NovelToon NovelToon
Demi Apapun Aku Lakukan, Om

Demi Apapun Aku Lakukan, Om

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Duda
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Naim Nurbanah

Kakak dan adik yang sudah yatim piatu, terpaksa harus menjual dirinya demi bertahan hidup di kota besar. Mereka rela menjadi wanita simpanan dari pria kaya demi tuntutan gaya hidup di kota besar. Ikuti cerita lengkapnya dalam novel berjudul

Demi Apapun Aku Lakukan, Om

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Lina menekan tombol hijau di layar ponselnya, napasnya tersengal saat suara di ujung telepon menjawab. Tangannya sedikit gemetar, jari-jarinya mencengkeram erat gagang telepon seolah berharap bisa menguatkan dirinya sendiri.

"Aku belum berhasil menemukan flashdisk itu di ruang pribadi Marcos," suaranya melemah, disertai jeda panjang. Lina menghela napas, mencoba mengatur detak jantungnya yang tak beraturan.

Di dalam hati, gelisah merayapi pikirannya. Bagaimana kalau waktu habis sebelum aku menemukannya? Apa aku sudah terlalu terlambat? Bayangan wajah Tuan Tio yang muram membuat dadanya semakin sesak.

"Lina, apakah mungkin flashdisk itu berada di tempat lain? Atau, mungkin ada seseorang yang sudah mengambilnya tanpa sepengetahuanku?" gumamnya pelan, matanya menatap kosong ke dinding sambil mencari jawaban yang tak kunjung datang.

Lina menggigit bibirnya, jari-jarinya bergetar saat menekan tombol telepon. Suara pria itu menggema di telinganya, tajam dan penuh tekanan.

“Dasar tidak becus! Apakah kamu nggak bisa masuk ke ruangan pria Casanova itu dan cari di mana flashdisk itu disimpan, hah?” Kata-kata kasar itu menusuk hatinya. Lina menarik napas panjang, berusaha meredam gelombang emosi yang bergejolak di dada.

“Tuan... aku sulit masuk ke ruangan itu,” jawabnya dengan suara bergetar. Matanya menatap kosong ke luar jendela, bayangan Marcos dan Wanda mengabur dalam pikirannya.

“Marcos sekarang lebih dekat dengan Wanda. Dialah wanita kesayangan Marcos sekarang.” Rasa sesak menghimpit, tapi dia tak mau menyerah. Janji pada dirinya sendiri menguat di hati; dia harus menggali lebih dalam, berusaha lebih keras, sebelum semuanya terlambat.

Lina menekan bibir rapat-rapat, menahan gelombang perasaan yang terus mengganggu pikirannya. Dia tak menyangka, benih rasa itu tumbuh membesar dalam hati yang selama ini ia anggap biasa saja. Tatapan Marcos yang selalu kosong saat melihatnya membuat dada Lina sesak.

"Kenapa dia cuma peduli sama Wanda?" pikirnya, sementara bayangan kedekatan mereka dulu menyeruak tajam di kepala.

Sebagai orang yang paling dekat dan pernah tahu segala hal tentang Marcos, Lina merasa dirinya semakin terpinggirkan. Tiba-tiba, pelukan hangat yang selama ini membuatnya merasa aman berubah menjadi dorongan kasar. Marcos melepaskan genggamannya dengan nada tinggi,

“Jangan banyak alasan! Hanya mengurus satu tikus saja kamu tidak bisa,” suaranya penuh amarah, menusuk hati Lina lebih dalam dari luka yang pernah ia rasakan.

Ia terpaku, tangan mengepal tanpa sadar, air mata nyaris jatuh. Lina menghela napas panjang, mencoba meredam gejolak dalam hatinya. Dia tahu, dirinya bukan Wanda, dan mungkin takkan pernah bisa merebut perhatian Marcos. Tapi di balik luka itu, ia membisikkan pada dirinya sendiri, hidup ini tak melulu soal cinta atau persahabatan yang sempurna. Ada banyak hal lain yang harus ia perjuangkan.

Lina menarik napas panjang, matanya menatap kosong ke dinding yang retak di depannya. Ia tahu, bahagia itu bukan cuma soal berharap, tapi juga bertarung dengan luka yang terus menganga di dalam dada. Nama Marcos terus menghantui pikirannya, seperti bayangan gelap yang tak bisa ia usir.

“Tuan, aku nggak takut sama wanita murahan itu,” ucap Lina dengan suara pelan, tapi matanya bersinar tajam.

Namun dalam hati, ia ragu. Setiap gerak-gerik wanita itu selalu dipantau oleh Marcos. Kenapa aku nggak bisa langsung hancurkan dia kalau memang berani? pikirnya, dadanya sesak oleh ketakutan yang disembunyikan rapat-rapat.

“Aku akan berusaha, tuan,” Lina menatap pria misterius itu dengan tekad yang dipaksakan.

“Aku janji akan dapatkan flashdisk itu. Tuan harus percaya pada aku.”

Namun di balik kata-kata itu, hatinya bergetar. Pertarungan ini belum berakhir, dan Lina tahu dia harus terus maju, menembus dinding gelap yang menghalangi jalan hidupnya.

