Setelah ditolak oleh gadis pujaan kampus, Rizky Pratama tiba-tiba membangkitkan sebuah sistem ajaib: setiap kali ia mendapat satu pengikut di siaran langsung, ia langsung memperoleh sepuluh juta rupiah.
Awalnya, semua orang mengira Rizky hanya bercanda.
Namun seiring waktu, ia melesat di dunia live streaming—dan tanpa ada yang menyadari, ia sudah menjelma menjadi miliarder muda Indonesia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apa aja 39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 – Farel Marah
“Rizky, bisakah kita mulai lagi?”
“Dulu aku bodoh, tidak tahu apa itu cinta sejati.”
“Baru setelah kehilanganmu dua hari ini aku sadar… aku sebenarnya sangat mencintaimu.”
Pesan itu muncul di layar ponsel. Pengirimnya: Dinda.
Rizky membaca kalimat demi kalimat, tapi rasanya seperti menelan lalat. Jijik. Bukan perasaan manis yang biasanya muncul ketika seseorang menyatakan cinta.
Jari-jarinya sempat menari di layar, hampir saja ia mengetik balasan kasar hanya untuk melampiaskan kekesalan. Namun pada akhirnya ia hapus kembali.
“Orang seperti ini, cara terbaik menghadapi mereka adalah mengabaikan,” gumamnya. “Semakin ditanggapi, semakin sulit dilepaskan.”
Rizky menutup pesan itu dan membuka chat lain. Ada notifikasi dari Maya.
Kak Rizky, besok kakakku pulang. Datanglah ke rumahku ya, biar aku bisa membalas kebaikanmu kemarin.
Rizky menggaruk hidung, merasa geli sendiri. Saat aku menginginkanmu, kau menjauh. Tapi sekarang ketika aku sudah tenang, kau malah datang dengan sukarela.
Namun kali ini ia tidak terburu-buru. “Mari kita bicarakan minggu depan saja,” balasnya singkat.
Maya membaca balasan itu dengan gelisah. Rasanya tanggapan Rizky terlalu datar, seolah-olah ia sudah tidak punya perasaan lagi.
“Kak Rizky, jangan salah paham… aku sungguh tidak punya maksud lain,” tulis Maya lagi, mencoba memperbaiki keadaan.
“Oh.”
Satu kata pendek. Datar.
Rizky tersenyum tipis. Dulu, ia selalu berusaha menebak isi hati para gadis, mencoba menyesuaikan sikapnya agar mereka senang. Tapi sekarang, biarlah mereka yang menebak dirinya.
Maya menatap layar ponselnya bingung. Kata “Oh” itu membingungkan. Apakah Rizky sudah benar-benar menyerah padanya? Atau masih menyimpan perasaan?
Ia menepuk dahinya sendiri. Penyesalan menyesap dalam hatinya.
Belum sempat ia meredakan perasaan itu, sebuah notifikasi baru muncul. Dari seorang wanita bernama Sinta Dewi, yang di kalangan streamer lebih dikenal dengan panggilan Bunda Sinta.
Bos Rizky, belum tidur?
Sinta Dewi, 28 tahun. Wajah cantik dan tubuh aduhai memang masih jadi modalnya, tapi ia tahu waktu tidak berpihak padanya. Dunia live streaming penuh dengan pesaing muda, dan jika tidak segera mengamankan “pelindung” yang tepat, masa depannya akan suram.
“Belum,” jawab Rizky.
Sinta langsung melanjutkan: Bos Rizky, aku penasaran… tipe siaran apa yang biasanya kamu bawakan?
Rizky mengetik santai: “Aku tipe streamer konsumsi. Tugasku hanya menghabiskan uang.”
Sinta tertegun. Streamer konsumsi? Ada juga yang seperti itu?
Menghamburkan uang sambil live—itu gaya hidup yang diimpikan banyak orang.
“Kamu sendiri streamer apa?” tanya Rizky.
Streamer gaya hidup. Biasanya aku masak-masak di siaran. Nih, aku kirim beberapa fotonya.
Beberapa foto makanan rumahan muncul di layar.
Kalau Bos Rizky suka, aku bisa bikinin langsung untukmu.
