Liam Ang atau Liam Halley Anggara adalah seorang model majalah remaja yang menjadi idola para remaja perempuan.
Liam yang juga merupakan anak laki-laki satu-satunya di keluarga Halley adalah sosok yang supel, humoris, mudah bergaul, dan mudah akrab dengan siapa saja.
Yumi Arishta, seorang gadis gendut, pendek, dan pemalu yang kuliah dan merantau seorang diri di luar kota.
Pertemuan tak sengaja antara Yumi dan Liam di suatu malam, membuat keduanya terlibat dalam sebuah hubungan yang sulit dijelaskan.
Liam yang merasa berhutang budi pada Yumi, terus berusaha mendekati gadis pemalu tersebut. Meskipun beragam penolakan terus saja Yumi lontarkan karena Yumi merasa tidak sepadan dengan Liam yang tampan, kaya, terkenal, dan punya banyak teman.
Perbedaan antar Yumi dan Liam itu bagaikan bumi dan langit. Jadi bagaimana bisa seorang Yumi menjadi kekasih dari Liam Ang?
Bagaimana akhirnya hubungan Yuni dan Liam?
Apakah keduanya akan bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bundew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MOM-NYA LIAM
Liam merebahkan tubuhnya di atas kasur busa milik Yumi. Pria itu menatap langit-langit kamar yang hanya berwarna putih polos.
"Kenapa tidur di kamar lagi, sih?" Gerutu Yumi yang baru selesai mandi.
"Emang kenapa? Aku kan masih sakit," ucap Liam mencari alasan.
"Kamu tadi belum makan siang. Nasinya aku simpan di meja dapur. Kamu ambil sendiri dan cepat kamu makan, gih! Sebelum basi," tutur Yumi mengingatkan Liam.
"Suapi! Tangan aku kan sedang diperban." Liam menunjukkan tangannya yang masih terbalut perban karena luka sobek akibat jatuh di kamar mandi tadi.
"Makan sendiri sana! Aku mau kerja," tolak Yumi galak.
"Hari ini kamu libur kerja saja! Nanti aku telepon Om Theo agar memberikanmu izin," sahut Liam enteng.
"Ish! Nggak mau! Nanti gaji aku di potong, bagaimana mau makan sebulan ke depan?" Gerutu Yumi yang sudah mulai menyisir rambut keritingnya di kamar.
Yumi berusaha mengabaikan Liam yang terus saja menatap ke arahnya. Meskipun hal itu hanya sia-sia, karena Yumi jadi sedikit salah tingkah sekarang.
"Yum!" Panggil Liam yang kini sudah duduk di atas kasur dan menarik tangan Yumi.
Oh ya ampun!
Apalagi sekarang?
Yumi tak berhenti menggerutu dalam hati, saat dirinya jatuh terduduk ke pangkuan Liam.
"Jadi, kamu nge-fans sama aku, kan?" Tanya Liam yang menurut Yumi nggak penting banget buat di tanyain.
"Emang kalau nge-fans kenapa dan kalau nggak nge-fans kenapa?" Yumi balik melontarkan pertanyaan nggak penting pada Liam.
"Aku maunya kamu nge-fans sama aku," Liam meraup rambut Yumi dan mencium aromanya.
"Rambut kamu wanginya enak banget. Kamu pakai shampo apa?" Tanya Liam lagi yang malah membahas rambut dan shampo sekarang.
Hhhh!
Dasar tuan model aneh.
"Shampo sachet 500an beli di kios depan," jawab Yumi asal.
"Beliin juga buat aku kalau begitu! Biar rambutku wanginya sama kayak rambutmu," ucap Liam yang sontak membuat Yumi memutar bola matanya.
Setelah kemarin handuk dan selimut beli warna dan motif kembaran, sekarang shampo juga minta kembaran. Kenapa pria ini aneh sekali?
Masih bagus Yumi memakai celana untuk keseharian. Tidak bisa Yumi bayangkan kalau Yumi memakai dress untuk keseharian, lalu Liam minta dibelikan dress kembaran juga.
