NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Reinkarnasi Menjadi Istri Sang Kapten

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Raja Tentara/Dewa Perang / Dijodohkan Orang Tua / Pernikahan rahasia
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Aira azahra

Wulan masih tidak percaya bahwa dia telah reinkarnasi ke dalam tubuh seorang perempuan yang cantik namun tidak bahagia. Dia adalah istri dari kapten yang tampan dan berkuasa, namun dingin dan tidak peduli dengan istrinya.

Wulan mempunyai janji dengan jiwa aslinya, yaitu mengubah takdir hidup sang kapten agar jatuh cinta dengan tubuh istrinya yang bermana Livia. Tapi bagaimana caranya? Kapten tersebut sangat dingin dan tidak peduli dengan istri.
.
Namun, semakin Wulan mencoba untuk mendekati sang kapten, semakin dia menyadari bahwa kapten tersebut memiliki luka yang dalam dan tidak mudah untuk diobati.

Wulan harus mencari cara untuk menyembuhkan luka tersebut agar sang kapten dapat membuka hatinya dan jatuh cinta dengan Livia.

Bagaimana kelanjutan cerita Wulan? Apakah dia berhasil mengubah takdir hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aira azahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 9

Marco terdiam sejenak, matanya melirik ke sekeliling sebelum mengangguk pelan. "Hmmm... iya, aku mau pulang. Memangnya kenapa?" Ia tahu Livia mungkin hanya bermaksud baik, tetapi tawarannya mengantar pulang terasa terlalu tiba-tiba. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan di balik senyumnya yang manis.

Livia tersenyum lagi, seakan membaca pikiran Marco. "Aku akan mengantarmu pulang, masuklah. Ayo!" 

Marco tidak punya alasan untuk menolak, jadi menurut. Setelah masuk dan duduk di sampingnya, ia berkata, "Maaf, aku merepotkanmu. Padahal baru kenal tadi." Sebenarnya, ia agak canggung. Bertemu seseorang yang baru tadi bertemu rasanya belum cukup untuk merasa nyaman berada dalam mobilnya. 

Livia menggeleng pelan, tampak tidak terganggu sama sekali. "Katakan alamatmu di mana?" tanyanya sambil memperhatikan jalan. Ketika Marco menyebut alamat, matanya sedikit berbinar. "Ka-kamu tinggal di apartemen? Itu apartemen milikmu sendiri ... atau orang lain?"

Marco tidak bisa menahan senyum kecil. Pertanyaannya terdengar lucu, atau mungkin penuh prasangka. "Kamu kira aku simpanan Tante-Tante? Begitu?" tanyanya sambil terkekeh. Ia tahu pikiran orang sering membawa ke arah yang aneh saat mendengar pekerjaan atau gaya hidup seseorang. "Aku bekerja di klub malam. Itu hanya pekerjaan sampingan, bukan sesuatu yang jauh dari norma. Dan tenang saja, aku bukan penghangat ranjang wanita kesepian. Kecuali kamu yang membayar jasaku, jelas aku menerimanya dengan sesuka hati." 

Marco melirik Livia, berharap sedikit humor dapat mencairkan suasana. Tapi responsnya tetap tenang. 

Livia menggelengkan kepala tanpa menatap langsung. "Kamu bekerja di mana, di klub malam?" tanyanya lagi, seolah benar-benar penasaran dengan kehidupan Marco. 

Untuk sesaat, Marco berpikir apakah pertanyaan-pertanyaannya ini sekadar rasa ingin tahu atau ada sesuatu yang lebih dalam di baliknya. 

"Ak-aku bekerja di perusahan ATZ sebagai staf biasa di sana," jawab Marco ada raut wajah kebohongan di sana.

"Benarkah? Aku baru mengambil usaha ibuku, mengurus kebun anggur dan pabriknya langsung. Jadi tidak tahu nama-nama perusahan itu, bahkan masih belajar di dunia bisnis. Banyak tidak tahunya," kekeh Livia sesekali melirik Marco. "Kamukan sekertaris CEO .... tapi malah mencari pekerjaan sampingan, apa tidak masalah?''

