NovelToon NovelToon
REINKARNASI SANG DEWA KEKAYAAN

REINKARNASI SANG DEWA KEKAYAAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menjadi Pengusaha / Anak Lelaki/Pria Miskin / Romansa / Mengubah Takdir
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Sinopsis

Arta, Dewa Kekayaan semesta, muak hanya dipuja karena harta dan kekuasaannya. Merasa dirinya hanya 'pelayan pembawa nampan emas', ia memutuskan menanggalkan keilahiannya dan menjatuhkan diri ke dunia fana.

Ia terperangkap dalam tubuh Bima, seorang pemuda miskin yang dibebani utang dan rasa lapar. Di tengah gubuk reot itu, Arta menemukan satu-satunya harta sejati yang tak terhitung: kasih sayang tulus adiknya, Dinda.

Kekuatan dewa Arta telah sirna. Bima kini hanya mengandalkan pikiran jeniusnya yang tajam dalam menganalisis nilai. Misinya adalah melindungi Dinda, melunasi utang, dan membuktikan bahwa kecerdasan adalah mata uang yang paling abadi.

Sanggupkah Dewa Kekayaan yang jatuh ini membangun kerajaan dari debu hanya dengan otaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPISODE 15

Bima mempersilakan Risa Sanjaya masuk ke dalam toko. Dinda segera berlari ke sudut, memperlihatkan tumpukan aset rongsokan yang belum disentuh oleh Rio. Risa Sanjaya menatap interior toko, mengamati bagaimana rongsokan yang dulunya hanya onggokan sampah kini tertata rapi di rak-rak, berdampingan dengan unit-unit premium berlabel "Yura" yang berkilauan.

"Ini luar biasa, Bima," kata Risa Sanjaya, suaranya kembali ke nada normal, tetapi masih dipenuhi kekagetan. "Aku melihat tempat ini di story Dinda. Aku tidak menyangka... ini adalah 'toko' yang kamu maksud."

Bima mengangguk. Dia kemudian berjalan menuju meja kerjanya, sebuah laptop terbuka menunjukkan lembar anggaran yang rumit. Dia tahu dia harus menjelaskan Yura, bukan hanya sebagai sebuah toko, tetapi sebagai sebuah sistem.

"Yura adalah platform restorasi aset," jelas Bima, suaranya tenang dan berwibawa. "Intinya adalah: Prinsip Nilai Tersembunyi. Semua yang kamu lihat di sini, dulunya dinilai terlalu rendah oleh pasar. Kami mengambil aset yang dianggap 'bekas' atau 'rongsokan', memberikan sentuhan restorasi minimal, dan mengubahnya menjadi produk premium. Kami menjual nilai, bukan bekasnya."

Risa Sanjaya menyimak setiap kata Bima, matanya yang indah terpaku pada sosok sepupunya. Dia melihat kilatan pemahaman yang mendalam di mata Bima, sebuah hal yang tidak pernah ia lihat saat Bima dulu bekerja serabutan.

"Aku mengerti konsepnya," jawab Risa Sanjaya, kepalanya sedikit dimiringkan. "Tapi bagaimana kamu melakukannya secepat ini? Dalam sebulan? Kamu melunasi semua utang dan memiliki toko ini... itu sungguh tidak masuk akal."

{Bagi manusia fana, ini mungkin keajaiban, tetapi bagiku (Arta), ini adalah percepatan modal yang sudah diperhitungkan. Kecepatan adalah likuiditas, dan likuiditas harus menjadi aset bergerak.}

"Itu adalah efek dari kecepatan rotasi modal, Risa. Setelah menghilangkan utang (Ancaman Eksternal), seluruh energi kami difokuskan untuk mengakuisisi aset ber-Nilai Tersembunyi. Akuisisi aset rongsokan memberikan margin keuntungan 100% hingga 400%. Uang yang kami hasilkan kemarin, kami putar kembali hari ini. Hasilnya adalah pertumbuhan eksponensial." Bima menjelaskan, menunjuk pada grafik di layarnya.

Dinda, yang sudah bosan melihat komputer, menarik-narik ujung blus Risa. "Kak Risa, Kak Bima akan traktir kita makan pizza! Ayo kita pergi!"

"Nanti, Sayang. Kakak Risa masih ingin mendengarkan Kakak Bima," Risa Sanjaya berbisik lembut, meskipun perhatiannya kembali sepenuhnya pada Bima.

"Aku bangga padamu, Bima. Sangat bangga," Risa Sanjaya berkata, suaranya tulus. Namun, di balik kebanggaannya, ada gejolak yang lebih dalam.

{Bima yang miskin dan putus asa membuat Risa merasa wajib melindunginya. Bima yang kaya dan berwibawa ini... membuat Risa ingin dambakan. Perbedaan ini membuat jarak di antara kami terasa semakin jauh baginya.}

Bima, yang sangat peka terhadap dinamika emosional, segera merasakan perubahan suasana hati Risa Sanjaya. Dia tahu betul bahwa keindahan Risa adalah Aset Non-Likuid yang harus dia jaga dengan baik.

