NovelToon NovelToon
Guruku Suami Rahasiaku

Guruku Suami Rahasiaku

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Yunita, siswi kelas dua SMA yang ceria, barbar, dan penuh tingkah, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis saat orang tuanya menjodohkannya dengan seorang pria pilihan keluarga yang ternyata adalah guru paling killer di sekolahnya sendiri: Pak Yudhistira, guru Matematika berusia 27 tahun yang terkenal dingin dan galak.

Awalnya Yunita menolak keras, tapi keadaan membuat mereka menikah diam-diam. Di sekolah, mereka harus berpura-pura tidak saling kenal, sementara di rumah... mereka tinggal serumah sebagai suami istri sah!

Kehidupan mereka dipenuhi kekonyolan, cemburu-cemburuan konyol, rahasia yang hampir terbongkar, hingga momen manis yang perlahan menumbuhkan cinta.
Apalagi ketika Reza, sahabat laki-laki Yunita yang hampir jadi pacarnya dulu, terus mendekati Yunita tanpa tahu bahwa gadis itu sudah menikah!

Dari pernikahan yang terpaksa, tumbuhlah cinta yang tak terduga lucu, manis, dan bikin baper.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 — Dunia yang Akhirnya Tahu

Pagi berikutnya, dunia sekolah tak lagi sama.

Begitu Yunita melangkah ke gerbang, semua kepala otomatis menoleh. Bisik-bisik terdengar di mana-mana.

“Itu dia! Yunita, kan?”

“Ih, masa beneran nikah sama Pak Yudhistira sih?”

“Gila… guru killer jadi suami muridnya!”

Langkah Yunita terasa kaku. Jantungnya berdebar keras seperti genderang perang. Tapi sebelum rasa gugupnya semakin menjadi, sebuah suara tenang menyusul dari belakang.

“Selamat pagi.” Suara itu… suara yang sudah membuat seisi sekolah diam bahkan sebelum pemiliknya muncul.

Yudhistira berjalan menyusul, rapi seperti biasa dengan jas guru hitam dan ekspresi datar yang entah kenapa sekarang malah terlihat… keren di mata Yunita.

Semua murid menyingkir memberi jalan. Ada yang berbisik pelan, ada yang pura-pura sibuk main HP, tapi semua mata diam-diam memperhatikan dua orang itu.

Yunita menggigit bibir, menunduk cepat. “Pak, kayaknya mereka ngelihatin kita terus.”

“Memang,” jawab Yudhistira tenang sambil berjalan di sampingnya. “Biarkan. Suatu hari mereka akan terbiasa.”

“Bapak kok santai banget sih? Aku aja pengen ngilang ditelan bumi.” ujar Yunita

“Kalau kamu ngilang, siapa yang mau aku antar ke kelas?” tanya Yudhistira

“Pak!” seru Yunita pelan, wajahnya memerah karena malu dan kesal bercampur jadi satu.

Beberapa siswa di belakang langsung bersorak kecil.

“Wah! Pak Yudhistira ngelindungin istrinya!”

“Romantis banget woy! Killer berubah jadi lover!”

Yunita hampir ingin menjerit. “Pak! Mereka makin heboh!”

“Terserah mereka. Kita cuma jalan, bukan bikin drama Korea,” ucapnya kalem. Tapi sudut bibirnya naik tipis dan Yunita tahu, suaminya sedang menahan tawa.

Di kelas, suasana tak kalah ramai.

Begitu Yunita masuk, tiga sahabatnya langsung menyerbu.

“Yun!!!” teriak Rara, Nadia, dan Salsa hampir bersamaan.

Mereka langsung menarik Yunita duduk di bangku belakang.

“Cepat cerita! Jadi kepala sekolah bener-bener tahu dari awal?!” tanya Rara

“Dan lo diem aja selama ini?!” tanya salsa

“Terus lo beneran tinggal serumah sama Pak Killer itu?! Tiap pagi sarapan bareng?! Gila Yun, gila!!” heboh Nadia

Yunita menutup wajahnya dengan buku. “Bisa gak kalian gak ngomong sekenceng itu?! Dinding sekolah ini tipis!”

Salsa menyengir. “Aduh, lo malu banget sih! Padahal kalo gue jadi lo, udah gue pajang tuh cincin di kelas.”

“Cincin?!” Yunita spontan menatap jari manisnya yang kosong.

Ia menunduk, tersenyum miris. “Kita belum sempat pakai cincin. Pernikahannya kan cuma akad kecil, gak kayak resepsi biasa…”

Rara langsung memeluknya dari samping. “Yun, yang penting kalian saling cinta. Gak peduli siapa duluan yang tahu. Sekarang lo harus kuat ya, gosip pasti makin gila nih.”

“Udah aku siapin mental baja,” gumam Yunita kecil. Tapi dalam hati, ia berdoa keras semoga benar-benar sekuat baja.

Sementara itu di ruang guru, suasananya tak kalah menarik.

Beberapa guru senior sedang duduk sambil menyeruput kopi.

“Jadi… rumor itu ternyata benar?” tanya Bu Rani pelan.

