"Sudah pernah tidur dengan laki laki?"
"Sudah Tuan."
Ace menjawab dengan cepat tanpa ragu. Ace berpikir polos bahwa tidur yang dimaksudkan oleh pria itu adalah tidur seperti yang sering dia lakukan dengan adik laki lakinya.
"Siapkan dirimu menjadi pelayanku mulai besok."
Ace sangat senang. Meskipun dirinya mendapatkan pekerjaan sebagai pelayan yang penting bisa membebaskan keluarganya dari kesulitan ekonomi. Dia tidak sadar bahwa pelayan yang dimaksudkan pria itu bukan sekedar pelayan biasa melainkan juga pelayan di ranjang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda manik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
Ace merasakan keberuntungan berpihak kepada dirinya. Dia masih bisa mendapatkan uang untuk membayar hutang tanpa melepaskan kesuciannya. Ace mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih layak untuk dipakai. Dalam hati, Ace juga berterima kasih kepada Tuan Hans yang melepaskan dirinya dari dosa laknat itu.
"Ace."
"Iya Pak. Sebentar," jawab Ace dari dalam kamar. Cepat cepat dia memakai pakaiannya. Dia sudah bisa menebak jika kedatangan Randi di depan kamarnya pasti untuk mengantarkan sejumlah uang yang akan dia pinjam.
Ace menghentikan gerakan tangannya memakai pakaian itu. Pengalaman berurusan dengan pak Hardi si rentenir dan gaji besar yang dia terima dari tuan Hans menimbulkan keraguan sedikit di hati gadis itu.
Dia takut, Randi seperti pak Hardi dan tuan Hans yang memberikan dia pinjaman tapi ada maksud terselubung.
"Mengapa aku jadi seperti ini," kata Ace dalam hati. Awalnya dia berpikir jika lebih baik saat ini Gali lubang tutup lubang daripada menjadi pelayan ranjang tuan Hans. Itu lebih bagus. Tapi saat ini. Entah mengapa keraguan itu muncul di hatinya. Dia baru mengenal Randi dan dengan mudahnya meminjamkan uang ratusan juta kepada dirinya.
"Tidak, Pak Randi tidak seperti itu. Buktinya Bibi Santi mendukung laki laki itu memberikan pinjaman kepada diriku."
Ace akhirnya meyakinkan dirinya untuk mendapati pinjaman dari Randi karena hanya dengan seperti itu, dia akan mendapatkan uang untuk membayar hutang itu.
Ace keluar dari kamar. Melihat Randi tidak ada lagi di depan kamarnya. Ace sangat yakin jika laki laki itu menunggu dirinya di dapur.
Benar saja. Tiba di dapur. Ace melihat laki laki itu duduk di bangku. Di hadapannya ada jus apel dingin.
"Duduk Ace," kata Randi. Suara Randi terdengar bersahabat tidak seperti suara tuan Hans yang dingin. Ace duduk berhadapan dengan Randi.
"Kamu punya nomor rekening?" tanya Randi. Ace menggelengkan kepalanya. Makan saja susah mana mungkin dia mempunyai nomor rekening.
"Jadi, bagaimana kalau besok kamu membuka nomor rekening terlebih dahulu kemudian aku mentransfer uang itu kepada mu," kata Randi.
"Baik Pak. Sepertinya lebih bagus seperti itu. Aku juga takut memegang uang cash sebanyak itu. Kalau dirampok orang, bukannya hutang terbayar malah menambah utang dan beban pikiran."
Randi tertawa. Kemudian menganggukkan kepalanya.
"Jadi mulai kapan aku menyicilnya pak. Apakah tidak ada Surat perjanjian hutang?" tanya Ace.
"Mulai bulan depan boleh. Tidak ada Surat perjanjian. Bibi Santi yang menjadi saksi jika kamu mempunyai hutang kepadaku. Iya kan bi?"
"Iya nak. Bibi akan menjadi saksinya. Oleh sebab itu. Kamu harus bekerja yang benar supaya hutang kamu cepat lunas nantinya," kata Bibi Santi.
"Baik bibi. Terima kasih Pak," kata Ace terharu. Ace merasa menyesal karena meragukan ketulusan hati Randi. Ace merasa yakin jika Randi adalah laki laki yang baik karena tidak mengikat dirinya dengan perjanjian apapun terkait dengan pinjaman itu.
"Oke. Jadi jelas ya Besok aku transfer setelah kamu mempunyai nomor rekening itu," kata Randi.
"Baik Pak, besok akan aku usahakan membuka nomor rekening itu."
"Sekali lagi terima kasih Pak," kata Ace. Ace tersenyum. Dia tidak menyangka jika laki laki yang bersikap ketus kepada dirinya sejak pertama kali bertemu ternyata laki laki itulah yang membantu dirinya secara tulus.
