Kisah dua wanita cantik yang terlahir dari ibu yang berbeda, terapi memiliki ayah yang sama. Morgan Tan memilki dua orang istri, anak dari pernikahan resmi bernama Pricilia Tan dan satu anaknya terlahir dari sebuah kesalahan bernama Claudia Tan.
Demi ingin mendapat pengakuan marga Tan dari sang Ayah, Claudia harus menggantikan posisi sang kakak sebagai istri dan menikah dengan Edward yang merupakan pewaris tunggal dari keluarga Chen.
Takut akan rumor dan kondisi buruk Edward, kelurga Tan sengaja menukar anak gadisnya Pricilia dengan anak haram Morgan Tan yaitu Claudia. Apalagi terdengar rumor pria tersebut memilki penyakit aneh dan istri-istrinya meninggal secara misterius.
Lalu, bagaimana kah nasib Claudia di tangan kelurga Chen?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu pria itu?
Esoknya..
Pagi hari udara sangat lembut menerpa wajahku yang masih mengantuk. Sejak tadi ibu sudah membuka jendela kamar dan membiarkan angin masuk. Beberapa kali ibu membangunkan ku untuk mandi, Sebab hari ini adalah hari pertunangan Pricilia dan Joseph yang di adakan di sebuah hotel.
Rasanya malas ingin ikut keacara pertunangan mereka, bukan iri atau merasa minder. Aku malas melihat tampang penghianat.
"Diah, cepat bangun. Ibu sudah menyiapkan gaun untuk mu." ibu duduk di tepi ranjang sambil mengusap lembut pucuk kepala ku. Aku sangat rindu belaian tangan lembut ibu.
Ku buka mataku perlahan dan menatap wajah cantik ibuku. "Jam berapa sekarang bu?"
"Jam enam, ayo bangun. jangan sampai telat. Jam delapan sudah harus ada di hotel. Apalagi ibu harus mengurus para pelayan di hotel dan menata hidangan yang akan di sajikan para tamu."
Aku langsung terbelalak dan terduduk "Bukankah sudah ada pelayan di hotel? Buat apa Ibu sibuk mengatur hidangan. Ibu itu posisinya sama kaya Tante Siska, seharusnya ada di sisi ayah. Bukan malah di jadikan babu!" kata ku kesal.
Ibu mengusap lembut bahu ku "Tidak apa-apa, ibu hanya membantu meringankan tugas kelurga Tan."
Inilah yang tidak suka dari ibuku. Ibu selalu menuruti kata-kata kelurga Tan dan merasa di butuhkan. Mereka semua selalu memandang rendah ibuku, andaikan saja aku tidak terikat pernikahan dengan keluarga Chen. Sudah pasti aku bawa pergi ibuku dari sini dan meninggalkan kota ini.
Tapi apalah dayaku? Nasi sudah menjadi bubur. Aku tidak ingin ibu sedih, aku beranjak dari ranjang dan mandi.
Lima belas menit kemudian aku sudah selesai mandi. Aku dan ibu mamakai gaun merah yang terbuat dari bahan satin. Ini adalah pakaian tradisional Tiongkok yang di sebut Cheongsam, gaun ketat dan berbelah di kiri dan kanannya.
Ibu menyanggul ketat rambut ku dan menaruh asoseris bunga Asoka di rambut ku. Kata ibu aku terlihat cantik dan memukau. Tidak ada hentinya ibu memuji anaknya sendiri.
"Ibu juga sangat cantik dan terlihat muda dengan gaun tradisional ini." puji ku yang memang ibuku sangat cantik hari ini.
"Claudia.." Ibu meraih kedua tangan ku, lalu mengusap pipiku yang merona "Andaikan saja kamu tidak menikah dengan tuan Chen. Sudah pasti hari ini Kamu yang bertunangan dengan Joseph Lee."
Ada penyesalan dari ucapan ibu. Sungguh ingin rasanya aku mengatakan yang sebenarnya. Kalau Joseph dan Pricilia yang sudah merencanakan pernikahan ku dengan tuan Chen. Dua orang manusia busuk itu telah berkhianat. Walaupun aku tidak menikah dengan tuan Chen, belum tentu juga Joseph bertunangan dengan ku. Semua itu sudah bagian rencana mereka dan aku adalah pion yang bisa mereka manfaatkan. Tapi kali ini tidak! Aku akan membalas perbuatan mereka semua! Janji ku pada diriku sendiri.
Ibu mengusap tangan ku. "jangan banyak berpikir. ibu yakin, Kamu juga akan bahagia bersama tuan Chen."
Aku tersenyum dan mengangguk.
"Ayo kita keluar, pasti mereka sudah menunggu." kata ibu sambil menggandeng tangan ku.
Kelurga Tan sudah menunggu di ruangan kelurga. Saat aku dan ibu datang, ayah menatap ibu tak berkedip. Mungkin ayah tidak pernah melihat ibu secantik ini dengan gaun yang lumayan mahal. Tante Sarah menatap ibuku dengan ekspresi benci, mungkin dia merasa kesaing.
Ayah berdiri dan ingin menghampiri kami, namun Tante Siska mencegahnya. Entah apa yang dia bisikan ke ayah, hingga ayah duduk kembali dan tidak berani membantah.
