi tante lihat kamu melamun terus. Apa kamu dan Putra bertengkar?" Tebak Sinta yang benar ada nya. Lia menatap tante nya dengan tatapan heran. Dari mana wanita itu tahu bahwa ia dan Putra sedang bertengkar.
"Kenapa menatap tante seperti itu? Tante hanya menebak. Jika kamu memikirkan masalah kandungan mu, itu gak mungkin karena hasil pemeriksaan tadi mengatakan kamu dan janin mu baik-baik saja. Ya apa lagi kalau bukan karena bertengkar sama Putra. Apa dia marah kamu pulang ke sini tadi?" Tanya Sinta lagi.
Liana kembali menatap ke depan sambil menghela napas berat nya.
"Entah lah tante, aku dan Putra sama-sama tidak bisa saling memahami. Sulit bagi kami untuk menebak kemauan kami masing-masing. Tadi kata dia terserah aku mau pulang atau gak bersama tante. Tapi sekarang malah marah gak jelas seperti ini. Capek rasa nya tante" Cerita Sinta.
Sinta tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala melihat keponakan nya itu.
"Tante mengerti bahwa perbedaan pendapat itu wajar dalam pernikahan, tetapi penting bagi kita untuk bisa mengatasi ego kita demi keutuhan hubungan kita. Kadang-kadang, mengalah itu adalah tanda keberanian dan kebijaksanaan" Ujar Sinta menasehati keponakan nya itu.
"Tapi bagaimana jika dengan selalu mengalah, aku merasa kehilangan jati diriku sendiri. Dia juga tidak mengerti keinginan ku. Kenapa harus aku yang selalu mengerti dia?" Ujar Lia pada akhir nya melepaskan semua yang selama ini ia pendam sendiri.
"Menurut tante, mengalah bukan berarti kehilangan jati diri, Lia. Itu adalah tentang menunjukkan cinta dan pengorbanan yang kita miliki untuk pasangan kita. Ini tentang melihat gambaran besar dan memprioritaskan kebahagiaan dan kedamaian rumah tangga kita"
Lia menghela napas berat nya.
"Tapi bagaimana jika Putra tidak menghargai pengorbananku"
"Itu adalah hal yang perlu kita diskusikan secara terbuka dengan Putra. Komunikasi yang jujur dan terbuka sangat penting dalam situasi ini. Jelaskan kepadanya bagaimana kamu merasa dan mengapa kamu ingin mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Namun, ingatlah bahwa ini adalah proses yang saling memahami, bukan bertarung"
"Entah lah tante. Aku masih bingung. Aku tidak tahu harus bagaimana. Rasa nya aku sudah banyak mengalah dalam hal ini. Sabar orang itu ada batas nya juga tante"
"Percayalah, dengan adanya pengertian dan kompromi dari kedua belah pihak, kita bisa mencapai solusi yang baik untuk mengahadapi masalah. Lagian ngapain juga kamu pulang ikut tante tadi. Sudah tahu suami mu ada di sana. Apa salah nya kamu tinggal saja di sama" Ujar Sinta lagi.
"Dia tidak menahan ku untuk tetap tinggal tante. Karena itu aku pulang saja. Padahal aku berharap dia melarang ku"
"Harus nya kamu sebagai istri juga peka gak seharus nya Putra menahan mu pulang bukan? Tante tahu kamu pasti paham jika Putra tidak mengizinkanmu untuk pulang tadi. Namun, kamu masih memikirkan ego mu. Sudah lah Lia, tidak baik jika kamu dan Putra saling bertengkar seperti ini. Lebih baik kamu meminta maaf terlebih dahulu dengan Putra. Bagaimana pun Putra itu suami mu yang harus kamu hormati. Apa salah nya meminta maaf duluan"
"Baik lah tante. Aku akan meminta maaf sama Putra. Besok aku akan pulang ke kabupaten Bintan" Ujar Lia memutuskan untuk pulang.
"Itu baik, Lia. Ingatlah, pernikahan adalah tentang kerjasama tim dan saling mendukung satu sama lain. Dengan mengalah dan mengorbankan sedikit dari ego kita, kita bisa membangun fondasi yang kuat untuk kebahagiaan kita bersama" Nasehat Sinta tersenyum manis.
"Terima kasih ya tante. Aku berharap dengan usaha dan nasehat dari tante, kami bisa mengatasi egoisme kami dan memperkuat hubungan kami" Lia tersenyum lembut kepada tante nya itu.
"Kamu selalu bisa mengandalkan tante Lia. Tante berharap yang terbaik untukmu dan Putra. Jangan takut untuk mengejar kebahagiaan yang kalian inginkan"
Lia kembali tersenyum senang melihat Sinta yang berada di depannya. Dia pun langsung memeluk hangat wanita yang ada di depannya itu. Ia sedikit merasa luka dan tenang karena telah berbagi cerita bersama tante nya. Yah lebih baik menceritakan masalah seperti ini kepada orang yang lebih berpengalaman di dalam bidangnya dan lebih tua darinya. Itu lebih baik daripada menghadapinya sendiri. Terbukti Iya bahasa lega karena mendapatkan nasehat-nasehat pernikahan bersama tante nya.
"Tante, aku mohon jangan menceritakan semua ini kepada siapapun ya. Termasuk sama ibu. Aku tidak mau mereka khawatir dengan pernikahan ku" Pinta Lia.
"Kamu tenang saja Lia, tante akan merahasiakan nya"
"Makasih ya tante, aku gak mau mereka tahu kehidupan rumah tanggaku yang sulit untuk ku jelaskan ini"
"Ia sayang. Kamu tenang saja tante apa merahasiakan ini semua dari siapa pun. Pokok nya, Jika kamu membutuhkan teman untuk saling berbagi, tante siap kok mendengarkan semua cerita kamu"
Lia dan Sinta sama-sama saling tersenyum dan berpelukan.