Rizky mengecek profilnya sebentar. Lokasi IP menunjukkan ia masih di luar kota, cukup jauh dari tempat tinggalnya.
“Sayang sekali, kita terlalu jauh. Kamu nggak bisa bikinin walau mau,” balas Rizky santai.
Sinta tidak menyerah: Jangan begitu. Transportasi zaman sekarang kan gampang. Sehari juga bisa sampai.
“Kalau begitu, kita bicarakan lagi nanti kalau kamu sudah ke Jakarta. Sekarang aku tidur dulu. Kamu juga istirahatlah.”
Tanpa basa-basi lagi, Rizky menutup aplikasi.
Di seberang layar, Sinta menatap pesan terakhir itu dengan wajah muram. Apa aku tidak cukup menarik? Padahal dia sudah kasih aku satu juta kemarin…
Namun bagi Rizky, pikirannya sudah jauh dari itu.
Jumlah pengikutnya kini menembus 9.527 orang. Saldo rekeningnya bertambah 90 juta.
Dengan uang di tangan, ia tidak lagi punya banyak kekhawatiran.
Sambil rebahan, ia membuka panel sistem:
Nama: Rizky Pratama
Level Streamer: Junior (9527/10000)
Kekuatan: 9
Kecerdasan: 9
Daya Tahan: 10
Kelincahan: 10
Semangat: 8
Poin atribut tersisa: 20
“Orang normal nilainya rata-rata sepuluh. Dua puluh poin ini bisa membuat tubuhku melampaui batas manusia biasa.”
Tanpa pikir panjang, Rizky menambahkan semua poin itu ke Kelincahan.
Sekejap tubuhnya terasa ringan, seperti angin yang berhembus. Gerakan di sekitarnya tampak lebih lambat, dan tubuhnya lebih sigap dari sebelumnya.
“Orang kaya yang paling penting bukan cuma uang… tapi bagaimana tetap hidup.” Rizky tersenyum kecil.
---
Keesokan paginya, ia berangkat ke kampus. Tidak naik sepeda seperti biasa, tapi berjalan kaki. Aneh, langkahnya begitu cepat dan ringan, seolah angin yang mendorong.
Saat tiba di gerbang fakultas, ia mendapati Ayu Lestari, ketua regu kelasnya, berdiri gelisah.
“Rizky! Jangan masuk kelas dulu.”
Rizky terkejut. “Hah? Memangnya kenapa?”
Ayu menghela napas lega begitu melihatnya. “Barusan Farel datang ke kelas mencari kamu. Dia kelihatan marah sekali. Kalau dia nemuin kamu, bisa-bisa kamu dihajar.”
“Oh…” Rizky menyentuh dagunya, pura-pura bingung. “Farel marah sama aku? Aku kan nggak pernah nyuruh-nyuruh dia.”
“Sepertinya gara-gara Dinda.” Ayu melirik hati-hati. “Kamu sama Dinda ada hubungan, ya?”
Rizky langsung geleng cepat. “Mana mungkin! Aku sama Dinda nggak ada apa-apa.”
Mendengar itu, wajah Ayu sedikit lebih tenang.
“Tapi kayaknya dia salah paham. Aku jelasin saja langsung ke dia,” kata Rizky santai.
Ayu cemas. “Tapi Farel itu kuat, loh. Dia anak olahraga. Kalau dia main kasar, kamu bisa babak belur.”
Rizky hanya tersenyum kecil. “Tenang, aku tahu cara menghadapinya.”
Ia melangkah masuk ke kelas.
Di dalam, Farel sudah duduk di kursinya dengan rompi dan celana olahraga, wajah tegang, urat di pelipisnya menonjol. Begitu Rizky masuk, Farel langsung berdiri dan menunjuk hidungnya.
“Rizky! Apa yang kamu dan Dinda lakukan semalam?!”
Suasana kelas langsung gempar. Semua mahasiswa menoleh.
“Bukannya kemarin Dinda makan malam sama Farel, ya?” bisik salah satu.
“Tapi kok malamnya bisa ketemu Rizky juga?”
“Waduh, cinta segitiga, nih. Seru banget!”
Rizky hanya menatap tenang, bibirnya melengkung tipis.
---