Alleta, seorang gadis penurut yang kepolosannya dimanfaatkan oleh sang kakak dan ibu tirinya.
Di malam sunyi itu, sebuah pil tidur seketika mengubah kehidupannya 90 derajat.
Ia terpaksa harus dinikahi oleh seorang pria yang terjebak bersamanya, pria yang sama sekali tak pernah ada dalam tipe suami yang dia idamankan, karena tempramennya yang terkenal sangat buruk.
Namun, pria sekaligus suami yang selama ini selalu direndahkan oleh warga desa dan dicap sebagai warga termiskin di desa itu, ternyata adalah seseorang yang statusnya bahkan tak pantas untuk dibayangkan oleh mereka yang memiliki status sosial menengah ke bawah.
Alfarezi Rahartama, pria luar biasa yang hanya kekurangan izin untuk mengungkap identitas dirinya.
Bagaimanakah reaksi keluarga Alleta setelah tahu siapa sosok menantu yang mereka remehkan itu?
Dan lalu bagaimanakah reaksi Alleta sendiri apabila dia tahu bahwa pria yang menikahinya adalah tuan muda yang disegani?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marnii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3 Tahun Kemudian
"Tuan Muda, selamat datang kembali," ucap sang sopir sembari mengambil alih koper di tangan Alfarez.
Pria dengan mata elang itu memperhatikan sekitarnya, tidak banyak yang berubah selama kepergiannya tiga tahun lalu.
"Tuan Muda, Anda mau saya antar ke mana?" tanya sang sopir ketika Alfarez masuk ke mobil.
"Langsung ke perusahaan."
"Baik, Tuan Muda."
Mobil pun melaju kencang membelah jalanan kota yang lengang.
Tiba di perusahaan, Alfarez langsung menuju ke kantor Esson sesuai perintah sang ayah.
"Bagaimana? Apakah sudah siap?" tanya Adrian sembari menatap Alfarez yang kini duduk di hadapannya.
Alfarez diam sejenak dengan wajah datar, kepribadian pria itu terlihat semakin dingin seiring bertambahnya usia.
"Yang pasti aku tidak akan pulang jika tak memiliki kesiapan," jawabnya tenang.
Esson tersenyum puas dengan jawabannya, setelah menunggu sekian lama, akhirnya dia bisa pensiun dengan tenang.
"Papa sudah memilih beberapa kandidat yang bisa menjadi sekretarismu kelak, data mereka ada di sini, kau bebas memilih satu diantaranya."
Alfarez meraih dokumen tersebut dan membaca satu persatu identitas mereka yang akan bekerja dengannya kelak.
Dan perhatiannya tertuju pada satu orang yang menurutnya sangat cocok dijadikan partner kerja.
"Aku pilih dia." Alfarez meletakkan kembali dokumen tersebut di atas meja dengan sebuah foto dan identitas seorang pria yang ia pilih.
"Baik, Alexa akan mengatur jadwal pertemuan kalian sebelum resmi bekerja."
"Alexa, tolong kamu atur jadwalnya, ya," Pinta Esson pada Alexandra yang masih setia berdiri di sampingnya.
"Baik, Tuan."
"Tuan Muda sendiri, apakah ada permintaan mengenai lokasi pertemuannya?" tanya Alexa.
"Di bar," jawab Alfarez singkat tanpa basa-basi.
"Apa ada orang yang membahas pekerjaan di bar?" tanya Esson, ia takutnya Alfarez malah hanya ingin bermain-main di sana, alih-alih menyeleksi orang yang dia pilih tadi.
"Tenang saja, segala sesuatunya sudah kupertimbangkan dengan matang," jawab Alfarez sembari beranjak dari tempatnya dan keluar dari ruangan tersebut tanpa menoleh walau sekali pun.
"Tuan Muda tampak semakin tak tersentuh, Tuan. Kepribadiannya semakin dingin," ujar Alexa sambil menatap ke arah Alfarez pergi.
"Ini salah saya juga, padahal dulu dia anak yang sangat ceria dan banyak bicara," jawab Esson dengan senyum getir.
"Apakah sampai detik ini Tuan Muda masih tak mau memaafkan Anda?" tanyanya dengan wajah tak percaya. Sudah sangat lama, apakah Alfarez sungguh masih menyimpan kekecewaan itu pada ayahnya?
"Entahlah, tapi dibalik sikap dinginnya itu, saya percaya bahwa sebenarnya dia sudah memaafkan kesalahan saya. Jika tidak, dia mungkin masih akan menolak untuk mengambil alih perusahaan ini."
Alexa mengangguk paham dan tak berani menjawab ucapannya, apa lagi untuk bertanya lebih banyak.
Sementara di sisi lain, ruang petugas kebersihan tampak ricuh membicarakan soal pergantian pemimpin, kabar tersebut memang sangat cepat tersebar.
"Kudengar pemimpin baru perusahaan ini adalah putra dari pemimpin lama kita," ucap salah satu dari mereka.
"Tentu saja, lagi pula orang pintar mana yang mau mempercayakan perusahaan sebesar ini pada orang lain."
