Langit di seluruh dunia kini hanyalah kanvas retakan. Malam tanpa bintang. Dua puluh tahun yang lalu, peradaban manusia berubah selamanya. Sebuah lubang dari retakan dimensi yang menganga seperti luka di angkasa, memuntahkan makhluk-makhluk dari mimpi buruk.
Mereka datang dari dunia lain, tanpa nama dan tanpa belas kasihan. Mereka menghancurkan gedung pencakar langit, meratakan jalan, dan menyebarkan kepanikan di mana-mana. Separuh populasi musnah, dan peradaban manusia berada di ambang kehancuran total.
Namun, di tengah-tengah keputusasaan itu, harapan muncul. Beberapa manusia, entah bagaimana, mulai bangkit dengan kekuatan luar biasa.Mereka menjadi Pemburu. Dengan kekuatan yang setara dewa, mereka berjuang, jatuh, dan bangkit kembali.
Namun, di balik layar, rumor mulai beredar. Retakan-retakan kecil yang seharusnya stabil mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Seolah-olah mereka adalah mata-mata dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang sedang menunggu di sisi lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Ledakan Bintang dan Energi Kosmik
Di dunia lain di balik retakan dimensi, Arka masih terlelap dalam semedinya. Tiba-tiba, ia dikejutkan oleh dentuman besar yang mengguncang tempatnya berpijak. Ia terbangun dari semedinya dan mendongak, matanya terbelalak melihat sebuah bintang meledak di langit. Ledakan itu membentuk gumpalan aura merah pekat yang perlahan membentuk seperti bunga mawar raksasa.
Setelah dentuman dan gemuruh mereda, Arka menoleh ke arah sebuah benda yang jatuh di hadapannya. Itu adalah bongkahan kaca seukuran bola dengan titik merah yang menyala di dalamnya. Arka mengambil benda itu dengan bingung. Ia mencoba mencerna kejadian aneh ini. Menurut pengetahuannya, seharusnya ia sudah musnah karena ledakan bintang yang begitu dekat, namun ia tidak merasakan apa-apa. Seolah-olah ada kekuatan tak terlihat yang melindunginya.
Saat Arka masih melamun, tiba-tiba ia merasakan merinding yang luar biasa. Perasaan takut yang mencekam menjalar di seluruh tubuhnya. Sebuah suara gemuruh besar terdengar dari atas, dari balik ribuan bintang. Arka mendongak, dan sekilas, ia melihat bayangan sosok raksasa melintas di antara bintang-bintang. Tubuhnya membeku, jantungnya berdetak kencang hingga ia bisa mendengarnya sendiri. Keringat dingin mengucur deras. Sosok itu menatapnya sesaat, lalu menghilang.
Arka terduduk lemas, benda di tangannya terjatuh. Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. Tiba-tiba, bongkahan kaca itu pecah, dan titik cahaya merah pekat di dalamnya tergeletak. Arka mengambilnya, dan dalam sekejap, titik merah itu melebur ke dalam tubuhnya. Arka merintih kesakitan, terasa seperti ribuan jarum menusuk jantungnya. Ia mencoba menahan, tapi energi itu terlalu kuat. Setelah merintih cukup lama, Arka tidak sadarkan diri.
Beberapa saat kemudian, tubuh Arka meledakkan aura energi yang besar. Energi di sekitarnya berputar, mengangkat tubuhnya yang terbaring. Arka tiba-tiba terbangun dan terjatuh. Ia memeriksa tubuhnya, tidak ada luka sedikit pun. Benda yang dipegangnya juga menghilang. Namun, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Tubuhnya terasa seringan kapas, dan kekuatan yang sangat besar mengalir di dalam dirinya.
Sementara itu, di Bumi, Gatot Pradipta tidak dapat menemukan Arka. Ia bahkan kembali mendatangi satu per satu organisasi pemburu terbesar, mencurigai Arka disembunyikan. Namun, kecurigaannya tidak berdasar.
°°°
Arka merasakan aura retakan dimensi yang semakin melemah. Tanpa sadar, ia bergerak dengan kecepatan luar biasa. Dalam sekejap, dari jarak yang tadinya sangat jauh, ia sudah tiba di depan retakan dimensi tempat ia masuk ke dunia itu. Namun, sudah terlambat. Retakan itu telah mengecil hingga hanya seukuran kepala, lalu menghilang sepenuhnya.
Kepanikan mulai melanda. Jika gerbang dimensi itu hilang, bagaimana ia bisa keluar dari alam ini dan kembali ke Bumi? Apakah ada gerbang dimensi lain? Dan berapa lama ia harus menunggu? Arka mencoba merasakan aura gerbang dimensi lain, tetapi ia tidak menemukan apa pun.
Setelah berpikir sejenak, ia menyadari bahwa alam ini begitu luas, mungkin ada gerbang dimensi lain di tempat yang sangat jauh sehingga ia tidak bisa merasakannya. Arka menyimpulkan bahwa satu-satunya jalan keluar adalah menjelajahi seluruh alam ini.
Arka mulai menyusuri alam dimensi yang menakjubkan. Pemandangan di sekelilingnya begitu langka: kristal-kristal kaca besar yang menjadi pijakan, pegunungan dan daratan yang melayang tumpah tindih di angkasa. Ia mencoba berlari, dan terkejut betapa cepatnya ia bergerak. Dalam sekejap mata, ia sudah berada di puncak gunung kristal yang menjulang tinggi.