"Tanggunganku banyak, Nona. Dulu sebelum kerja di kantor itu, suka berjudi dan hutang di mana-mana. Untuk cepat melunasinya, aku terpaksa kerja di klub malam dan lumayan bayarannya. Lagipula aku cuman menemani wanita kesepian yang bernyanyi," jawab Marco dengan santai.

"Masa sih? Kalau aku lihat dari penampilannya, dia seperti anak orang kaya dan terurus. Tinggalnya saja, di apartemen MN yang terkenal mewah itu. Apa mungkin, ada wanita lain menyewakan untuknya?" pikir Livia, tersenyum tipis 

"Tapikan apartemen MN itu, tempat orang kaya raya dan mahal bayar sewanya. Apa lagi membeli," kata Livia merasa ada sesuatu yang tidak beres.

"Aku punya teman kaya raya, dia kerja diluar dan meninggalkan apartemen. Kebetulan aku dekat dengan temanku itu, dia mengizinkan aku tinggal di sana. Katanya tidak perlu bayar, asalkan dijaga dan dibersihkan apartemennya itu. Terkadang temanku itu, sesekali balik ke sini dan nginap beberapa hari. Temanku yang baik," kekehnya Marco tersenyum tipis.

Livia manggut-manggut mendengarnya. "Memangnya kamu punya hutang berapa? Aku bantu kamu membayarnya, asalkan setiap malam temani aku di klub malam. Mau tidak?"

Marco terkejut mendengarnya. "Apa dia tidak waras? Bisa-bisanya mau membayar hutangku, apa aku kerjai dia?" pikirnya, dengan ide licik. "Ada, kalau tidak salah sekitar 50 jutaan. Yakin mau bayar? Kalau masalah membayar hutangku, tentu langsung setuju.

Livia tanpa ragu mengirim uang sebesar 50 juta ke rekening Marco setelah mendapatkan nomornya. Tindakannya yang mendadak itu membuat Marco terkejut. 

"Terima kasih, Nona. Akhirnya hutangku lunas. Kalau ke klub malam, jangan lupa hubungi aku, ya. Pasti datang," ujar Marco sambil mengedipkan mata, sebelum meninggalkan Livia yang masih tertegun. 

"Apakah aku bodoh?" gumam Livia, seolah bertanya kepada diri sendiri. Pertanyaan itu berputar-putar di kepala, menampar kesadarannya. 

Livia mencoba memahami apa yang sebenarnya baru saja dilakukan, tetapi semuanya terasa seperti keputusan impulsif yang penuh keraguan. Dengan langkah berat, ia memutuskan untuk pulang. 

Namun, ketika melewati jalan yang begitu familiar, dada Livia terasa sesak. Di tempat inilah, pikirannya membisikkan kenangan kelam itu, titik di mana nasib berubah selamanya—jiwanya masuk ke tubuh Livia. Mobilnya, seakan memiliki kehendaknya sendiri, membawa ke persimpangan yang menjadi saksi balap liar di malam yang penuh risiko. 

Livia mengira keberadaannya di tempat ini hanya membawa rasa pahit dari masa lalu, tapi tidak. Saat itu ia melihatnya. Seolah-olah dunia berhenti bergerak, matanya terpaku pada sosok pria yang pernah dirasakan sebagai bagian dari hidup. 

Di sana, seorang pria bersama wanita lain. Livia mengenalnya, wajah wanita itu tidak asing. Tawa mereka terdengar seperti ejekan, seperti bayangan dingin yang menusuk. Air matanya tidak tertahankan, mengalir tanpa henti. Jiwanya menangis, bukan hanya sebagai Livia, tapi juga sebagai Wulan. 

Livia bertanya-tanya, "Bagaimana cinta bisa berubah menjadi sesuatu yang begitu mengerikan? Di mana letak keadilanku? Apakah aku pantas mendapatkan semua ini?" pikirnya. Hati remuk di tengah kilasan malam yang penuh kebisuan.

