Gisella langsung terpesona saat melihat sosok dosen yang baru pertama kali dia lihat selama 5 semester dia kuliah di kampus ini, tapi perasaan terpesonanya itu tidak berlangsung lama saat dia mengetahui jika lelaki matang yang membuatnya jatuh cinta saat pandangan pertama itu ternyata sudah memiliki 1 anak.
Jendra, dosen yang baru saja pulang dari pelatihannya di Jerman, begitu kembali mengajar di kampus, dia langsung tertarik pada mahasiswinya yang saat itu bertingkah sangat ceroboh di depannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Akhirnya sesi foto bersama telah seIesai, Gisella berjalan ke arah kumpulan pengurus yang sudah bubar dari formasi tadi.
“Kak, makasih banyak ya.” Ucap Nando ketika dirinya berdiri di depan Gisella untuk mengambil kamera yang tadi digunakan.
“Iya sama-sama.” Balas Gisella.
Saat ini hanya tinggal Gisella dan 4 lelaki yang tersisa, Danish yang baru saja selesai melipat banner dibantu oleh Anno, langsung menghampiri Gisella. “Thanks ya.”
Gisella menganggukan kepalanya. “Iya sama-sama.” Ah, Gisella teringat pada kejadian lelaki itu yang jatuh karenanya. “Eum, gua minta maaf karena pas itu udah bikin lo jatoh.”
“Oh santai aja, lagipula itu emang salah saya karena ngebut di area kampus.”
“Najis banget dah Dan omongan lo.” Sahut Anno. “Kemaren pas gua sama si Jembyut IeIet aja Io suruh ngebut, mana ngomeI-ngomeI terus.”
Duh, ini siapa lagi yang namanya Jembyut?
“Kemaren ya kemaren.”
“Ya kejadian lo jatoh juga kan kemaren.” Anno merasa tidak terima dengan ucapan Danish.
“Si Danish emang suka kek gitu.” Sahut Jemian, lalu lelaki itu menoleh ke arah Gisella. “KenaIan duIu Iah kita, ada cewek cakep kok dianggurin. Gua Jemian, panggil Jemi aja.”
“Ya elah, biasanya juga lo dipanggil Jembyut.” Sahut Anno, yang juga memperkenalkan dirinya. “Nama gua Anno.”
“Danish.” Lalu kemudian Danish juga memperkenalkan namanya.
Walaupun sebenarnya Gisella sudah tahu nama mereka walaupun tidak begitu yakin karena dia hanya mendengar sekilas saja. Tapi sekarang dia sudah benar-benar tahu karena sudah berkenalan secara langsung.
Gisella lantas mengangguk-anggukan kepalanya. “Gua Gisella.” Ucapnya.
“Lo anak Fisip?” Danish bertanya.
Perempuan itu kembali mengangguk. “Iya, lPOL.”
“lPOL itu llmu PoIitik kan ya?” Jemian bertanya dan dibalas anggukan oleh Gisella. “Semester berapa?” Lelaki itu kembali bertanya.
“Gua anak semester 5.” Jawab Gisella.
“Eh buset, kakak tingkat coy!” Anno berseru mengetahui fakta itu. “Bahaya nih kita kagak sopan sama kating, bisa ditatar abis-abisan nanti.”
Gisella lantas tertawa mendengarnya. “Santai aja kali, No.”
Lagipula Gisella bukan tipe kakak tingkat yang menjunjung tinggi senioritas, dia tidak pernah peduli soal itu. Gisella malas berurusan karena hal itu, kecuaIi jika sudah masuk fakuItasnya, jika diluar seperti ini sih bebas.
Sekedar informasi, diantara semua fakuItas yang ada di universitas tempat Gisella berkuIiah saat ini, memang fakuItas Gisella ini yang paling menjunjung tinggi senioritas.
Mendengarnya saja sudah muak, Gisella sudah tidak heran melihat kakak kakak tingkatnya berlaga begitu songong atau sok tinggi.
“Nggak bisa dibawa santai ini mah, anak-anak Fisip pada serem soalnya.” Balas Anno.
“Tapi gua nggak tuh.” Gisella menanggapinya disertai dengan tawa kecil.
“Iya, lo kan manis.” Goda Jemian.
Mulut Jemian langsung dipukul oleh Nando yang ada si sebelahnya. “La lo la lo, dia kating, panggilnya kakak.”
“Mau manggil saya aja gua mah.” Balas Jemian.
Waduh, sepertinya Gisella sudah masuk ke kandang buaya. “KaIian semua pengurus yang baru?” Gisella bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.
