Drabia tidak pernah di sentuh suaminya selama menikah. Karena sebelumnya Ansel mendengar gosib tentang dirinya yang pernah tidur dengan pria lain sebelum menikah.
Di saat Ansel akan menceraikannya, Drabia pun meminta satu hal pada Ansel sebagai syarat perceraian. Dan setelah itu jatuhlah talak Ansel.
Apakah yang di minta Drabia?, akan kah Ansel memenuhi permintaan Drabia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Kamu tau kenapa aku tidak menyukaimu?
Pak Ilham melangkahkan kakinya dengan cepat di lorong rumah sakit. Tadi dia segera keluar dari kantor setelah membaca pesan masuk ke handphonnya. Dari no yang tidak di kenal, tapi di pesan itu terdapat nama pengirimnya dari putrinya Drabia.
Ya! Drabia meminjam ponsel perawat yang berada di ruang UGD, untuk memberitahu keberadaanya kepada sang Ayah.
Pak Ilham tanpa sadar membuka kasar pintu ruang perawatan Drabia, sampai membuat Drabia dan Ansel sama sama terlonjak. karena sangking kawatirnya kepada putrinya, bercampur emosi dengan apa yang sudah dilakukan Ansel.
Plakk!
Satu tamparan keras langsung mendarat di wajah Ansel setelah Pak Ilham menarik kerah bajunya. Sampai Ansel terjaruh ke lantai, Ansel terdiam memegangi pipinya.
Ayah mana yang tidak emosi, mendengar kabar putrinya kecelakaan karena suaminya sendiri. Di tambah lagi putrinya itu mendapat tindakan kekerasan s*ksual dari suaminya.
"Jika bukan karena putriku, mungkin kamu sudah mati Ansel. Kamu sudah mati bersama Ayahmu saat kecelakaan itu. Jika saja Drabia tidak berani menolongmu keluar dari mobil itu sebelum meledak."
Ansel membeku, air matanya luruh tak terbendung. Ya! Ayah Ansel meninggal dalam kecelakaan. Ayahnya membawanya ikut di dalam mobil itu untuk menjemput Ibunya ke bandara yang baru pulang umroh.Sedangkan Drabia bersama Ayahnya di mobil yang berbeda. Tujuan mereka sama sama ke bandara untuk menjemput Hana, Ibunya Drabia.
Tidak di sangka, di tengah jalan mobil yang dikendarai Pak Hendry, Ayahnya Ansel mengalami kecelakaan. Mobil terserempet sebuah truk yang datang dari arah berlawanan. Sehingga mobil oleng dan membentur pembatas jalan.
Pak Ilham yang melihatnya langsung menghentikan kendaraannya dan langsung turun berlari ke arah mobil Pak Hendry. Tiba tiba mobil itu berasap, membuat Pak Ilham terpaksa berhenti berlari.Namun Drabia dengan beraninya mendekati mobil yang sudah berasap itu.
**
Kilas balik
"Ansel!" seru Drabia kecil berlari ke arah mobil Pak Hendry yang mengalami kecelakan.
"Drabia! jangan mendekat Nak!" seru Pak Ilham yang berhenti berlari melihat mobil Pak Hendry mulai berasap.
"Ayo kita tolong Ansel sama Om Hendry Yah!" Drabia berseru sambil berusaha membuka pintu di samping Ansel.
"Bahaya Nak!" Pak Ilham mendekat dengan ragu ragu. Melihat asap dari mobil itu semakin banyak. Namun putrinya berada di dekat mobil itu.
"Ayah! cepat Yah!. Ansel dan Om Hendry gak gerak Yah!. Tolongin Ansel Yah!" tangis gadis kecil itu, melihat Ansel dan Pak Hendry berdarah darah dan tidak bergerak lagi.
Gadis berusia sebelas Tahun itu pun berusaha menarik Ansel keluar dari dalam mobil. Melihat itu, Pak Ilham terpaksa mendekat dan membantu putrinya itu.
Setelah berhasil mengeluarkan Ansel dari dalam mobil, Pak Ilham mengangkat kedua anak itu membawanya berlari menjauh dari dalam mobil.
Duarrr!!!
Mobil itu meledak bersama Pak Hendry di dalamnya.
"Om Hendry!!!" tangis Drabia berteriak.
Pak Ilham yang masih menggendong kedua anak itu. Menjatuhkan tubuhnya yang melemah seketika, melihat sahabatnya terbakar di dalam mobil itu.
"Hendry!" tangisnya lirih.
"Ayah, Om Hendry Yah!" tangis Drabia kecil.
Para pengguna jalan lain yang berhenti melihat kejadian pun, membantu Pak Ilham, membawa mereka ke rumah sakit.
**
Ansel duduk termenung di kursi tunggu di depan ruang perawatan Drabia, setelah Pak Ilham menyeretnya keluar. Ansel tidak lupa dengan kecelakaan yang menimpanya dengan Ayahnya. Tapi dia tidak tau apa apa setelah kesadarannya menghilang saat itu. Dia tidak tau jika Drabia yang tidak di sukainya itu yang menolongnya.
