Pernikahan yang diharapkan harmonis seperti yang diharapkan, tapi justru harus menjadi derita seorang istri yang tidak mendapatkan perhatian dari suaminya.
Pernikahan yang sudah dijalaninya tak membuahkan sang buah hati, lantaran sikap suaminya yang tak pernah menyentuh istrinya.
Sakit, kecewa, ingin marah, ingin memberontak, tak mampu untuk dilakukan Zeyana, lantaran pernikahannya yang diawali lewat perjodohan dari orang tuanya dengan kakek pihak laki-laki.
Rouki yang telah menjadi suaminya Zeyana, hanya menjadikan dirinya sebagai suami didalam status, tetapi tidak untuk kewajibannya.
Akankah keduanya mampu bertahan dalam pernikahannya? sedangkan rasa cinta pada Rouki tak ditunjukkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak dipungkiri
Rouki yang mendengar ada seseorang yang menekan bel pintu, ia langsung membukanya dengan sekali menekan tombolnya.
Pintu pun terbuka dengan sendirinya.
"Alya, mau ngapain kamu kemari?" tanya Rouki dengan ekspresi datar.
Bahkan, dirinya tak menyambutnya seperti biasanya saat bertemu.
"Aku sudah kangen sama kamu, sayang. Bosan dari kemarin di rumah sakit, dan kedatanganku kemari ingin bertemu denganmu, juga berlama-lama menemanimu." Sahut Alya sambil berjalan mendekati, dan seperti biasanya, Alya mencium pipi milik kekasihnya.
Setelah itu, Alya menc_ium bibir milik Rouki. Naas, justru Rouki memundurkan kursinya.
Alya sangat terkejut ketika kehadirannya diabaikan oleh kekasihnya.
"Sayang, kamu kenapa sih?" tanya Alya yang dibuatnya penasaran dengan sikap dari kekasihnya.
"Aku sedang sibuk dengan pekerjaan ku, lebih baik kamu jangan mengganggu aku dulu." Jawab Rouki sambil menatap Alya.
"Ya, aku tahu kalau kamu itu sedang sibuk. Tapi kan aneh gitu, kenapa kamu menghindari ciu_man dariku, sayang?"
"Aku tidak ingin terpancing, dan sekarang ini aku sedang sibuk. Jadi tolong dengan sangat, jangan ganggu aku dulu. Apalagi untuk memancing emosiku, aku bisa nekad." Jawab Rouki berusaha untuk mencari alasan.
"Ya udah, aku yang akan mengalah. Tapi tetap saja kalau aku gak mau pulang kalau tidak bersama kamu. Aku akan tetap menunggu kamu sampai pulang, titik."
"Alya, jangan seperti anak kecil. Sekarang juga lebih baik kamu pulang saja, aku sedang sibuk."
"Aku tetap akan menunggu kamu cuma beberapa menit saja, ci_um dulu." Kata Alya sambil menunjuk pada bi_bir miliknya.
Rouki menggelengkan kepalanya.
"Kamu itu kenapa sih, sayang? oh ... jangan-jangan kamu itu sudah berhub_ungan ba_dan dengan istrimu, makanya kamu menolakku."
"Tidak ada hubungannya dengan istriku. Aku sudah mengatakannya padamu kalau aku itu sedang sibuk, apa kamu tidak melihat tugasku yang menumpuk?"
"Ya deh, ya, aku percaya. Kalau gitu aku mau buatkan kamu minuman, biar kamu gak marah marah terus."
"Terserah kamu saja, asal tidak menggangguku." Sahut Rouki sambil berkutat didepan layar ponselnya.
Sedangkan Alya dengan semangat segera membuatkan minuman untuk kekasihnya, tentu saja sesuai rencananya. Namun, tiba-tiba ia berpikir sejenak untuk melakukan rencananya di siang bolong.
Karena tidak ingin menikmati malam yang syahdu layaknya pengantin baru, akhirnya niatnya diurungkan.
Dengan niatnya yang ia tunda dulu, Alya membuatkannya kopi pahit sesuai selera kekasihnya.
Saat minuman yang ia buat sudah siap, Alya segera memberikannya kepada kekasihnya.
"Sayang, ini kopi panas kesukaan kamu." Ucap Alya sambil meletakkan secangkir kopi pahit nan panas.
"Terima kasih, lebih baik kamu pulang saja, daripada kamu harus menungguku kelamaan."
"Aku tidak keberatan, sekalipun mau sampai malam juga gak masalah bagiku." Kata Alya tetap bersikap santai yang seperti biasanya.
Rouki hanya mengangguk sambil fokus dengan layar komputernya.
Cukup lama berasa di ruang kantor, akhirnya sudah sore juga keduanya belum keluar dari kantor, lantaran si Rouki harus menyelesaikan pekerjaannya.
"Wah, udah jam enam saja rupanya. Astaga, kenapa aku baru menyadarinya." Gumamnya yang tersadar dari lelahnya saat menyelesaikan pekerjaannya.
Ingat kalau kekasihnya berada di dalam kantornya, Rouki menoleh pada sofa. Dan dilihatnya sosok Alya yang tengah tertidur dengan pulas.
Karena tidak mungkin untuk meninggalkan dirinya di kantor sendirian, Rouki mencoba untuk membangunkannya.