“Betul,” jawab Pak Bima. “Tapi katanya itu perjodohan keluarga. Jadi bukan karena mereka pacaran diam-diam.”

“Ya ampun,” Bu Rani menepuk dada. “Saya kira cuma gosip biasa. Tapi jujur aja, Pak Yudhistira itu kelihatan beda ya sekarang?”

“Beda gimana?” tanya yang lain

“Dulu galaknya ampun-ampunan. Sekarang… senyum dikit-dikit.” jawab Bu Rani

Pak Bima tertawa kecil. “Namanya juga udah punya istri muda. Hati siapa yang gak meleleh?”

Pintu ruang guru terbuka. Dan seketika semua percakapan berhenti.

Yudhistira masuk dengan langkah tenang, membawa setumpuk buku.

“Selamat pagi,” ucapnya pendek.

“P-pagi, Pak Yudhistira!” jawab semua guru hampir serempak, sebagian bahkan menunduk canggung.

Setelah pria itu duduk di kursinya, Bu Rani mendekat pelan.

“Ehm, Pak… selamat ya, atas pernikahannya.”

“Terima kasih, Bu Rani,” jawabnya sopan tanpa menoleh terlalu lama.

“Tapi, kalau boleh nanya… gimana rasanya punya istri murid sendiri?” tanya Bu Rani

Yudhistira menatapnya sebentar, lalu menjawab datar, “Capek.”

“Capek?” Bu Rani terkejut.

“Iya,” katanya sambil membuka buku. “Karena tiap malam saya harus jelaskan rumus matematika ke murid yang ngantuk tapi masih maksa mau belajar biar nilainya bagus.”

Tawa meledak di ruang guru.

Bahkan Pak Bima hampir tersedak kopinya.

Siang harinya, di kantin sekolah, Yunita baru saja duduk saat beberapa siswa dari kelas lain lewat sambil bersiul.

“Eh Bu Guru, makan siang yaaa~”

“Titip salam buat Pak Suami, Yun!”

“Ciee, rumah tangga killer dan murid lucu~”

Yunita ingin pura-pura tidak dengar, tapi wajahnya memerah parah. “Rara… tolong bungkus aku jadi roti aja biar gak kelihatan.”

Rara tertawa sampai menepuk meja. “Yun, lo tuh sekarang selebriti sekolah! Terima aja takdirmu!”

Namun di tengah candaan itu, Yunita mulai sadar sesuatu:

meskipun semua orang tahu, tidak ada yang memandangnya dengan kebencian.

Sebagian malah tampak kagum atau justru iri.

Dan entah kenapa, itu membuat hatinya tenang.

Sore hari, setelah jam sekolah selesai, Yudhistira menjemput Yunita di gerbang seperti biasa.

Tapi kali ini, yang menyambut bukan keheningan melainkan sorak sorai para siswa.

“Wah, suami istri pulang bareng!”

“Pak Yudhistira! Jaga istri Bapak baik-baik yaaa~”

“Bu Yunita, jangan marah kalau Bapak kasih PR yaa!”

Yunita hampir ingin sembunyi di balik tasnya.

“Pak! Mereka parah banget ngeledekinnya!” ujar Yunita

“Tandanya mereka udah nerima keadaan kita,” jawab Yudhistira kalem sambil membuka pintu mobil.

“Bapak gak malu?” tanya Yunita

“Kenapa harus malu?” Ia menatap Yunita dan tersenyum kecil. “Aku cuma jemput istriku. Itu bukan aib, kan?” ujar Yudhistira

Kalimat sederhana itu langsung membuat dada Yunita menghangat. Untuk pertama kalinya, ia tak lagi menunduk.

Ia melangkah masuk ke mobil dengan kepala tegak merasa aman, karena ada orang yang selalu berdiri di sisinya.

-----

Malamnya, di rumah.

Yunita sedang duduk di ruang tamu, memandangi buku tugas. “Pak, boleh nanya?” katanya sambil melirik ke arah suaminya yang sedang membaca koran.

“Boleh. Tapi jangan soal matematika.” jawab Yudhistira

“Enggak! Ini soal perasaan.” ujar Yunita

Yudhistira menurunkan koran perlahan. “Perasaan siapa?”

“Bapak.” jawab Yunita cepat

Yudhistira mengangkat alis. “Perasaan apa?”

“Bapak… pernah nyesel gak, dijodohin sama aku?” tanya Yunita

Suasana mendadak hening. Yudhistira menatap Yunita lama, lalu bangkit dan berjalan ke arahnya.

Ia berhenti di depan sofa, menatap lurus ke matanya. “Yunita,” katanya pelan. “Kamu tahu gak, sejak kapan aku berhenti mikir soal penyesalan?”

Yunita menggeleng.

“Sejak hari kamu jatuh dari sepeda depan sekolah waktu kelas satu, dan aku yang gendong kamu ke UKS.”

“Ha?!” Yunita menatapnya tak percaya. “Bapak inget itu?!”

“Waktu itu kamu marah-marah, bilang aku kasar karena nyuruh istirahat. Tapi aku lihat sendiri kamu nangis diem-diem di UKS karena takut Mama kamu dimarahin guru.”