Sampai sekarang Ansel tidak tau jika Drabialah yang menolongnya, tidak ada yang memberitahunya. Karna sejak dulu mereka tidak pernah akur, Ansel tidak suka melihat Drabia yang selalu pecicilan dan sok cantik.
"Apa yang terjadi, kenapa Drabia bisa kecelakaan?."
Ansel langsung mengarahkan pandangannya ke arah Ibu Nimas yang baru datang. Ansel diam tidak menjawab.
"Kenapa kamu di luar?" tanya Ibu Nimas lagi.
Tadi Ansel mengabarinya, kalau Drabia mengalami kecelakaan. Tapi tidak memberitahu penyebab terjadinya kecelakaan.
Ansel masih diam tidak menjawab, wajah basahnya memperlihatkan penyesalan. Apa yang harus dia jelaskan pada Ibunya, kalau sebenarnya dialah penyebab Drabia kecelakaan.
Ibu Nimas pun memilih untuk masuk ke ruang perawatan Drabia, untuk melihat kondisi menantunya itu. Saat membuka pintu, Pak Ilham dan Drabia langsung melihat ke arahnya.Ibu Nimas melangkahkan kakinya mendekati brankar Drabia.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Ibu Nimas menyentuh lengan Drabia.
"Baik Ma" jawab Drabia kembali meneteskan air matanya.
"Kenapa kamu bisa kecelakaan sayang?" tanya Ibu Nimas lagi. Membuat air mata Drabia semakin menganak sungai.
Drabia sedih dan kecewa pada wanita yang berdiri di sampingnya. Jika wanita itu benar menyayanginya, seharusnya wanita itu ada di pihaknya. Bukan malah mendukung Ansel untuk menikah lagi.
"Putriku bukan hanya mengalami kecelakaan. Dia juga mengalami kekerasan s*ksual dari Ansel." Pak Ilham yang menjawab yang dari tadi duduk di kursi yang berada di samping brankar.
Ibu Nimas terdiam.
'Kekerasan s*ksual?' batinnya.
Drabia semakin menangis pilu, mengingat kembali bagaimana cara Ansel menyatukan tubuh mereka secara mentah mentah, sakit.
"Aku pikir selama ini kita adalah kekuarga" ucap Pak Ilham bernada sedih dan kecewa." Hanya karena mendengar cerita buruk tentang putriku. Kalian ikut menghakiminya, tanpa mencari tau kebenarannya" ucap Pak Ilham lagi.
"Aku percaya pada kalian, tapi kalian tidak percaya padaku. Hanya karena aku tidak mengatakan keadaan putriku yang sebenarnya. Kalian berpikir aku membuang sampah pada kalian" lanjut Pak Ilham.
"Sekarang, apa menurutmu kita masih keluarga?."
Ibu Nimas diam tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Ilham.
Meski Pak Ilham bekerja di perusahaan milik mendiang suaminya. Namun Ibu Nimas sangat menyegani Pak Ilham. Jika bukan Pak Ilham yang tegas, mungkin perusahaan suaminya itu sudah hancur di rebut oleh para penanam saham. Tapi Pak Ilham berusaha keras mempertahankannya untuk anak sahabatnya yaitu Ansel. Sedangkan Ibu Nimas sendiri, dia tidak mengerti sama sekali mengurus perusahaan.
"Aku hanya sedikit minta tolong pada Ansel untuk menjaga putriku. Karna aku percaya dia akan menjaga putriku dengan baik, aku percaya dia akan membimbingnya. Tapi malah dia menyakiti putriku" ucap Pak Ilham menagis.
"Aku pikir kamu menyayangi Drabia sebagai putrimu."
"Pak Ilham, kamu salah paham padaku. Aku menyanyangi Drabia seperti putriku. Tapi aku tidak bisa mengabaikan kebahagiaan Ansel Anakku" balas Ibu Nimas.
"Karna itu kamu mendukung Ansel menyakiti Drabia?" tanya Pak Ilham.
Ibu Nimas terdiam.
**
Malam hari, Pak Ilham keluar dari ruang perawatan Drabia, untuk pergi keluar mencari makan. Di lihatnya di bangku tunggu di depan ruang perawatan, Ansel masih duduk termenung. Pak Ilham pikir tadi Ansel sudah pulang bersama Ibu Nimas. Ternyata pria itu masih ada di situ. Pak Ilham menghela napasnya, lantas lewat tanpa menegur Ansel.
Melihat Pak Ilham pergi, Ansel segera masuk ke ruang perawatan Drabia. Di lihatnya Drabia sedang tertidur. Wajar saja, malam sudah menunjukkan pukul sepulu.
Ansel yang sudah berdiri di samping Drabia, mengulurkan tangannya mengusap kepalanya yang di bungkus kain kasa.
'Benarkah kamu menyelamatkanku waktu itu?. Kenapa kamu tidak mengatakannya padaku?' batin Ansel memandangi wajah cantik istrinya itu.
'Kamu tau kenapa aku tidak menyukaimu?' tanya Ansel lagi dalam hati, mengambil tangan Drabia yang tertusuk jarum infus, lalu mengecupnya.
*Bersambung
#Jangan lupa like dan komen ya. Atau beri saran dan kritikan juga boleh.