Hah?
"Udah lepasin rambutku! Aku mau berangkat kerja!" Tegas Yumi seraya menarik rambutnya yang masih digenggam oleh Liam. Gadis itu juga berusaha untuk bangkit dari pangkuan Liam.
"Libur aja sehari kenapa, Yum? Aku masih terluka begini, masa kau sampai hati meninggalkan aku sendirian dan tidak merawatku?" Cecar Liam memasang wajah pura-pura melas.
"Lah, aku bukan istrimu! Ngapain aku merawat kamu? Ayo aku antar ke rumah sakit, biar kamu dirawat sama para suster," tukas Yumi tak mau kalah.
"Aku maunya dirawat sama kamu!" Sahut Liam keras kepala.
Yumi baru saja akan menjawab, saat tiba-tiba terdengar ketukan dari pintu depan.
Baiklah, siapa lagi yang bertamu kali ini?
"Lepas! Aku mau buka pintu!" Sentak Yumi yang secepat kilat bangkit dari pangkuan Liam.
Yumi segera berjalan keluar kamar dan membuka pintu depan.
Seorang wanita paruh baya yang mengenakan baju terusan selutut dan dipadukan denagn sebuah blazer, berdiri di depan kamar kost Yumi.
Siapa ibu ini?
Terlihat modis sekali.
"Sore, Nyonya. Maaf mencari siapa, ya?" Sapa Yumi sesopan mungkin pada wanita paruh baya tersebut.
"Apa Liam-"
"Mom?" Seruan dari Liam yang kini berdiri di ambang pintu kamar Yumi, membuat Yumi dan Mom Belle menoleh bersamaan ke arah Liam yang masih bertelanjang dada.
"Liam! Sedang apa kau disini?" Mom Belle berjalan cepat menghampiri Liam yang hendak kabur dan masuk ke kamar lagi. Namun gerakan Mom Belle lebih cepat ketimbang Liam yang jalannya masih terseok-seok.
"Menginap di kost-an gadis dan bertelanjang dada begini!" Mom Belle menjewerr kuping Liam dengan geregetan.
"Mom! Ampuuun!" Liam meringis minta ampun.
Sedangkan Yumi yang melihat semua adegan tersebut hanya menahan tawanya dan enggan berkomentar apapun.
"Liam sedang sakit, Mom! Jangan galak-galak kenapa?" Rengek Liam menunjukkan tangannya yang masih terbalut perban.
"Sakit atau sakit? Kau bisa menghubungi Mom dan pergi ke rumah sakit kalau memang kau sakit! Bukan malah menginap di kost-an seorang gadis begini!" Cecar Mom Belle masih emosi.
"Yumi kan pacarnya Liam, Mom! Calon menantunya Mom!" Ucap Liam asal yang sontak membuat Yumi terkejut bukan kepalang.
"Hah? Kapan kita pacaran?" Sanggah Yumi cepat.
"Nggak usah malu-malu begitu, Yum!" Sahut Liam seraya nyengir tanpa dosa.
Mom Belle menatap pada Yumi yang kini tampak salah tingkah.
"Itu, eh anu. Itu Nyonya, saya bukan pacarnya Liam," ucap Yumi tergagap-gagap menjelaskan pada Mom Belle.
"Yumi yang sudah menyelamatkan nyawa Liam dari begal malam itu, Mom," ucap Liam akhirnya berkata jujur pada Mom Belle.
Mom Belle sudah melepaskan jewerannya pada Liam dan ganti menghampiri Yumi.
"Benar itu, Yumi?" Tanya Mom Belle lembut.
"Ha-hanya kebetulan, Nyonya," jawab Yumi seraya menundukkan kepalanya karena merasa malu sekaligus canggung.
Mom Belle segera memeluk Yumi dengan hangat.
"Terima kasih banyak, karena sudah menyelamatkan nyawa Liam," ucap Mom Belle tulus.
