NovelToon NovelToon
Langit Yang Kedua

Langit Yang Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa pedesaan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Janda / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Starry Light

Hagia terkejut bukan main karena dirinya tiba-tiba dilamar oleh seorang pria yang jauh lebih muda dari usianya. Sebagai seorang janda beranak satu yang baru di ceraikan oleh suaminya, Hagia tidak menyangka jika tetangganya sendiri, Biru, akan datang padanya dengan proposal pernikahan.

"Jika kamu menolakku hanya karena usiaku lebih muda darimu, aku tidak akan mundur." ucap Biru yakin. "Aku datang kesini karena aku ingin memperistri kamu, dan aku sadar dengan perbedaan usia kita." sambungnya.

Hagia menatap Biru dengan lembut, mencoba mempertimbangkan keputusan yang akan diambilnya. "Biru, pernikahan itu bukan tentang kamu dan aku." kata Hagia. "Tapi tentang keluarga juga, apa kamu yakin jika orang tuamu setuju jika kamu menikahi ku?" ucap Hagia lembut.

Di usianya yang sudah matang, seharusnya Hagia sudah hidup tenang menjadi seorang istri dan ibu. Namun statusnya sebagai seorang janda, membuatnya dihadapkan oleh lamaran pria muda yang dulu sering di asuhnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Starry Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Malik sedang sibuk menata ruang tamu bersama beberapa tetangga, Biru sama sekali tidak memberikan waktu untuk melakukan persiapan dengan matang. Alhasil, persiapan sederhana seperti inilah yang bisa ia lakukan.

Seluruh sofa ruang tamu diangkat ke teras, hingga ruang tamu itu terlihat lebih luas, lalu di ganti dengan karpet tebal yang akan menjadi alas tempat duduk Biru dan rombongannya. Tidak ada hiasan atau dekorasi untuk memeriahkan suasana, hanya ada beberapa bunga segar yang berada di setiap sudut ruangan.

Bukan Hagia tidak mencari orang yang menyediakan jasa dekor lamaran untuk menghias tempat acara. Namun, lagi-lagi Biru memang tidak memberikan waktu, dan penyedia jasa seperti itu tidak bisa bekerja secara mendadak, kecuali jika mereka sedang tidak ada jadwal mendekor.

"Harusnya kita bisa buat persiapan yang lebih baik lagi." ucap seorang pria sebaya dengan Malik, ia adalah adik kandungnya yang tinggal di desa sebelah, karena itu ia bisa hadir di acara lamaran Hagia yang serba mendadak ini.

"Mau bagaimana lagi? Besok Biru sudah harus kembali ke pesantren Darul Hikmah, dan lusa Mail ada undangan acara MTQ di kabupaten." kata Malik, menjelaskan. Sebab Biru tidak ingin menunda lamarannya, pemuda itu sama sekali tidak mempermasalahkan jika lamaran itu diadakan secara sederhana. Yang terpenting niat dan tujuannya tersampaikan dengan baik.

Mahfud, adik kandung Malik itu manggut-manggut. "Aku benar-benar gak nyangka kalau mas sama mas Mail akan besanan." katanya, Mahfud dan Malik hanya selisih dua tahun. Sedangkan Malik dan Ismail, usia mereka sama. Dulu saat masih sekolah, mereka juga satu sekolahan, karena itu Mahfud juga mengenal Mail.

Namun sekarang, nama Mail tidak seperti dulu. Karena ia terkenal dengan sebutan Kyai Ismail Bachtiar, pemilik pondok pesantren Al-Hidayah. Sebuah nama dan gelar yang disegani banyak orang.

"Aku juga masih gak percaya." sahut Malik, siapa yang tahu jika akhirnya ia akan berbesan dengan teman main dan teman sekolahnya. "Ayo siap-siap, Hagia sudah persiapkan baju untukmu dan Ningrum." kata Malik, mereka berdua menuju kamar masing-masing setelah selesai menyiapkan ruang tamu.

Meskipun acara lamaran nya mendadak, tapi Hagia bisa menyiapkan baju seragam untuk saudara dan tetangga. Itulah salah satu manfaatnya memiliki toko baju, ia juga tidak kesulitan memilih warna, model, dan ukuran.

.....

Di rumah kediaman keluarga Ismail, Biru beberapa kali bercermin, memastikan jika penampilan nya sempurna. Pria itu duduk sebentar lalu berdiri dan kembali bercermin, duduk lagi, terkadang dia juga berjalan mondar-mandir seperti orang bingung.

Bilal yang sejak tadi bersamanya menghela napas dalam-dalam dan menggelengkan kepalanya, melihat tingkah Biru membuatnya lelah. Biru, yang biasanya selalu percaya diri terlihat seperti orang gugup dan bingung.

"Mas gak mau ke kamar mandi dulu? Buang air kecil, mungkin." kata Bilal menyindir.

Biru melihat kearah Bilal yang duduk santai menyandarkan tubuhnya di headboard ranjang. "Benar, aku ke kamar mandi dulu." katanya.

Bilal benar-benar tercengang melihat Biru masuk kamar mandi, padahal ia hanya iseng mengatakan itu. "Apa aku nanti juga kayak mas Biru?" gumamnya, ia menggelengkan kepalanya dan berbalas pesan dengan kekasih hati.

