Zahra, gadis biasa yang begitu bahagia dengan kehidupan remaja pada umumnya, tiba-tiba harus meminta seorang ustad yang usianya jauh di atas dirinya untuk menikah.
***
"Ustadz Zaki!" panggilnya dengan sedikit ngos-ngosan, terlihat sekali jika gadis itu baru saja berlari.
Dua pria berbeda generasi yang tengah berbicara itu terpaksa menoleh kepadanya.
"Zahra, bisa sedikit sopan kan, kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa!?" pria dengan baju putih dengan rambut yang juga sebagian memutih itu terlihat kesal, tapi si gadis tidak mengindahkannya. Tatapannya hanya tertuju pada sang ustadz.
"Ustad, menikahlah denganku!"
Pernyataan gadis itu tentu membuat sang ustadz tercengang, ia menatap pria di depannya bergantian dengan gadis yang baru datang dan tiba-tiba mengajaknya menikah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran ustad Zaki
Bu Narsih datang dengan membawa sebuah nampan yang berisi tiga gelas teh hangat,
"Ehhh ada ustad Zaki." sapanya sambil meletakkan nampan itu di atas meja.
Ustad Zaki tersenyum, "Assalamualaikum, Bu Narsih!"
"Waalaikum salam, ustad. Silahkan di minum ustad tehnya!"
"Terimakasih Bu."
Bu Narsih pun ikut bergabung, Imron sengaja berdiri dan berpindah tempat untuk memberi tempat pada ibunya di samping pak Warsi.
Setelah berbasa-basi, ustad Zaki terlihat mulai mengatur duduknya.
"Jadi sebenarnya kedatangan saya ke sini atas undangan putri pak Warsi dan Bu Narsih."
Ketiga orang yang sedang di ajaknya bicara itu saling menoleh satu sama lain, ada perasaan tidak beres yang tiba-tiba mendera,
"Maksudnya Zahra?" tanya pak Warsi, dia yang paling terlihat khawatir dengan apa yang mungkin dilakukan putrinya.
"Iya pak."
Melihat wajah serius dari ustad Zaki, membuat pak Warsi berpikir macam-macam, hingga ia tiba-tiba memegangi letak jantungnya, keringat dingin tiba-tiba mengucur.
"Bapak? Bapak kenapa pak?" tanya Bu Narsih yang melihat suaminya mencengkeram tangannya.
"Bapak!?" Imron segara berdiri begitu juga dengan ustad Zaki.
"Pak, jangan buat ibu takut pak." tangis Bu Narsih seketika pecah hingga pak Warsi tidak sadarkan diri.
"Biar Imron panggil dokter, Bu!"
"Iya cepetan!"
Keributan itu membuat Zahra segera meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai. Ia berjalan cepat menuju ke ruang tamu,
"Ya Allah, bapak. Bapak kenapa Bu?" Zahra langsung bersimpuh di depan bapaknya.
Tapi kemudian ia menoleh pada ustad Zaki yang ternyata berdiri di belakangnya, ia menatap ustad Zaki dengan begitu tajam,
"Ini pasti gara-gara ustad kan? Iya kan?" tanya Zahra dengan penuh kemarahan.
"Zahra, jangan sembarangan bicara!?" hardik Bu Narsih yang merasa putrinya telah begitu keterlaluan.
Imron kembali masuk, "Dokter sebentar lagi datang."
Kemudian Imron melihat ke arah ustad Zaki, "Ustad tolong bantu saya bawa bapak ke kamar ya!"
"Baik!"
Zahra terpaksa menyingkir begitu juga dengan Bu Narsih, mereka membiarkan ustad Zaki dan Imron membawa pak Warsi ke kamar.
Atas keributan itu ternyata juga di dengar oleh tetangga yang memang jarak rumah mereka berdekatan. Mereka pun berdatangan untuk melihat keadaan pak Warsi.
Ustad Zaki memilih berdiri di luar karena terlalu banyak orang di dalam kamar akan membuat udara di kamar menjadi pengap dan itu tidak akan baik bagi kesehatan.
Dokter juga sudah datang untuk memeriksa keadaan pak Warsi.
Ustad Zaki tampak begitu cemas, ia memikirkan apa yang baru saja terjadi.
Jadi ini alasan Zahra memaksaku untuk menikahinya ..., aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika aku menolaknya, apa yang akan terjadi dengan pak Warsi? Bukankah aku yang apa paling bersalah jika membuat pak Warsi sampai kenapa-kenapa.
Ustad Zaki benar-benar dalam dilema saat ini,
Apa kah ini memang takdir dari Allah, tapi kenapa harus Zahra? Kenapa bukan wanita Sholehah seperti Fatimah atau siapapun yang lain?
Tidak pernah terpikirkan dalam benaknya untuk menikahi Zahra, kedatangannya ke tempat itu untuk menyatakan ketidak sanggupannya.
Tapi melihat keadaan pak Warsi membuatnya dilema, antara iya dan tidak.
Hingga akhirnya dokter pergi, Imron keluar untuk memanggil ustad Zaki saat bapaknya sudah sadar,
"Ustad, bapak memanggil ustad Zaki."
"Oh iya!"
Ustad Zaki pun kembali masuk bersama Imron, beberapa tetangga yang masih berkerumun di depan kamar pak Warsi segera menyingkir begitu melihat ustad Zaki.
Zahra dam Bu Narsih memberi tempat untuk ustad Zaki, mereka berpindah ke sisi lain dan ustad Zaki pun duduk di kursi plastik yang ada di samping tempat tidur pak Warsi.
"Ustad!?" ucap pak Warsi dengan suara yang begitu lemah, benar-benar lemah hingga suaranya seperti di dalam.
"Iya pak!"
"Saya sungguh minta maaf, saya benar-benar telah menjadi bapak yang gagal untuk putri saya. Sungguh rasanya tidak pantas saya mengajukan permintaan saya kemarin, saya minta maaf!" tampak begitu dalam penyesalan di wajah pucat pak Warsi. Suaranya juga semakin melemah saja hingga nyaris tidak terdengar.
"Pak, sebenarnya kedatangan saya ke sini memang untuk menerima undangan dari putri pak Warsi, dan saya dengan ijin Allah_!" ustad Zaki menghentikan ucapannya, tampak ia memejamkan matanya sejenak untuk memulai bicara kembali.
Bismillahirrahmanirrahim...
Ucapnya dalam hati,
"Bersedia menikah dengan dek Zahra malam ini juga."
Seketika, seolah-olah bumi saat itu, semua orang terpaku begitu juga dengan Zahra.
Ia sudah berpikir jika ustad Zaki mungkin akan menolak di depan bapaknya, tapi nyatanya sebaliknya.
Seketika air mata pak Warsi mengucur deras, bibirnya terus berucap syukur.
Tetangga yang menyaksikan begitu terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh ustad Zaki.
Bersambung
Jangan lupa untuk memberikan Like dan komentar nya ya kasih vote juga yang banyak hadiahnya juga ya biar tambah semangat nulisnya
Follow akun Ig aku ya
IG @tri.ani5249
...Happy Reading 🥰🥰🥰...
mksh kk baik🥰