Naina Hilda, gadis yang selalu menghitung mundur hari pernikahannya harus menerima kenyataan ketika kekasihnya memutuskan hubungan sepihak.
Sang kekasih menemukan tambatan hati yang lain yang menurutnya lebih sesuai dengan standarnya sebagai seorang istri yang pantas digandeng tangannya ketika kondangan.
"Maaf, Na. Perasaanku ke kamu, hambar."
Dua pekan sebelum ijab kabulnya terucap dengan sang pria.
Tenda dan katering sudah di pesan bahkan dibayarkan, untung saja undangan belum sempat disebar. Namun, bukan itu yang membuat tingkat stres Naina meningkat hingga ia lampiaskan pada makanan.
Naina baru tahu ternyata mantan tunangannya memiliki kekasih dengan spek idaman para pria. Tinggi, putih, langsing, glowing, shining, shimmering, splendid.
Apa kabar dengan Naina yang kusam, jerawatan dan gendut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Ke Jogja
Happy reading....
Selepas kepergian Naina dari kantor, Ivan terus saja termenung di meja kerjanya. Dia ingin sekali bertanya kepada Mayra, apakah Naina resign atau tidak?
Saat pria itu memasuki lift, kebetulan sekali Arga juga akan naik ke lantai atas. Xan kesempatan itu dimanfaatkan oleh Ivan untuk bertanya kepada Arga tentang Naina.
"Permisi Pak, apa saya boleh bertanya sesuatu?" Tanya Ivan saat mereka berada di dalam lift.
"Apa ini soal Naina?" tebak Arga tanpa menoleh ke arah Ivan sedikitpun.
Pria itu cukup terkejut saat mendengar ucapan Arga. Dia tidak menyangka jika pria yang ada di sampingnya mengetahui tentang Naina.
"Dia sudah resign dari kantor ini. Mungkin juga karena dia menghindarimu. Hanya saja, sangat disayangkan, masalah pribadi kalian harus membuat Naina resign dari sini. Padahal kerjanya sangat bagus," jelas Arga. Kemudian pintu lift terbuka dan dia pun meninggalkan Ivan yang masih termenung.
'Jadi benar, jika Naina resign dari kantor?' batin Ivan.
.
.
Pagi ini Naina sudah siap dengan satu buah koper di tangannya. Mobil travel yang dipesan Naina pun sudah sampai. Dia memang sengaja tidak menaiki bis, karena pasti akan memakan waktu lama untuk ke Jogja. Jadi Naina memesan mobil travel saja, agar dia pun bisa beristirahat dengan tenang.
"Ibu, Naina pergi dulu ya. Mayra, aku titip ibu! Temani dia selama aku pergi, dan sesekali kalian juga harus ke Jogja," ujar Naina sambil memeluk tubuh sang Ibu bergantian dengan Mayra.
"Saat kamu sampai di sana, jangan lupa telepon Ibu ya," ujar Bu Linda dan Naina hanya menganggukkan kepalanya saja.
Kemudian dia mencium tangan Bu Linda, lalu memeluk kembali tubuh Mayra, setelah itu Naina pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke tempat di mana dia akan melupakan semua kenang-kenangannya bersama dengan Ivan.
Matanya menerawang melihat ibunya yang menatap sendu ke arah kaca mobil. Bukan Naina tega sebagai anak meninggalkan sang ibu, tapi dia tidak mempunyai pilihan lain. Karena saat ini hati Naina benar-benar ingin tenang.
Dia tidak ingin di bayang-bayangi dengan Ivan, apalagi pernikahan mereka satu bulan lagi akan digelar. Sejujurnya Naina ingin sekali datang ke pernikahannya Ivan dan juga Rere, akan tetapi entah kenapa Naina belum siap. Walaupun pada awalnya dia bertekad dengan kuat.
Perjalanan panjang dinikmati oleh Naina dengan lamunan, di mana kenang-kenangannya bersama dengan Ivan berputar di memori kepala Naina.
'Semoga tempat yang kutuju, menjadi awal kebahagiaanku. Dan semoga di sana aku menemukan kebahagiaan yang tidak kutemukan bersamamu, kak. Semoga aku juga bisa mengikhlaskan perasaan ini. Aku akan menghapus semuanya. Menghapus namamu, bahkan kenangan indah sekalipun bersama dengan dirimu.' batin Naina.
Setelah menempuh perjalanan 9 jam, Naina pun sampai di kota Jogja. Mobil berhenti di depan kontrakan Dewa, dan Naina langsung mengetuk pintu kontrakan tersebut.
"Akhirnya kamu sampai juga Naina," ucap Karina. Kemudian dia memeluk tubuh adiknya lalu mengajaknya untuk masuk.
Sementara sopir travel kembali melajukan mobilnya, karena ada beberapa penumpang yang harus dia turunkan juga di beberapa tempat.
"Sebaiknya kamu mandi dulu! Mbak sudah siapkan makanan," ucap Karina dan Naina langsung mengangguk.
"Oh ya, Mbak, apa kontrakannya ada?" tanya Naina.
"Saayang, anaknya ibu kos datang dari Jakarta. Jadi kontrakannya tidak jadi dikontrakan, tapi kamu tenang saja, di kontrakan Kakak kan ada dua kamar, jadi kamu bisa memakai salah satunya. Kamu tinggal di sini saja bareng kita ya," ucap Karina.
Naina sempat terdiam. Sebenarnya dia tidak enak jika harus tinggal bersama dengan suami istri itu, walaupun Karina adalah kakaknya. Tapi mau bagaimana lagi, saat ini Naina masih belum menemukan kontrakan. Jadi dia sementara mungkin akan tinggal bersama dengan Karina.
.
.