"Eh, kudengar putra pemimpin perusahaan ini usianya masih sangat muda, belum beristri, dan juga sangat tampan." Saat mengatakan itu, wajah mereka tampak memerah berseri-seri.
"Apakah di antara kalian ada yang pernah melihatnya? Kabarnya hari ini dia baru pulang setelah menyelesaikan studynya di luar negeri."
"Benarkah? Apa itu artinya dia akan segera datang ke perusahaan ini? Apa kita berkesempatan untuk bisa melihatnya?"
Seketika dia yang bicara barusan mendapat pukulan di bahunya. "Kau pikir kita ini siapa? Hanya petugas kebersihan yang bahkan tak layak untuk melihat wajahnya, tidak ada pembersihan oleh pemimpin baru di bagian kita ini, sudah sangat bagus," ucapnya, dan seketika suasana jadi tegang.
"Asal tidak ada yang bocorkan, maka pembersihan tak akan pernah dilakukan," jawab salah satunya.
"Aku takutnya orang-orang di bagian staf Ruang Kantor itu yang berani bocor, terutama si gadis bintang hitam itu? Kelompok mereka itu paling merasa sok suci semua."
Gadis bintang hitam yang mereka maksud adalah Alleta.
"Sekarang sebaiknya kita awasi saja mereka, atau kalau perlu beri sedikit ancaman biar jangan sampai berani macam-macam."
Semuanya tampak kompak mengangguk setuju.
****
5 Hari Lalu
Seorang wanita yang ditemani oleh dua pria kekar, mengetuk pintu rumah Adrian dengan kasar.
"Ada keperluan apa, Bu?" Adrian yang kebetulan ada di rumah, menatap heran dengan kedatangan Bu Liliana.
Adrian sangat mengenal siapa Bu Liliana itu, dia seorang rentenir besar yang ada di desa sebelah, dan Adrian sendiri tak pernah sama sekali berurusan dengannya, entah apa yang membuat Bu Liliana datang bertamu.
"Betul Bapak yang beratas nama Adrian?" tanya wanita bertubuh gempal itu.
"Ya, saya Adrian."
"Boleh saya masuk, Pak? Tidak enak kalau dibicarakan di luar."
Adrian sebenarnya ragu, tetapi melihat wajah sangar kedua pria yang dibawa Bu Liliana, dengan terpaksa ia pun setuju dan membiarkan wanita itu masuk, sementara kedua anak buahnya berjaga di luar.
Ketika duduk di ruang tamu, Liliana baru saja hendak membuka pembicaraan, tiba-tiba saja Davina dan Rahel pulang dari pasar subuh.
Baru tiba di depan teras, mereka saling bertatapan tanpa kata, dan lalu berjalan masuk ke rumah, baru sampai di depan pintu, Davina terdiam menatap kedatangan Bu Liliana.
Davina menelan ludah dengan berat, tamatlah riwayatnya jika Adrian tahu bahwa dirinya telah memiliki hutang yang begitu banyak pada Bu Liliana.
"Nah, kebetulan Bu Davina sudah datang, biar semuanya jelas dan Pak Adrian tak perlu bertanya tentang kebenaran yang akan saya sampaikan nanti," tutur Bu Liliana sambil tersenyum pada Bu Davina.
"Tunggu, ini maksudnya apa ya, Bu? Sebaiknya langsung ke intinya saja, apa yang sebenarnya ingin Ibu sampaikan?" Adrian tampak tak sabar, bagaimanapun, jika berurusan dengan Bu Liliana ini, pasti tidak jauh-jauh dengan uang dan hutang.
"Begini, Pak. Tiga tahun lalu, Bu Davina meminjam uang pada saya sebesar 300 Juta, dan terhitung sampai hari ini karena Bu Davina tidak membayar sepeser pun, bunganya sudah mencapai 200 Juta, jadi total hutangnya sekarang, sejumlah 500 Juta."
"Apa? Apa-apaan ini? Ibu jangan mengarang cerita di sini, ya." Adrian tampak kesal dengan ucapan Bu Liliana.
"Saya tidak pernah mengarang apa pun soal hutang, Pak, jika Bapak tidak percaya, bisa tanyakan langsung pada Bu Davina, dia tahu persis berapa banyak hutangnya, saya selalu memberi update terbaru tentang bunga hutangnya setiap satu bulan sekali."
Bu Liliana menatap Davina, pun juga dengan Adrian. Dengan tatapan tajam dari Adrian, Davina tampak salah tingkah dan tentunya juga sangat takut, wajahnya pucat tanpa berani mengatakan apa pun, apa lagi untuk mengakui bahwa dirinya memang pernah berhutang sebanyak itu, Adrian pasti akan marah besar jika mengetahui kebenaran tersebut.
"Apa yang harus kita lakukan, Mah?" Rahel berbisik pelan dari samping, yang membuat Davina semakin tak mampu untuk berpikir bagaimana caranya agar bisa keluar dari masalah yang dia buat sendiri.
Saya Author Marnii, suka Durian dan Mangga, serta suka menulis tentunya. Buat kalian yang sudah bersedia mampir dan memberikan dukungan, semoga sehat selalu, diperlancar rezekinya.
Kapan-kapan aku sapa lagi ya, udah terlalu panjang soalnya /Scowl/