"Alya, Alya, bangun." Panggil Rouki sambil menepuk pipi kanan miliknya Alya.
Seketika, Alya terbangun dari tidurnya.
"Sudah mau pulang ya, sayang? berarti aku ketiduran dong."
"Ya, kamu ketiduran, sekarang udah jam 6 malam. Ayo kita pulang, nanti kamu mendapatkan omel dari orang tua kamu." Jawab Rouki.
"Tapi aku lapar, bagaimana kalau kita makan dulu di restoran. Terus, pulangnya ke hotel, soalnya rumah aku sedang direnovasi, jugaan kedua orang tuaku sedang diluar negri. Jadi, aku tinggalnya di hotel untuk sementara waktu." Ucap Alya sambil merapikan pakaiannya.
"Ya udah kalau gitu, ayo kita pulang." Ajak Rouki yang langsung bergegas keluar dari ruang kerjanya dengan keadaan kantor yang sudah sepi dan seperti tidak berpenghuni.
Selama dalam perjalanan, keduanya hanya mengobrol biasa. Sampai-sampai tidak terasa sudah sampai di restoran. Kemudian, keduanya segera masuk ke dalam untuk makan malam bersama.
Sedangkan yang ada di rumah, lagi-lagi Zeya dibuatnya khawatir lantaran sang suami yang juga belum pulang. Sudah entah berapa kali menanyakan soal suaminya dengan kalimat yang sama, tetap saja tidak ada jawaban dari asisten rumah.
"Ternyata benar, Mas Rouki hanya modus saja, agar aku percaya dan tidak khawatir. Aku yakin kalau Mas Rouki bareng Alya, dengan siapa lagi kalau bukan dengannya." Ucapnya lirih sambil menghadap ke cermin.
Karena tidak ingin perutnya kosong, Zeya akhirnya makan malam sendirian tanpa seorang suami yang ada didekatnya.
Sambil menikmati makan malam sendirian, Zeya terus menerus melihat ke layar ponsel miliknya mengenai jam berapanya.
Berbeda dengan Tuan Kusuma, Beliau masih belum diizinkan pulang. Hanya Pak Gani dan Bi Neni yang menemani Tuan Kusuma bersama istrinya.
Sedangkan Rouki yang baru selesai menikmati makan malamnya bersama Alya, keduanya segera pulang.
Dalam perjalanan, keduanya kembali melanjutkan obrolannya yang sempat terpotong lantaran waktunya untuk segera pulang.
Jam sembilan malam, Rouki baru saja sampai di hotel, tempat dimana Alya menginap.
"Aku langsung pulang saja ya, sudah malam jugaan, ditambah badanku terasa risih."
"Ya, enggak apa-apa. Makasih ya sayang, untuk hari ini." Jawab Alya, dan menc_ium pipi kiri milik kekasihnya.
"Selamat malam, jangan bergadang." Ucap Rouki, Alya mengangguk dan tersenyum.
"Bye bye, sayang." Jawab Alya dan segera turun dari mobil.
"Aw!" pekik Alya saat membuka pintu mobil dan terjatuh.
Saat itu juga, Rouki langsung keluar dan melihat kekasihnya yang terjatuh. Kemudian, langsung membantunya untuk berdiri.
"Aw! sakit, sayang. Aw! sakit." Pekik Alya berulang-ulang sambil memegangi bagian lututnya.
"Mana yang sakit?"
"Yang ini, sayang." Jawab Alya sambil menunjukkan bagian pergelangan kakinya, juga bagian diatas lututnya.
"Aku gak bisa jalan, sayang. Tolong ya, gendong aku sampai dalam kamarku." Ucap Alya penuh harap.
Rouki yang tidak ingin Alya kenapa-napa, akhirnya langsung menggendongnya sampai dalam kamar hotelnya.
Sampainya di dalam kamar, pelan-pelan Rouki menurunkan Alya di atas tempat tidur.
"Sayang, urut dulu kaki aku ya." Pinta Alya sambil menyodorkan lotion kepada kekasihnya, Rouki menerimanya dan melepaskan jasnya. Kemudian membenarkan lengan bajunya sampai bagian sikunya.
Setelah itu, Rouki mulai mengurut pergelangan kaki miliknya Alya.
"Sayang, kamu minum dulu." Ucap Alya yang langsung meraih air minum di dekat tempat hidupnya.
Karena memang benar jika tenggorokannya terasa kering, akhirnya Rouki meminumnya hingga tandas, Alya pun tersenyum padanya.
"Sayang, aku buka baju aku ini gak apa-apa, 'kan? soalnya gerah. Tenang aja, ini hanya baju lapisannya saja." Ucap Alya sambil tersenyum penuh kemenangan saat menerima gelas kosong dari kekasihnya.
'Lihatlah Zeya, akulah yang akan mengambil barang berharga milik suami kamu. Dan kamu, tidak akan pernah memilikinya. Karena akulah yang akan membuat suami kamu tergila-gila denganmu.' Batin Alya sambil melihat kekasihnya.
"Terserah kamu saja," jawab Rouki yang mulai mengurut pergelangan kakinya.
Saat itu juga, perlahan si Alya membuka baju lapisannya.