"Jadi, ternyata benar apa yang dikatakan musuhku. Kalian memang pengkhianat—menginginkan aku mati. Namaku Wulan, dan aku bersumpah tidak akan pernah membiarkan kalian menikmati kebahagiaan. Tuhan tidak mungkin mengizinkan aku masuk ke dalam tubuh Livia hanya untuk diam saja. Tujuan ini jelas: balas dendam," gumam Livia, sementara jemari meremas kuat setir mobil hingga buku-buku jari memutih. 

Saat itu, suasana menjadi kacau balau. Polisi tiba-tiba muncul, mengejar mereka ke berbagai arah. Livia segera menginjak pedal gas, meninggalkan tempat itu dengan cepat, tapi sebuah mobil polisi terus membayangi di belakang. "Astaga! Apakah mereka mengira aku bagian dari balapan liar ini?" pikirnya sambil menahan diri dari mengumpat. 

Namun, tiba-tiba sebuah ide gila melintas. "Hmm, bukan ide buruk jika keluarga suamiku terkejut mendengar aku ditangkap polisi. Bagaimana reaksi mereka nanti?" Livia menggeram, setengah geli sekaligus marah. 

Suara tegas seorang polisi muda memotong lamunan gila Livia. "Keluar!" Ia berdiri di sisi mobil, pandangannya tajam namun memiliki aura ketenangan. Wajahnya cukup tampan, yang entah kenapa membuat Livia sedikit tertarik. Tapi Livia harus tetap fokus. 

"Apa kamu ikut balap liar dengan mereka? Tentu saja tidak, iya kan? Itu alasan klise yang selalu aku dengar," ucapnya dengan nada penuh skeptisisme. 

Livia berusaha memasang senyum manis, memandangi pria itu tanpa menunjukkan ragu sedikit pun. "Ak–aku tidak ikut balap liar, Pak," katanya dengan nada terukur, mencoba terdengar sejujur mungkin meskipun hati berdesir. "Aku hanya ... melihat saja," jawabnya, suara bergetar namun cukup meyakinkan untuk menutupi niat aslinya.

Polisi itu, menyipitkan bola matanya. "Apa aku percaya?"

1
Yuliana Tunru
mmg lebih baik.hidupntenang ya dara bekerja dan menghidupi siri sendiri nikmati keserakahan dan kejahatan mu rekha toh kau cuma benalu skrg sok baik padahal pusing..kalah z trs kevin biar zyan tak bisa lg byk tingkah
Yuliana Tunru
bagus livia biar zayn kapok nipu2 orang lg jgn dikasih celah ya
Nabila Al Adibah
Luar biasa
Dewi Sri
Typonya sangat bertebaran
Mawar Hitam: makasih komen kak, jadi aku perbaiki
total 1 replies
Dewi Sri
Pantas saja jarang yg koment atau suka novel ini, nama nama pemeran nya sering gonta ganti dan salah dlm penulisan.... perbaiki lagi thor
Dewi Sri
ceritanya lumayan bagus tp sepi komentar...tetap semangat ya othor, sy baru nemu cerita ini
Yuliana Tunru
swmua jd aneh saat kubia berubah mertua x jg ikut takut klo livia danbalex cerai pdhl alex cuek bgt eh malah MP ..up lg lah thorr penasaran
Yuliana Tunru
ayo alex jika mmg livia cintamu pertahankan krn samoe bab ini blm jelaa apakahvalex dan mm x mmg benar2 menganggap livia istri dan menatu yg berharga
Mawar Hitam: pengen tabok yakan kak
total 1 replies
Yuliana Tunru
good livia basmi semua penghianant dan orang2 yg penuh.dusta kyat demi hidupmu hg mama mu
Mawar Hitam: sabarr kak 🤣
total 1 replies
Yuliana Tunru
smoga livia yg baru lbh tangguh tak.mudah di tindas tak bodoh lupakan obsesi suami yg tak pernah mengagapmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!