Pricilia dan Mona keluar dari kamar, berbalut pakaian tradisional. Pricilia bergaun warna marun yang terbuat dari bahan sutra, sangat cantik ia kenakan. Mereka di sambut oleh Tante Amanda, Nenek Tan, Om Arman, ayah dan Tante Siska.
"Cucu nenek yang paling cantik, kini kamu sudah dewasa dan sebentar lagi akan menikah dengan kelurga Lee." kata nenek bangga.
Nenek Tan selalu menyanjung kedua cucunya dan menjadi kebanggaan keluarga Tan. Sangat berbeda dengan diriku yang selalu di pandang rendah dan tidak pernah di anggap. Tetapi ibu selalu tersenyum di depan mereka, entahlah senyuman itu mengandung luka atau hanya sekedar menyenangkan hati mereka.
Suara deru mesin mobil berhenti di depan carport. Aku sangat tahu siapa yang datang, itu adalah suara mobil Joseph. Dari depan pintu ia masuk, Joseph mengenakan pakaian formal. Setelan kemeja merah berbalut jas hitam. Pria itu sangat tampan dan mempesona, selain dari kelurga berada, Joseph sebenarnya pria baik dan pekerja keras. Aku yakin, Pricilia selama ini menggoda Joseph di belakang ku, hingga pria ini berpaling dan menghianati cinta ku.
Tanpa ku sadari, Joseph menatap wajah ku dan curi-curi pandang dari Pricilia. Sepertinya Joseph terpesona melihat kecantikan ku. Dulu aku jarang sekali berdandan, hanya lipstik dan bedak padat yang ku gunakan. Tapi hari ini aku di rias oleh ibu ku sendiri, riasan yang berbeda dari biasanya. Ku paling kan wajahku ke samping, muak melihat pria busuk itu. Rasa sakit masih menjalar di tubuh ku bila teringat penghianatan nya.
Mobil sudah siap untuk pergi ke hotel. Pricilia masuk kedalam mobil Joseph. Ayah, Tante Sarah dan nenek Tan satu mobil, sementara Tante Amanda, Om Arman dan Mona mengunakan mobil sendiri. Aku dan ibu pakai mobil ayah yang lain. Iring-iringan mobil melaju mengikuti mobil Joseph yang paling depan.
Mobil mereka melaju sangat cepat, mobil kami tertinggal lumayan jauh. Kebetulan supir kami sudah paruh baya, jadi sangat hati-hati mengendarai nya.
"Jalan sini sangat macet, bagaimana kalau kita putar jalan pintas." kata pak supir, dan aku setuju daripada terlambat dan kelurga Tan akan marah-marah nanti.
Mobil memutar arah mencari jalan pintas, melewati jalanan yang agak sepi karena melewati jalanan aspal yang berbelok-belok. saat melintasi jalanan yang berliku aku melihat sebuah mobil tertabrak pohon besar, di bagian depan mobil keluar kepulan asap. Mobil ku berjalan melewati sedan putih itu, aku terkejut saat melihat sosok pria di dalam mobil dalam keadaan pingsan.
"Pak berhenti!" seru ku.
"Ada apa Non?"
"Saya mau menolong pria itu!"
Ibu menoleh "Diah! Waktu kita tak banyak, kalau terlambat sedikit saja. Ayah dan nenek mu akan murka!"
"Bu, pria itu butuh pertolongan. Kita tidak bisa mengabaikan nya."
"Pria itu pasti sedang mabok, makanya mobilnya tertabrak pohon besar. Sudah biarkan saja, itu kesalahan nya sendiri."
Entah kenapa ibu berpikir seperti itu, biasanya ibu sangat peka dan perasaan. Bahkan ia tidak berani menepuk seekor lalat pun. Tapi, mana bisa aku mengabaikan orang kecelakaan di tempat yang sepi, meskipun dia sedang mabok.
"Ibu tetap berangkat dengan pak Arif, nanti aku menyusul." kataku sambil membuka handle pintu mobil
"Diah! Jangan nekad!" larang ibu, tetapi perasaan ku mengatakan, harus menolong pria itu.
"Ibu please, jangan larang aku untuk menolong sesama. Bagaimana bila anak ibu di posisi pria itu?" kataku yang mulai membantahnya.
Ibu menghela nafas, dan akhirnya menyerah. "Baiklah, ibu berangkat duluan, setelah menolong pria itu secepatnya datang ke hotel."
"Iya bu!"
Mobil yang di tumpangi ibu melaju dengan cepat dan aku berjalan kearah mobil tersebut. Untungnya kaca mobil terbuka setengah, jadi tangan ku bisa membuka handle pintu dari dalam.
Kubuka pintu mobil dan duduk di bangku penumpang, lalu aku mengangkat kepala pria yang berada di atas stir. Dahinya berdarah, sepertinya hantaman di kepalanya sangat keras saat menabrak pohon.
Ku amati wajah pria tampan tersebut, seketika bola mata ku membulat sempurna. Aku bukan hanya terkejut tapi seluruh tubuh ku merinding.
"Kau?! Pekik ku. Bukankah pria ini yang menggauli ku di hotel?!
jangan bohong kamu Chen pdhl udh d sentuh berkali kali tuh istrinya nek yah engg pa pa kan udh halal itu lagian engg ada sesuatu yg terjadi kan Ama kamu tuan Chen berarti penyakitmu sudah sembuh ya kan
Mantap bunda
Hatur nuhun