"Terima kasih, Risa. Tapi perjalananku masih panjang," kata Bima, secara sadar memposisikan dirinya kembali sebagai CEO, bukan sebagai pria yang didambakan. "Fokusku sekarang adalah tahap Ekspansi Vertikal. Kami sudah melampaui kapasitas pasokan Tuan Banu dan Pak Tejo menjadi kompetitor yang agresif. Kami perlu dana segar."

Dia lalu membalik layar laptopnya. Proposal investasi dengan target modal Rp 250.000.000 terpampang jelas.

"Aku sedang menyusun proposal untuk mencari Investor Strategis, atau angel investor. Seseorang yang bisa memberikan modal besar dan membuka pintu ke jaringan pasokan skala korporat, sehingga kami bisa mengamankan pasokan secara terpusat," Bima menjelaskan. "Aku butuh validasi yang lebih besar dari sekadar angka di bank. Validasi sosial, validasi kepercayaan."

Saat Bima berbicara, matanya secara tidak sengaja tertuju pada artikel berita yang masih terpampang di layar ponsel Dinda: "Risa Astari, Model Baru Ikonik Jakarta." Sesaat, Monolog Ilahi Arta mengambil alih kesadaran Bima.

{Aset telah ditemukan. Risa bukan lagi sekadar Jaring Pengaman Emosional. Sebagai public figure yang baru, dia memiliki Nilai Jaringan dan Validasi Sosial yang tak ternilai. Dia berinteraksi di lingkaran sosial kelas atas, lingkaran yang tidak bisa aku sentuh sebagai 'CEO toko rongsokan'. Dia adalah jembatan yang sempurna.}

Bima menatap Risa Sanjaya dengan tatapan baru, bukan lagi sebagai sepupu atau aset emosional, melainkan sebagai Leverage yang bisa melipatgandakan peluangnya mendapatkan investor. Risa Sanjaya, yang merasakan intensitas tatapan Bima, salah mengartikannya sebagai ketertarikan. Pipi Risa kembali memerah.

"Aku tidak tahu bagaimana cara membantumu, Bima," ujar Risa Sanjaya dengan canggung. "Aku... aku hanyalah model. Aku hanya bertemu dengan orang-orang di dunia fashion."

Bima tersenyum tipis. Senyum itu mengandung ambisi tersembunyi.

"Justru itu, Risa. Dunia fashion dan lingkaran sosialmu. Itu jauh lebih berharga daripada yang kamu kira," ujar Bima. Dia kemudian menutup laptopnya. "Tapi itu masalah nanti. Sekarang, Dinda benar. Aku harus menraktir dua aset non-moneter paling berhargaku. Ayo kita makan malam. Aku akan menceritakan kisah lengkapnya di sana."

Risa Sanjaya mengangguk, masih mencoba mengatur detak jantungnya yang berantakan. Dia tidak tahu bahwa dalam pandangan Bima (Arta), perannya dalam "Rencana Bima" baru saja meningkat dari sekadar sepupu yang disayangi, menjadi Leverage Sosial Strategis untuk fase ekspansi modal. Bima telah menemukan Nilai Tersembunyi Risa yang sesungguhnya.

Rencana Bima adalah memanfaatkan makan malam bersama Risa untuk menyelipkan ide pengenalan ke jaringan relasi Risa. Namun, takdir memiliki perhitungan yang lain. Saat mereka bertiga bersiap keluar dari toko Yura, sebuah mobil MPV hitam mengilap berhenti mendadak di depan pintu.

Seorang pemuda berpakaian serba merek dan bergaya flamboyan keluar dari kursi pengemudi. Wajahnya yang arogan dan kemejanya yang penuh logo itu menunjukkan kekayaan yang bukan didapatkan dari keringat. Dia adalah Roni Sanjaya, sepupu Bima dan Risa dari garis keluarga besar Sanjaya yang makmur. Keluarga Sanjaya dikenal memiliki kekayaan terakumulasi dari perkebunan dan properti lama, jauh melampaui cabang keluarga Bima. Roni Sanjaya, yang dibesarkan dalam kemewahan warisan, selalu memandang rendah kesulitan Bima.

"Astaga, Risa! Kau benar-benar ada di sini?" seru Roni Sanjaya dengan suara yang dibuat-buat, memaksakan senyum sinis yang tidak mencapai matanya. "Aku lihat lokasimu di media sosial, dan aku pikir ini pasti salah alamat. Apa-apaan tempat kumuh ini?"

Roni Sanjaya mengamati toko Yura, membiarkan matanya berhenti pada rak rongsokan yang berjejer, lalu beralih ke Bima yang berdiri tegak di samping Risa Sanjaya. Ekspresinya segera berubah dari pura-pura terkejut menjadi penghinaan terang-terangan.

"Bima? Hei, Bima! Aku dengar dari bibi-bibi di grup keluarga, utangmu sudah lunas? Wah, hebat sekali, ya! Pasti dapat lotre, atau jangan-jangan kembali jadi tukang comblang rongsokan ini?" Roni Sanjaya tertawa keras, tawa yang menusuk harga diri Bima.