Pagi telah tiba, udara di Jogja begitu sejuk, beda dengan Jakarta. Naina berdiri di depan kontrakan Karina, meregangkan tangan menghirup udara segar, seketika perutnya keroncongan.
"Aduh! Aku udah laper lagi," ucap Naina sambil melihat kanan dan kiri.
"Kamu lagi ngapain, Dek?" tanya Karina sambil membawa cuciannya yang sudah kering untuk dijemur di halaman depan.
"Aku laper, Kak. Tapi kan aku lagi diet, nggak boleh makan yang berat-berat dulu?" Naina berkata dengan wajah yang lesu.
Karina yang mendengar itu pun terkekeh, "Sebaiknya kamu keluar, dan belok kanan. Tidak jauh dari sini ada penjual salad biasanya pagi-pagi. Kamu sarapan salad saja, kan kamu lagi diet, jangan makan nasi uduk ataupun lontong sayur! Itu lemaknya banyak."
Naina terdiam sambil menimang-nimang omongan kakaknya, kemudian dia pun mengangguk, "Oke, sepertinya aku akan sarapan salad buah saja. Ya sudah, kalau gitu aku beli dulu ya Kak."
Tapi sebelum Naina masuk ke dalam kontrakan, tiba-tiba tangannya dicegah oleh Karina. "Ada apa Kak?" tanya Naina dengan bingung.
"Sebaiknya sebelum kamu pergi, xcuci muka dulu sana! Belek kamu tuh ih ... jorok banget. Masa nggak dicuci?" Karina menggelengkan kepalanya saat melihat kotoran di kedua mata milik adiknya yang belum dibersihkan.
Naina yang mendengar itu pun terkekeh, dia menggaruk belakang lehernya, merasa malu. Kemudian Naina melangkah ke kamar mandi untuk membasuh mukanya, setelah itu dia berjalan keluar untuk membeli salad buah yang ditunjukkan oleh kakaknya.
Setelah Naina membeli salad buah 2 cup, dia pun bergegas pulang. Tapi di tengah jalan Naina melihat lontong sayur, dia berinisiatif untuk membelikan kakaknya dan juga kakak iparnya sarapan.
Setelah semua siap Naina pun kembali ke kontrakan, namun tiba-tiba saja dompetnya terjatuh. Kemudian Naina mengambilnya, dan saat berdiri dia tidak sengaja menabrak seseorang, hingga membuat tubuhnya hampir saja oleng untung segera ditahan.
Tatapannya terpaku saat melihat pria tampan berwajah Asia dengan alis tebal, hidung mancung, rahang yang tegas, kulit sawo matang dan juga bibir yang tebal. Membuat Naina seketika terdiam menatap kagum kepada ciptaan Ilahi.
"Ya ampun, sempurnanya ciptaanmu ya Allah," gumam Naina tanpa sadar.
"Maaf Mbak, apa Mbak mboten nopo-nopo?" tanya pria tersebut.
Naina tersadar, kemudian dia berdiri dibantu oleh pria itu. "Saya tidak apa-apa, Mas. Maaf ya tadi saya tidak sengaja," ujar Naina dengan wajah malu.
"Tidak apa-apa, Mbak, kalau begitu saya duluan." Pria itu berlalu begitu saja dari hadapan Naina. Logat Jawanya masih kental terasa, namun itu membuat daya tarik tersendiri bagi Naina.
'Astaga Naina! Apa yang kamu pikirkan? Tidakkah kamu kapok disakiti oleh kak Ivan? Dan sekarang kamu malah terpesona sama pria lain? Mana mungkin ada yang mau sama kamu, dengan fisikmu seperti ini, Naina?' batin Naina menggerutu pada dirinya sendiri.
Kemudian dia pergi dari sana menuju kontrakan, setelah itu Naina menyerahkan lontong sayur yang dia beli kepada Karina untuk dimakan bersama dengan suaminya, sementara itu Naina memakan salad buah.
"Oh ya Dek, apa kamu akan melamar kerja di sini? Apa kamu yakin?" tanya Karina yang seakan ragu.
"Iya Kak, aku yakin. Doakan saja ya, semoga kehidupanku di sini lancar," jawab Naina sambil mengunyah salad buahnya.
"Di Jogja itu agak susah untuk mencari pekerjaan Dek .Tapi nanti coba Kak Dewa tanya-tanya ya sama temen-temen, siapa tahu aja ada kerjaan," ujar Dewa menimpali dan Naina hanya menganggukan kepalanya.
Setelah sarapan, Dewa pun pamit untuk pergi kerja. Sementara itu Naina dan Karina masih berada di kontrakan.
"Oh iya, apa kamu masih berniat untuk menurunkan berat badanmu?" tanya Karina sambil menatap ke arah sang adik.
"Ya masih lah Kak. Aku ingin kembali ideal seperti dulu lagi, dan Skin Care apa yang kakak pakai? Siapa tahu aku bisa cantik seperti Kak Karina?" tanya Naina.
"Nanti Kakak kasih tahu skin care-nya, tapi kalau saran Kakak sih, sebaiknya kamu nge-gym deh dibarengi olahraga sama makan-makanan sehat, untuk menurunkan berat badanmu. Bukan hanya turun, tapi kamu juga bisa membentuk tubuh yang ideal, gimana?" usul Karina.
Naina terdiam, dia mencoba menimbang perkataan sang kakak. Dan seketika wanita itu pun mengangguk, "Kakak benar, sepertinya aku memang harus nge-gym. Aku harus buktikan kepada mereka, kalau aku juga bisa berubah," ucap Naina dengan Ambisi yang kuat.
"Baiklah, nanti kakak telepon teman Kakak ya. Kebetulan dia punya tempat gym di Jogja," ujar Karina dan langsung dibarengi anggukan oleh Naina.
BAersambung ....