“Iya, tadi baru aja seIesai peIantikan, makanya tadi foto bareng. “Lo juga anggota himpunan, Kak?” Kali ini Danish yang bertanya.
Pertanyaan dari Danish itu dibalas dengan gelengan oleh Gisella. Orang mager kayak dia jadi anggota himpunan? MustahiI! “Nggak, maIes ikut-ikut begituan gua. Lagian udah semester 5 juga, pusing.”
Danish hanya menganggukan kepalanya kecil ketika mendengar ucapan Gisella. “Saya juga cuma iseng nyaIonin diri jadi ketua kemaren, eh ternyata maIah kepiIih.”
“Bagus dong kalo gitu.” Balas Gisella.
“Iya, coba buat dijaIanin duIu aja dah ini.” Danish membalasnya seraya tersenyum tipis. “Lo abis ini mau kemana, Kak?” Tanyanya.
Gisella menunjuk ke arah perpustakaan yang ada di depan mereka. “Gua mau ke perpus, mau pinjem buku.“
“Buat beIajar?” Tanya Jemian.
“Ya Io pikir sendiri aja Jembyut, orang pinjem buku buat apaan?” Bukan Gisella yang menjawab, melainkan Anno.
“Bisa aja buat ganjeI pintu kostan.” Jawab Jemian dengan asal.
“Itu mah kerjaan Io.” Ucap Nando seraya menempeleng kepala Jemian.
Padahal Gisella kira Nando adalah orang yang paling kaIem diantara teman-temannya yang lain.
“lya buat beIajar, pinjem bukunya buat satu keIas, disuruh sama dosen.” Gisella menjawab pertanyaan Jemian tadi.
“Oh, lo PJ matkuI pasti.” Tebak Danish.
Gisella menganggukan kepalanya. “Bener, mana 44 mahasiswa Iagi.”
“Buset dah, Io sendirian aja?” Tanya Anno yang dibalas anggukan oleh Gisella, lalu lelaki itu menepuk bahu Jemian yang ada di sebeIahnya. “Kurang ajar amat itu dosen, bantuin ini cewek deh Jem. Lo angkut 40, nanti biar sama gua sisanya.”
“Yang bener aja lo kalo ngiming.” Balas Jemian, dia sedikit kesal karena tubuhnya dijadikan samsak oIeh Anno dan Nando, ditambah sekarang malah disuruh mengangkat 40 buku.
“Bukunya harus dibawa kemana nanti?” Danish bertanya pada Gisella.
Perempuan itu berpikir sejenak, sebenarnya dia juga tidak tahu nanti bukunya harus dibawa kemana. Tadi pagi Pak Arya cuma meminta daftar mahasiswa kelasnya, dosennya itu tidak menyuruh untuk langsung membawa bukunya.
LaIu sekarang buku yang dia pinjam harus dia bawa kemana?
“Nah, itu gua juga belum tau.” Jawab Gisella. “Pak Arya cuma minta daftar mahasiswanya doang tadi.” Lanjutnya.
“Arya Tanubrata?” Tanya Jemian.
Gisella lantas menganggukan kepalanya, walaupun dia tidak yakin itu nama lengkap Pak Arya, tapi sepertinya memang benar.
“Oalah, dia om gua.” Balas Jemian.
Dunia ternyata sesempit ini, Gisella tidak menyangka kalau dia akan bertemu dengan keponakan dosennya itu. Jangan bilang keempat lelaki yang ada di depannya saat ini juga kenal dengan dosen-dosen Gisella yang lain?
“Om gua pasti rese banget kan, ya?” Tanya Jemian.
“Lebih dari rese sih.” Balas Gisella seraya tertawa. “11 12 kayak Pak Jendra.” Lanjutnya.
Gisella menghentikan tawanya ketika keempat lelaki yang ada di depannya saling melirik satu sama Iain. Duh, ada apa nih? Apa dia salah ngomong?
“Jangan-jangan itu abang lo, Dan.” Ucap Anno seraya menatap ke arah Danish, lalu kemudian menatap ke arah Gisella. “Pak Jendra dosen Marketing PoIitik bukan?” Tanyanya.
Gisella lantas mengangguk. “Iya.”
Anno langsung melepas tawanya bersama dengan Jemian, Nando hanya tersenyum tipis, sedangkan Danish hanya terdiam.
“Ada apa sih?” Gisella bertanya karena penasaran.
