Sebelas tahun lalu, seorang gadis kecil bernama Anya menyelamatkan remaja laki-laki dari kejaran penculik. Sebelum berpisah, remaja itu memberinya kalung berbentuk bintang dan janji akan bertemu lagi.
Kini, Anya tumbuh menjadi gadis cantik, ceria, dan blak-blakan yang mengelola toko roti warisan orang tuanya. Rotinya laris, pelanggannya setia, dan hidupnya sederhana tapi penuh tawa.
Sementara itu, Adrian Aurelius, CEO dingin dan misterius, telah menghabiskan bertahun-tahun mencari gadis penolongnya. Ketika akhirnya menemukan petunjuk, ia memilih menyamar menjadi pegawai toko roti itu untuk mengetahui ketulusan Anya.
Namun, bekerja di bawah gadis yang cerewet, penuh kejutan, dan selalu membuatnya kewalahan, membuat misi Adrian jadi penuh keseruan… dan perlahan, kenangan masa lalu mulai kembali.
Apakah Anya akan menyadari bahwa “pegawai barunya” adalah remaja yang pernah ia selamatkan?
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab Extra 1
Pagi itu terasa berbeda di rumah sederhana Anya. Matahari baru saja naik, cahayanya masuk dari jendela, dan suasana penuh dengan hiruk pikuk kecil. Dua anak kembar Anya—Arka dan Alea bersiap untuk pertama kalinya masuk sekolah dasar.
“Alea, ayo cepat pakai sepatunya, Nak,” ucap Anya sambil jongkok, berusaha membantu putrinya yang sibuk memilih pita rambut.
“Tapi, Mama… aku mau pakai pita yang warna ungu, bukan merah,” rengek Aira, matanya berbinar.
Sementara itu, Arka sudah duduk manis dengan seragam rapi. Namun wajahnya terlihat tegang. Adrian yang berdiri di sampingnya langsung menyadari.
“Kenapa, Nak? Takut?” tanya Adrian lembut.
Arka menunduk. “Aku takut nggak punya teman, papa…”
Adrian tersenyum, lalu berjongkok sejajar dengan putranya. Tangannya menepuk lembut bahu Adin. “Dulu papa juga pernah merasa begitu. Tapi tahu nggak? Kadang teman terbaik itu datang dari satu senyuman saja. Coba Arka nanti senyum, pasti ada yang balas senyum dan mulai ngobrol.”
Arka menatap ayahnya ragu, tapi akhirnya mengangguk kecil.
Tak lama kemudian, Alea berlari ke arah mereka dengan pita ungu sudah terikat di kepalanya. “Aku sudah siap, Mama, papa! Aku mau jadi pintar biar bisa bikin Mama bahagia.”
Anya hampir menitikkan air mata mendengar itu. Dengan cepat ia memeluk kedua buah hatinya erat-erat. “Kalian sudah bikin Mama bahagia, bahkan sebelum bisa baca tulis.”
Keramaian anak-anak dengan seragam baru, tas punggung berwarna-warni, dan suara orangtua yang sibuk mengantar membuat suasana begitu meriah.
Alea langsung menggenggam tangan Adrian sambil menatap halaman sekolah dengan semangat.
“Papa, lihat! Ada ayunan! Aku mau main nanti pas istirahat!”
Sementara Arka bersembunyi di belakang Anya, matanya menatap ragu pada kerumunan anak-anak lain.
Anya berjongkok, menatap putranya. “Sayang, Mama tahu kamu pemalu. Tapi hari ini, coba ya… kalau kamu lihat ada anak sendirian, dekati dan ajak ngobrol. Mama percaya kamu bisa.”
Arka menggigit bibirnya, lalu mengangguk.
Tak lama bel masuk berbunyi. Guru menyambut dengan senyum lebar, meminta anak-anak masuk ke kelas. Alea langsung berlari ke depan dengan riang, melambaikan tangan ke Anya dan Adrian. “Da-dah! Mama! papa!”
Sedangkan Arka melangkah pelan. Ia menoleh sebentar, wajahnya khawatir. Adrian mengacungkan jempol sambil tersenyum bangga.
“Kamu hebat, Nak. papa tunggu ceritamu nanti.”
Akhirnya Arka ikut masuk, meski masih menunduk.
Anya berdiri di depan gerbang cukup lama, matanya masih berkaca-kaca. “Mereka cepat sekali besar, mas… Rasanya baru kemarin aku menggendong mereka.”
Adrian meraih tangannya, menggenggam hangat. “Itu tandanya kita berhasil, sayang. Terutama kamu. Mereka tumbuh dengan cinta. Dan mulai hari ini, biarkan mereka belajar menapaki jalannya sendiri.”
Anya tersenyum, lalu bersandar di bahu suaminya. “Aku bangga sekali, mas. Terutama… karena kita melaluinya bersama.”
Adrian mengecup kening istrinya lembut. “Dan aku berjanji, sampai kapan pun, kita akan terus melihat mereka tumbuh… bersama.”
" Terima kasih mas sudah mencariku dulu, jika tidak aku tidak tau bagaimana kisah hidupku tanpa kamu" ujar Anya penuh haru
"Mas yang harusnya berterima kasih kepada kamu karena kamu mau menerima mas" jawab Adrian
Hari pertama sekolah bukan hanya awal untuk Aira dan Adin, tapi juga awal babak baru bagi Anya dan Adrian belajar melepaskan perlahan, sambil tetap menjaga dengan sepenuh cinta.
Bersambung
apalagi dukungan keluarga sangat penting untuk menyelesaikan setiap masalah
di sini aku mendapatkan banyak pelajaran terutama bahwa keluarga merupakan dukungan pertama dan nomor satu untuk melewati setiap rintangan dunia luar..
Terima kasih banyak kak inda