Lina mendesah keras saat panggilan dari pria misterius itu tiba-tiba terputus.

"Menyebalkan sekali!" gerutunya sambil menekuk dahi, jarinya tanpa sadar mengusap pelipis yang mulai terasa berdenyut.

Waktu tinggal dua bulan, suara itu bergaung di kepalanya seperti ancaman yang terus menekan. Lina menatap kosong ke depan, pikiran kalut mencoba merangkai teka-teki di balik flashdisk itu.

"Apa sih sebenarnya rahasianya sampai bikin semua ini jadi begini rumit?" gumamnya pelan, mata menyipit penuh tanda tanya.

Entah ada benang merah dengan masalah keluarganya, atau malah sesuatu yang jauh lebih besar. Yang jelas, ada sesuatu yang tersembunyi di balik dirinya sendiri, sesuatu yang harus ia temukan, meskipun beban itu membuat jantungnya berdebar. Jika berhasil, mungkin jawaban yang selama ini ia cari akan terbuka.

Lina menatap flashdisk itu dengan tatapan yang berisi campuran harap dan gelisah.

"Mungkin saja dengan membuka isinya, aku bisa temukan jalan keluar dari masalah yang terus menghantui," gumamnya pelan.

Waktu berjalan pelan, rasa penasaran di dada makin menggumpal jadi bola api yang sulit dipadamkan. Tapi di balik rasa ingin tahu itu, ada juga kekhawatiran yang diam-diam merayapi pikirannya, membuat jantungnya berdetak lebih cepat. Lina menarik napas panjang, menahan dadanya yang berdebar, lalu tubuhnya ambruk di atas kasur empuk. Matanya menatap langit-langit, seolah mencari keberanian dari sesuatu yang tak terlihat, sebelum akhirnya berbisik,

"Aku harus tahu. Tidak peduli apa pun risikonya."

*****

Di rumah kediaman tuan Marcos, Salsa terbangun di tengah malam, tenggorokannya terasa kering. Dengan langkah pelan, dia meraih pintu lemari es kecil di kamarnya, berharap segelas air bisa meredakan rasa haus itu. Beberapa malam terakhir, dia memilih tidur di kamar ayahnya yang besar dan sunyi, setelah menemukan ruang itu kosong tanpa kehadiran sang ayah. Salsa menarik selimut lebih erat, matanya menatap langit-langit kamar luas yang terasa dingin dan hampa.

"Sebenarnya ayah istirahat di mana, ya? Aku tahu ayah super sibuk, tapi setidaknya dia harus pulang..." gumamnya pelan, suara itu tenggelam di keheningan malam.

Sudah sejak lama ia terbiasa sendiri di rumah megah itu. Kadang, untuk mengusir sunyinya, Salsa mengajak sahabatnya, Salwa, menginap. Meski ada para pelayan dan penjaga keamanan di sana, rasa sepi tetap sulit dihalau saat ayahnya absen.

Salsa terlelap dalam tidurnya, tapi mimpi tentang ibunya datang menyeruak. Sosok ibu yang ia rindukan begitu dalam muncul di benaknya, seolah bisa diraih dan dipeluk erat.

"Ibu, aku kangen banget," gumamnya pelan, napasnya tercekat.

Tapi begitu sadar bahwa ibunya sudah tiada, wajahnya mendadak redup, hati itu kembali perih menusuk. Dalam mimpinya, ia merasakan sentuhan hangat dan lembut dari ibu, seperti dulu ibu mengusap rambutnya penuh kasih sayang. Suara ibu yang lembut, nasihat yang penuh perhatian, seakan hadir di dekatnya. Namun saat membuka mata, kesunyian yang keras kembali menyergap. Salsa menelan ludah, menggenggam erat selimut di badannya, berbisik lirih,

“Ya Allah, kuatkan aku… biar bisa terus jalani tanpa Ibu.” Tekadnya membara, meski perihnya nyaris pecah, ia ingin jadi wanita tangguh seperti yang ibu impikan.

Salsa terjaga di antara gelap kamar, suaranya parau memecah senyap, "Ibu! Ibu, aku kangen ibu! Temani aku, Bu! Aku butuh ibu."

Matanya yang sembab masih terbuka setengah, tapi dalam mimpinya yang kabur, wajah ibunya muncul seperti bayangan lembut yang menenangkan. Napasnya bergetar, seolah merasakan kehangatan yang sudah lama hilang.

"Aku nggak sendiri, kan Bu?" bisiknya dengan suara yang nyaris tak terdengar, sebelum tubuh kecilnya kembali tenggelam dalam keheningan malam.

1
Ika Syarif
Luar biasa
꧁≛⃝❤️𝐌αgιѕηα❀࿐
Momyyy ..
kau ini punya kekuatan super, yaaakk?!
keren, buku baru teroooss!!🤣💪
Xiao Li: beliau ini punya kuasa lima, sekali seeeetttt... langsung melesat. kagak kek kita yang lelet kek keong🤣
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!