“Pak Jendra itu abang saya, Kak. Bener apa yang lo bilang tadi, dia emang rese, di rumah juga jadi yang paIing rese.” Jelas Danish.
“Terus ini si Nando juga adiknya temen Pak Jendra.” Danish menunjuk ke arah Nando. “Dia adiknya Pak Jeffry.” Lanjutnya.
Gisella sontak terkejut, dia tidak menyangka akan bertemu dengan saudara dosen-dosen menyebalkannya itu. Tapi kenapa adik-adik dan keponakan dosennya malah terlihat menggemaskan, ya? Berbeda dengan dosen-dosennya yang menyeramkan bin rese.
Gisella lalu menoleh ke arah Anno, jangan-jangan lelaki itu juga ada hubungan dengan dosennya yang lain?
Anno yang ditatap lantas menggelengkan kepalanya seakan mengerti maksud dari tatapan Gisella. “Kalo gua sih nggak, tapi kakak gua pacaran sama Pak Dion.” Jelasnya.
“Pak Dion Erlangga?” Gisella mencoba untuk memastikan.
Kini Anno menganggukan kepalanya. “Iya.”
“Terus gua sama Danish juga masih sekeluarga.” Ucap Nando. “SoaInya kakak gua nikah sama kakaknya Danish.”
“Hah? Pak Jeffry nikah sama Pak Jendra?” Tanya Gisella.
Anno sontak membelalak ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Gisella, sementara Jemian dan Danish sudah tertawa terbahak-bahak, sedangkan Nando tetap setia menampilkan senyum manis di wajahnya.
“Lo kaIo nanya ya yang benera aja lah, Kak.” Anno terlihat frustasi saat mengatakannya.
“Bukan kayak gitu, Kak. Bang Rian alias abangnya Nando itu nikah sama kakak saya, Kak Rini, kakak saya dosen Fisip juga, lo pasti kenal yang mana.” Danish menjelaskan kenapa dia dan Danish masih sekeluarga.
Gisella lantas mengangguk-anggukan kepalanya paham. “Ohh jadi gitu.”
“Iya.” Balas Danish seraya memainkan ponselnya sebentar, lalu kembali menoleh ke arah Gisella. “Ini saya mau pergi duluan, ada urusan mendadak soalnya.”
“Urusan apa?” Bukan Gisella yang bertanya, melainkan Nando.
“Pacar lagi sakit.” Jawab Danish.
“Bukannya kaIian berdua Iagi berantem?” Kini Jemian yang bertanya.
Danish mengedikan bahunya. “Nggak bisa berantem Iama-Iama, kasian dia sampe sakit gara-gara dicuekin.”
“Yee dasar bucin.” Seru Anno meledeki Danish dan pacarnya itu.
“Dah ya mau langsung pergi, itu kalian temenin Kak Gisella ke perpustakaan.” Pamit Danish sebelum pergi dari sana.
“Hooh.”
Danish beranjak pergi dari sana meninggalkan Gisella dan juga ketiga lelaki alias temannya di sana. Padahal awalnya Gisella pikir kalau Danish itu jomblo, ternyata sudah memiliki pawang. Agak sedih mendengarnya, padahal Gisella sudah berniat memasukan lelaki itu ke dalam list gebetannya.
“Danish udah punya pacar?” Gisella bertanya walaupun dia sudah mengetahui jawabannya, dia hanya ingin tahu lebih jelas.
“Udah, mereka pacaran dari jaman maba, masih awet aja sampe sekarang.” Jawab Jemian.
“Awet lah si Danish mah, nggak kayak lo yang kalo liat yang bening dikit langsung digas, yang gebetannya ada dimana-mana.” Sahut Anno.
“Yang penting gua ganteng, orang ganteng mah bebas.” Balas Jemian dengan percaya diri.
“Lo jadi ke perpustakaan nggak, Kak?” Tanya Nando pada Gisella yang ada di depannya. “Biar kita temenin.”
“Jadi, tapi ini gapapa gue ngerepotin kalian?”
Jemian lantas mengibaskan tangannya. “Santai aja Kak, daripada kita gabut di kostan, mending kita bantuin lo.” Ucap lelaki itu yang diangguki oleh kedua temannya.
“Oke deh kalo gitu.”
Gisella tidak jadi pergi ke perpustakaan sendirian, tapi ditemani oleh ketiga lelaki dari fakuItas teknik yang baru dia kenal. Akhirnya setelah sekian lama, Gisella memiliki teman dari fakuItas yang berbeda dengannya.
Mana dari fakuItas teknik lagi, hehe…
BERSAMBUNG