Langkah cepat Biru untuk meminang Hagia, bagaikan oase tersendiri untuk Bilal. Karena setelah Biru menikah, otomatis ia juga akan segera menikah sesuai dengan persyaratan umi Salma.

Biru keluar dari kamar mandi dengan berlari kecil, membuat Bilal yang tadinya rebahan langsung berlari mengikutinya. "Umi, cincin dan perhiasan lainya jangan lupa." kata Biru.

Bilal yang dibelakangnya mengernyit heran. "Iya, umi belum pikun." kata Salma, ia sedang menyiapkan hantaran yang akan dibawa kerumah Malik.

"Gak usah gugup gitu, semua pasti berjalan lancar." kata Mail, ia tahu jika putranya sedang gugup.

"Biru gak gugup kok, Bi." jawabnya bohong.

Bilal yang memang ada dibelakang mencebik. "Mas Biru itu gak gugup, Bi. Cuma kayak baling-baling helikopter yang muter-muter gak berhenti." katanya, Bilal langsung duduk di sofa sebelah Abi nya.

Biru melotot tidak suka mendengar mulut ember Bilal. "Kamu jangan ngeledek, mas mu. Nanti kamu juga gugup." tegur Mail pada putra keduanya.

"Itu tidak mungkin, Bi. Abi kayak gak tahu Bilal aja." sangkalnya percaya diri.

.....

Ba'da isya, keluarga Biru dan rombongannya sampai di rumah Malik. Tidak terlalu banyak orang yang ikut, mengingat ini acara dadakan. Namun ruangan yang sudah dipersiapkan Malik terlihat penuh.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." ucap Ismail membuka acara.

"Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." sahut semua orang yang ada diruangan.

"Alhamdulillah, kita semua diberikan waktu dan kesehatan, sampai kita semua bisa berkumpul disini. Di rumah Bapak Malik Ansori, dengan niat dan tujuan yang insyaallah baik." Mail menjeda kalimatnya dan menghela napas dalam-dalam.

Pria paruh baya itu kembali membuka suaranya dan menatap sahabat masa kecil, tetangga, dan calon besannya. "Tanpa membuang banyak waktu, saya akan langsung mengatakan maksud dan tujuan saya berserta rombongan datang kemari. Yaitu untuk mengkhitbah putri bapak Malik, yang bernama Hagia Sophia Ameera Ansori untuk putra sulung saya, Banyu Sagara Albiru Bachtiar."

Semua orang dalam ruangan itu diam, mendengarkan dengan seksama setiap kata yang disampaikan oleh Kyai Ismail Bachtiar. Malik yang tadinya mendengar dengan khidmat sambil menunduk, kini ia mengangkat wajahnya dan menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab.

Di lihatnya Biru yang sedang komat-kamit tanpa suara, seperti sedang merapal kan doa-doa berhasil membuat Malik tersenyum tipis. "Sebelum, saya ucapkan selamat datang untuk bapak Kyai Ismail Bachtiar beserta rombongan. Maaf jika penyambutan saya dan keluarga sangat sederhana...." katanya sedikit segan, tapi mau bagaimana lagi.

"Saya juga merasa sangat terhormat, dengan niat baik bapak Kyai Ismail untuk mengkhitbah putri saya, Hagia untuk nak Biru." katanya. "Tidak ada alasan untuk saya menolak niat baik ini, akan tetapi semua keputusan saya serahkan pada putri saya. Jadi, mari kita dengan jawabannya. Semoga menjadi obat bagi hati yang resah." matanya melirik kearah Biru yang memang terlihat gelisah.

Kyai Ismail pun tertawa kecil, ekor matanya melihat sang putra yang tidak bisa duduk tenang di sampingnya. "Benar, saya setuju dengan pak Malik." timpalnya

Bude Ningrum mendampingi Hagia keluar dari kamar, bersama si kecil Hasya yang langsung duduk di pangkuan Mbah Kung nya. Bocah itu duduk diam seolah mengerti jika para orang dewasa sedang membicarakan sesuatu yang serius.

Biru menatap Hagia tidak berkedip, ibu satu anak itu terlihat cantik dan anggun dalam balutan gamis syar'i berwarna putih tulang. Namun Biru segera menundukkan pandangannya setelah mendapat cubitan kecil di pinggangnya dari umi Salma.

"Tundukkan pandangan mu." bisik umi Salma penuh penekanan, sampai Mail tersenyum tipis mendengarnya, karena Biru duduk diantara Abi dan Umi nya.

*

*

*

*

*

TBC

Haiiii.... Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar, like, subscribe, dan vote 🥰

Sehat selalu kalian semua, panjang umur, dan punya banyak uang 💰 💰 💰 💰

1
Vanni Sr
hrusnya yg tau biru nikah siri sm rubah betina , org tua ny dulu. biar mereka jd tameng untk bela hagia
Vanni Sr
tp jujur aja yg tidak d bnerakn sifat dn sikah si halya dn umi ny apa lg. dlingkungn pesantren gtu, pasti hlya.bkal ngelakuin hal nekat lgi dn umk ny mendukung. 1lg bu salma hrus tau gmn gila ny hilya
Vanni Sr
masa iya hagia d buat sakit 2x?? bkn kwjibn biru jg unk peduli sm hagia kalau tindkn ny buat wanita lain sakit hati.
Aryati Ningsih
semangat Thor ..lanjut terus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!