Yumi hanya mengangguk dan membalas pelukan Mom Belle dengan canggung.
"Coba panggilnya Mom bukan Nyonya," ucap Liam seraya nyengir pada Mom Belle.
"Pakai bajumu dan ayo kita pulang, Liam!" Ucap Mom Belle tegas.
"Mom!" Liam sepertinya masih keberatan.
"Mom akan menyeretmu jika kau keras kepala!" Ancam Mom Belle masih mempertahankan nada tegasnya.
"Baiklah!" Ucap Liam akhirnya merasa pasrah. Liam mengambil satu kausnya dari dalam ransel yang tergeletak di samping meja belajar Yumi. Liam memakainya dengan cepat sementara Yumi membantu Mom Belle membereskan barang-barang Liam dan memasukkan semuanya ke dalam ransel.
Mom Belle membawa ransel Liam dan sudah keluar dari kostan Yumi.
"Ayo, Liam!" Ajak Mom Belle sedikit memaksa.
"Mom duluan saja. Nanti Liam menyusul," ucap Liam yang sepertinya masih berat meninggalkan kost-an Yumi.
Aneh sekali!
Mom Belle menghentikan langkahnya dan menoleh sejenak pada sang putra.
"Lima menit!" Pinta Liam memohon.
"Baiklah! Mom tunggu di mobil!" Ucap Mom Belle akhirnya seraya geleng-geleng kepala.
Mom kandung Liam itu sudah melangkah keluar dari kost Yumi seraya membawa ransel besar milik Liam.
"Pergi sana! Aku mau berangkat kerja," usir Yumi yang kini sudah msuk ke kamar untuk mengambil tas selempangnya.
Liam menutup pintu depan dan menyusul Yumi masuk ke kamar.
"Mau apa ka-" Pertanyaan Yumi belum selesai saat Liam sudah membungkam bibir Yumi dengan bibirnya. Ciuman yang hangat dan begitu dalam.
"Balas aku," bisik Liam disela-sela ciumannya.
Yumi sedikit ragu dan tentu saja bingung harus bagaimana. Sekarang Yumi merasakan lidah Liam yang menggelitik bibirnya.
"Balas aku, Yumi," pinta Liam sekali lagi.
Walau masih ragu, Yumi merenggangkan sedikit bibirnya dan saat itulah langsung menyusup masuk membelai bibirvserta lidah Yumi dengan begitu lembut.
Oh, ya ampun!
Apa seperti ini rasanya berciuman?
Kenapa bibir Liam rasanya begitu lembut.
Dan ciumannya benar-benar membuat Yumi merasa melayang hingga mungkin Yumi tidak ingin berhenti.
Tapi Yumi harus berhenti saat ia merasakan paru-parunya yang kosong. Terengah-engah, Yumi melepaskan tautan bibirnya pada Liam. Gadis itu menatap Liam yang kini tersenyum tipis dengan sedikit linglung.
"Aku antar sekalian ke resto," tawar Liam yang tangannya masih berada di wajah Yumi.
"Ng-nggak usah! Aku naik motor saja," tolak Yumi sedikit tergagap.
Liam menghela nafas sejenak.
"Baiklah. Hati-hati dan jangan ngebut bawa motornya. Besok aku akan datang kesini lagi," janji Liam sebelum pria itu mengecup kening Yumi cukup lama.
"Liam," suara Yumi tercekat di tenggorokan.
"Yumi, nikah yuk!"
.
.
.
Hayuuk ah 😅😅😅
Terima kasih yang sudah mampir.
Dukung othor dengan like dan komen di bab ini.
meskipun orang yang berada,tapi tidak memandang rendah yang kurang mampu
apalagi seorang YUMI yang punya badan berisi.
pada umumnya pasti jadi bahan Bullying.
Tapi seorang Liam tidak seperti itu🖤
saking sukanya🖤🖤
tetaangganya gx pd julidddd
terimakasih author 👍👍👍😍😍😍😍