Risa Sanjaya segera bereaksi. Dia menarik napas tajam dan melangkah sedikit ke depan, melindungi Bima. "Roni, jaga bicaramu. Ini toko Bima, namanya Yura. Dia CEO-nya sekarang."

Roni Sanjaya mengangkat alisnya tinggi-tinggi, tatapan meremehkan semakin kentara. "CEO? Dari toko barang bekas? Wah, sebuah kemajuan yang patut dicatat, Bima. Setelah gagal jadi teknisi, akhirnya kamu sukses jadi penjual loak."

{Roni adalah Proksi Kebencian Sosial. Dia mewakili pandangan dunia fana yang hanya menilai Kekayaan Terlihat (Visible Wealth). Aku harus memposisikan diriku (Bima) di atasnya, bukan hanya dalam modal, tetapi dalam mentalitas.}

Bima maju selangkah, menepis lembut tangan Risa Sanjaya yang menahannya. Dia tahu, menghadapi Roni sekarang bukan tentang emosi, melainkan tentang menunjukkan Nilai Struktural Yura.

"Roni, senang bertemu denganmu," sapa Bima dengan nada datar dan profesional, sama sekali tidak terpengaruh oleh provokasi itu. "Toko ini bernama Yura Restorasi Aset. Akuisisi dan rotasi modal kami bulan ini mencapai Rp 68.000.000. Kami fokus pada margin keuntungan 400% dari Nilai Tersembunyi, sebuah model bisnis yang, jujur saja, akan terlalu rumit untuk dijelaskan kepada seseorang yang hanya mengandalkan warisan."

Roni Sanjaya terdiam, senyumnya langsung memudar. Angka dan istilah seperti "rotasi modal" dan "Nilai Tersembunyi" menghantamnya. Dia hanya bisa memahami mobil mewah dan saldo bank, bukan fondasi bisnis.

"Rp 68.000.000? Dari jualan rongsokan?" Roni Sanjaya mendengus, mencoba menyembunyikan keterkejutannya. "Angka itu mungkin untuk biaya ganti oli mobilku, Bima. Jangan membual."

"Terserah apa katamu, Roni," Bima menjawab santai, menunjuk ke Motor Matic butut yang terparkir di sudut. "Aku menghasilkan uang dari aset bergerak yang meningkatkan efisiensi waktu, sementara kamu hanya mengurangi nilai aset mewahmu setiap kali kamu mengendarainya keluar dari rumah."

Risa Sanjaya tersenyum bangga mendengar jawaban tajam Bima. Dia menyadari, Bima yang ini benar-benar tidak bisa diinjak-injak lagi. Dia memiliki otoritas yang lahir dari kesuksesan yang diukur, bukan dari nama keluarga.

Roni Sanjaya, merasa malu karena tak bisa membalas secara substansial, mengalihkan fokusnya pada Risa Sanjaya. "Risa, kamu model terkenal sekarang! Apa yang kamu lakukan di tempat ini? Ayo, ikut aku. Aku akan ajak kau ke butik desainer di Kemang, bukan makan malam rongsokan ini."

Dia mengulurkan tangannya, mencoba menarik Risa Sanjaya.

Risa Sanjaya menatap tangan Roni, lalu kembali ke Bima, tatapan matanya menunjukkan kesetiaan yang tak terduga.

"Terima kasih tawarannya, Roni," kata Risa Sanjaya dingin. "Tapi aku punya urusan dengan CEO Yura. Aku ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana dia mencapai target modalnya. Dan, omong-omong, Bima yang traktir aku makan malam. Ayo, Bima, Dinda. Aku sudah sangat lapar."

Risa Sanjaya mengakhiri konfrontasi itu dengan berdiri semakin dekat dengan Bima, memberikan dukungan visual yang jelas. Dia memilih untuk mengasosiasikan dirinya dengan Kekayaan Fungsional Yura, bukan dengan Kekayaan Palsu Roni.

{Aset Jaringan Sosial berhasil diamankan. Validasi Risa Sanjaya di depan Roni adalah bonus yang luar biasa. Roni, tanpa disadari, telah menjadi Aset Penekan yang mendorong Risa untuk membela dan semakin mendekat padaku.}

Bima mengangguk. Dia tersenyum pada Roni Sanjaya, senyum kemenangan yang tenang. "Sampai jumpa, Roni. Semoga harimu menyenangkan."

Roni Sanjaya hanya bisa berdiri di sana, menatap mobil MPV-nya, wajahnya merah padam. Dia tahu dia kalah dalam konfrontasi nilai, bukan konfrontasi uang.

Bima, Risa Sanjaya, dan Dinda kemudian berjalan pergi, meninggalkan Roni Sanjaya yang tertegun di ambang pintu Yura. Mereka berjalan menuju tempat makan malam, dengan Risa Sanjaya menggenggam tangan Dinda, dan sesekali melirik Bima dengan mata penuh kekaguman.

1
Dewiendahsetiowati
ceritanya bikin nagih baca terus
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Khusus Game: halo, ka. selamat membaca, sorry ya baru cek komen🙏😄
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!