Dari atas, ia melihat sebuah pemandangan yang lebih aneh lagi: sebuah pola garis kota berbentuk lingkaran sihir, tersusun rapi dari kristal kaca. Arka penasaran dan segera mendekat. Di tengah lingkaran itu, berdiri sebuah kubus kristal kaca besar berwarna ungu kebiruan. Kubus itu begitu bening dan halus, seolah telah dipoles dengan sempurna.
Arka bertanya-tanya, siapa yang membuat pola ini? Apakah ada makhluk lain yang juga terjebak di sini? Sejauh ini, ia belum menemukan siapa pun atau monster. Arka mendekat, matanya menatap tajam ke dalam kubus itu. Ia merasa ada sesuatu yang aneh, seolah ada sesuatu yang terkunci di dalamnya.
Ia menjulurkan tangannya, menyentuh permukaan kubus. Tiba-tiba, retakan muncul di permukaannya. Arka terkejut dan segera mundur beberapa langkah. Kubus besar itu retak dan ambruk, menyisakan sebuah sosok yang berdiri di tengahnya.
Arka mendekat, rasa ingin tahu mengalahkan rasa takutnya. Ia terkejut. Sosok itu berbentuk seperti manusia, tetapi terbuat dari kristal kaca berwarna ungu kebiruan. Sosok itu tidak memiliki wajah, hanya sebuah patung kaca yang dipoles rapi. Tepat ketika Arka mendekat, patung itu bergerak. Hal itu membuat Arka terkejut, ia tidak menyangka patung kristal yang tak bernyawa itu bisa hidup.
Patung kristal tiba-tiba bergerak cepat, menghantam Arka hingga terpental dan menabrak bebatuan kristal kaca sampai hancur. Arka bangkit dengan terkejut, melihat patung itu kini terbang di atasnya. Patung itu mengangkat kedua tangannya, lalu mengangkat sebuah gunung kristal dan bebatuan kristal kaca, mengarahkannya tepat ke Arka. Dengan sigap, Arka menghindarinya, lalu melancarkan pukulan keras ke arah gunung kristal kaca, menghancurkannya berkeping-keping.
Namun, serangan patung kristal tak berhenti. Ia terus mengendalikan kristal di sekelilingnya, bahkan mengangkat kristal kaca tempat Arka berpijak. Arka terus menghindar, bingung harus berbuat apa. Kekuatan patung yang mampu mengangkat gunung membuatnya sulit untuk diprediksi.
Arka mulai frustasi karena serangan yang datang bertubi-tubi. Ia akhirnya berlari maju ke arah patung, menghindari dan menghancurkan setiap batu kristal yang mengarah padanya. Ia melompat cepat, terbang menuju patung kristal. Mereka saling berhadapan, namun tiba-tiba Arka kembali terpental jauh akibat pukulan tak terduga. Bebatuan kristal kembali menghujani Arka. Arka memukul dan menghindari setiap serangan, lalu dengan cepat tiba di hadapan patung dan memberinya pukulan telak hingga patung itu terpental menabrak pegunungan kristal kaca. Arka sedikit terkejut dengan kekuatannya, namun tidak berlebihan, seolah ia sudah terbiasa.
Patung kristal bangkit kembali, menyerang Arka dengan serangan yang sama: mengangkat batu-batu kristal kaca. Arka bergerak secepat kilat, mendekat, dan melayangkan pukulan. Namun, pukulannya dihadang oleh aura tipis berbentuk kristal. Di saat yang sama, Arka dihantam batu kristal dari samping. Arka kembali melesat, melayangkan pukulan bertubi-tubi hingga melepaskan benturan energi, tapi perisai kristal tipis itu begitu kuat. Arka mengumpulkan seluruh kekuatannya dan memukul dengan kekuatan penuh, menciptakan retakan pada perisai dan mendorong patung kristal terpental sangat jauh menabrak bebatuan dan pegunungan kristal.
Patung kristal itu kembali bangkit dan terbang tinggi, memancarkan aura ungu terang dari tubuhnya. Dalam sekejap, seluruh area berubah menjadi kristal kaca. Arka pun ikut terperangkap dalam kristal kaca besar yang dibuat oleh patung itu. Ia tidak bisa bergerak. Ia berpikir bahwa patung itu bisa memanifestasikan kristal kaca itu sendiri. Arka mencoba melepaskan diri dengan kekuatannya, namun gagal. Dalam kebingungan, ia memejamkan mata dan merasakan titik air merah pekat di dalam tubuhnya, lalu meledakkan kristal kaca itu hingga meleleh.
Api merah pekat keluar dari tubuh Arka, begitu panas hingga melelehkan kristal yang sangat keras. Melihat Arka terlepas, patung kristal menyerang lagi dengan kristal kaca, tapi tidak berpengaruh; Arka dapat melelehkannya dengan apinya. Arka terbang secepat kilat ke arah patung, mengepalkan tinjunya yang dikelilingi api merah pekat, lalu memukul dengan keras. Patung kristal itu terpental, dan api yang dikeluarkan Arka meledak searah dengan pukulannya.
Arka mendekat, melihat patung kristal yang terbaring dan hampir meleleh. Ia mengamati patung itu dengan saksama sambil memikirkan kekuatannya yang begitu kuat. Ia menyadari api yang ia keluarkan terasa sangat berbeda, begitu panas dan kuat. Saat patung kristal yang hampir meleleh bangkit kembali dan tubuhnya pulih, Arka bersiap untuk bertarung lagi. Namun, patung itu justru bertekuk lutut di hadapannya. Arka bingung, tapi ia mengepalkan tangan, mengisyaratkan patung itu untuk berdiri.
jangan dikasih kendor thor😁🔥