Yunita membulatkan mata. “Bapak… dari dulu udah tahu aku segitu drama-nya ya?”

“Dan dari dulu juga aku tahu kamu punya hati yang hangat.” uja Yudhistira tersenyum kecil. “Jadi gak ada yang perlu disesali. Yang ada cuma rasa syukur karena takdir nyatain, ternyata yang dulu aku tolong… sekarang jadi seseorang yang setiap hari bisa aku jagain.”

Yunita tak sanggup menahan air mata.

Ia menutup wajahnya dengan tangan, tapi Yudhistira meraih jemarinya pelan, menurunkannya.

“Jangan nangis lagi, nanti matanya bengkak. Besok kamu ujian.”

“Tapi aku nangisnya bukan karena sedih, Pak…”

“Terus kenapa?”

Yunita tersenyum di sela air mata. “Karena aku sadar, aku beneran beruntung.”

Yudhistira mengusap kepalanya lembut. “Dan aku juga.”

-----

Beberapa hari kemudian, gosip di sekolah perlahan reda.

Sebagian siswa mulai terbiasa memanggil Yunita “Istri Pak Yudis”, tapi tanpa nada mengejek lagi.

Bahkan beberapa guru muda malah sering menggoda Yudhistira di ruang guru.

“Pak, kalau butuh saran rumah tangga muda, tanya saya aja ya!”

“Pak Yudis, katanya istri Bapak jago bikin mie rebus dua telur tuh~”

Yudhistira hanya tersenyum datar setiap kali digoda. Tapi begitu keluar ruangan, wajahnya sedikit berubah… jadi lebih lembut, seperti pria yang diam-diam sedang jatuh cinta tiap hari.

Suatu sore, saat Yunita pulang lebih dulu, ia menyiapkan kejutan kecil di rumah.

Ia menata meja makan sederhana dengan lilin dan dua piring spaghetti hasil resep dari YouTube.

Begitu Yudhistira pulang, ia langsung menatap heran.“Ada acara apa ini?”

“Acara ‘Istri Pengin Bikin Suaminya Kaget’,” jawab Yunita sambil berkacak pinggang bangga.

“Semoga bukan kaget karena keracunan,” goda Yudhistira.

“Pak! Aku serius tau masaknya!”

Mereka duduk.

Yudhistira mencicipi sepotong spaghetti, lalu diam.

“Gimana?” tanya Yunita cemas.

“Rasanya… unik.”

“Unik itu enak kan?”

“Unik itu… berani mencoba sesuatu yang belum tentu berhasil.”

“Bapak tega banget!” protes Yunita sambil tertawa dan memukul bahunya. “Padahal aku udah latihan dua jam.”

Yudhistira tertawa kecil. “Kalau niatnya buat aku, semua rasa pasti enak.”

Yunita menatapnya lama. Senyumnya perlahan berubah menjadi tulus bukan lagi senyum malu-malu, tapi senyum seseorang yang mulai benar-benar jatuh cinta.

“Pak…”

“Hm?”

“Kayaknya aku baru sadar.”

“Sadar apa?”

“Kalau aku gak cuma nyaman tinggal bareng Bapak. Aku juga mulai… suka banget sama Bapak.”

Yudhistira menatapnya pelan. “Yakin bukan cuma suka mie rebus bikinanku?”

“Pak!!!”

Tawa mereka pecah di ruang makan kecil itu.

Dan di antara aroma spaghetti yang setengah gosong, keduanya tahu satu hal pasti:

Rahasia mereka memang sudah terbuka.

Tapi cinta mereka — kini tumbuh tanpa batas, tanpa rasa takut lagi.

Di luar, hujan kembali turun pelan.

Dan di dalam rumah kecil itu, dua hati akhirnya berdamai sepenuhnya dengan takdir.

Bersambung

1
sahabat pena
Luar biasa
sahabat pena
makan cuka
sahabat pena
duh kasian.. tp gpp pacaran setelah menikah lbh menyenangkan loh.
Wulan Sari
lha sudah tamat Thor? bahagia seh tapi rasane kurang pingin nambah karena ceritanya gwmesin lucu,....
yo weslah gpp semangat Thor 💪 salam sukses dan sehat selalu ya cip 👍❤️🙂🙏
inda Permatasari: terima kasih kak atas dukungannya 🙏♥️
total 1 replies
bunda kk
bagus
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
wkwkwk lanjut gokil lihat pasutri itu 🤣🤣🤣
Wulan Sari
yaaaa pelakor muncul🤦🏼‍♀️thor jangan sampai iepuncut lho enggak banget kepincut pelakor namanya laki2 mokondo sudah punya istri kegoda yg lain amit2 😀😀😀maaf lanjuuut trimakasih Thor 👍
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
semoga langgeng ya sampai kakek nenek pak guru dan muridnya Aamiin 🤲😀
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
aku ikut bahagia 💃💃💃
Cindy
lanjut kak
Wulan Sari
cip lanjutkan Thor semangat 💪 Thor salam sukses selalu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!