Berbicara dengan serius di dapur itu membuat Randi, Bibi Santi dan Ace tidak menyadari jika pembicaraan mereka di dengar oleh seseorang yang tidak lain dari tuan Hans.
"Ternyata dia berencana menjual keperawannya kepada Randi. Dasar gadis matre," kata Tuan Hans pelan sambil meninggalkan dapur itu. Niatnya untuk mengambil air es dari kulkas dapur ternyata dia menemukan fakta baru.
"Sialan kamu Randi. Berani sekali kamu membeli pelayan ku," kata tuan Hans lagi. Laki laki itu menghempaskan tubuhnya dengan kasar ke sofa. Membayangkan Randi membeli keperawan Ace, rasanya tidak rela. Tuan Hans memijit kepalanya yang masih terasa berat karena hasratnya tidak tersalurkan.
"Lihat saja besok. Apakah kamu bisa mendapatkan tubuh pelayan itu atau tidak," kata Tuan Hans dalam hati.
"Randi," teriak tuan Hans dari ruang tamu. Randi yang masih menikmati jus apel miliknya sambil berbicara santai dengan Ace langsung beranjak dari duduknya.
"Bentar Ace, sepertinya tuan kita tidak dalam keadaan baik saat ini," kata Randi. Randi meninggalkan Ace tanpa melihat anggukan kepala wanita itu.
"Iya tuan."
"Dari mana kamu."
"Dari dapur Tuan."
"Apakah aku menggaji kamu untuk bersantai dengan pelayan ku di dapur?" tanya Tuan Hans tajam.
"Bersantai bagaimana tuan. Aku di dapur...."
"Cukup. Berisik. Mana pelayan itu."
"Di dapur Tuan."
"Panggil dia kemari," perintah tuan Hans. Randi berbalik dan mulutnya komat kamit mengutuk tuan Hans dalam hati. Entah apa salah nya jika di dapur. Selama ini juga seperti itu. Tapi mengapa Tuannya itu tidak menyukai dia berada di dapur. Randi tidak habis pikir memikirkan sikap sang tuan yang tidak seperti biasanya.
"Ace, kamu dipanggil."
"Aku pak?"
"Iya siapa lagi. Apa ada yang bernama Ace selain kamu di rumah ini?" tanya Randi. Dengan polos, Ace menggelengkan kepalanya.
"Cepat Sana. Temui tuan Hans di ruang tamu."
Tanpa berpikir panjang, Ace mengambil langkah panjang untuk menemui Tuannya itu.
"Saya tuan," kata Ace setelah berdiri di hadapan tuan Hans. Hans memperhatikan tubuh Ace yang sudah berganti pakaian yang sopan. Ace tidak merasa takut lagi Karena dia mengingat jika Tuan Hans tidak menginginkan dirinya yang masih suci.
"Dari mana kamu."
"Dari dapur Tuan."
"Apa aku menggaji kamu hanya untuk bersantai saja. Sudah menipu aku beraninya kamu hanya duduk duduk saja. Kamu mau makan gaji buta hah?"
"Maaf tuan, aku tidak bermaksud seperti i..tu."
"Diam berisik. Ambilkan aku air es," perintah tuan Hans. Ace membungkukkan tubuhnya kemudian berbalik ke dapur.
"Tuan Hans butuh apa nak?" tanya bib Santi. Suara marah tuan Hans terdengar hingga ke dapur.
"Air es bu."
"Ambil di kulkas dan pakai gelas besar yang disana," kata Bibi Santi sambil menunjuk lemari yang terletak di sudut dapur. Ace melakukan seperti yang diajarkan oleh Bibi Santi untuk melayani tuan Hans.
"Ini air esnya tuan," kata Ace sambil mengulurkan tangannya meletakkan gelas berisi air es itu di meja di hadapan tuan Hans.
"Tetap disini. Lakukan pekerjaan kamu sebagai pelayan," kata Tuan Hans membuat Ace menghentikan langkahnya. Pekerjaan pelayan seperti apa lagi yang diinginkan oleh Tuan Hans. Air es sudah di hadapannya.
"Apa yang harus aku lakukan tuan?" tanya Ace bingung.
"Bukankah kamu bekerja di rumah ini sebagai pelayan dan Surat perjanjian sudah jelas tertulis apa yang menjadi pekerjaan kamu. Sekarang kemari," panggil tuan Hans sambil menepuk pahanya. Ace seketika gugup.
"Randi harus melihat kamu melayani aku supaya tidak berminat untuk membeli kamu," kata Tuan Hans dalam hati.
Aku masih setia menunggu 🤧🤧🤧
Update dong kak 🙏🙏🙏
lupain anak2nya hanya gara pelakor