Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 15.Kekacauan.
Malam itu keluarga Wu benar-benar dilanda kekacauan. Dalam hitungan jam, tiga tempat penting milik keluarga itu dilalap api,mulai dari gudang penyimpanan, paviliun belakang tempat Zi ning dan Yue tinggal, hingga aula leluhur yang selama ini dianggap sakral dan tak tersentuh. Kepanikan melanda seluruh penjuru kediaman, teriakan, asap, dan kobaran api bercampur menjadi satu dalam malam yang kelam.
Tak seorang pun menyadari bahwa di balik semua itu, menantu keluarga Wu, Zi ning, dan pelayan setianya, Yue, telah lebih dulu menghilang dalam kegelapan malam. Diam-diam mereka kabur sebelum api melalap segalanya, membawa serta harta seserahan dan sebuah dendam yang telah lama dipendam. Semua perhatian tertuju pada kebakaran, membuat kepergian mereka tak terdeteksi.
Saat fajar mulai menyingsing dan api mulai padam, barulah keluarga Wu sadar kalau bukan hanya bangunan yang hangus, tapi keberadaan dua orang wanita yang terisolasi telah menghilang ikut terbakar bersama malam itu.
Nyonya besar Wu dan seluruh keluarga Wu hanya bisa meratapi puing-puing rumah mereka yang terbakar dengan tatapan kosong, nyonya besar Wu hanya menangis dipelukan suaminya.
"Bagaimana ini tuan?, harta kita. Rumah kita habis semuanya! " Ucap nyonya besar Wu sambil menangis tersedu-sedu.
"Aku juga tidak tahu istriku! " Jawab tuan besar Wu yang juga bersedih.
Lalu tuan muda kedua berlari ke arah orang tuanya. "Adik, aku dari tadi tidak melihatnya? . "
Sontak saja kedua orang tuannya terkejut dengan wajah cemasnya, mereka memerintahkan semua pelayan mencari tuan muda ketiga.
"Lekas cari keberadaan tuan muda ketiga! . " Perintah tuan besar dengan tegas.
Mereka pun mencari disekeliling rumah mereka, dengan wajah cemas mereka memanggil namanya.
Tapi tuan muda ketiga, berada di tempat paviliun tempat tinggal Zi ning. Dengan wajah penuh arang hitam, dan tangan yang menghitam ia mencari keberadaan tubuh Zi ning dalam reruntuhan.
"Kakak ipar.., Zi ning..! " Panggilnya berulang kali dengan suara pelan.
Semua orang pun berhenti tidak jauh di mana tuan muda ketiga berada, mereka melihat sikap aneh dari tuan muda ketiga.
"Apa yang dilakukannya? " Tanya tuan besar.
Lalu salah satu pelayan disana menjawab pertanyaan tuannya. "Sepertinya tuan muda ketiga sedang mencari nyonya muda, tuan. "
Lalu tuan besar menyuruh anak keduanya untuk menarik keluar dari reruntuhan tempat tinggal Zi ning, awalnya tuan muda ketiga menolak tapi akhirnya dengan bantuan beberapa pelayan ia di keluarkan dari tempat itu.
Tuan muda ketiga lalu berlutut didepan kedua orang tuannya dengan tertunduk.
"Apa yang kamu lakukan? " Tanya ayahnya yang kecewa.
Tuan muda ketiga hanya terdiam, melihat suaminya yang marah dengan putranya. Nyonya besar berusaha menenangkannya, dan meminta pelayannya membawa tuannya pergi.
Tapi tuan muda ketiga menolak. "Tidak, aku tidak akan pergi sebelum melihat kakak ipar" Ucap tegasnya.
Lalu ibunya mendekati putranya itu, dan mendaratkan tamparan keras pada wajah putra ketiga nya.
"Apa yang kamu cari?, dia pasti sudah menjadi debu. Mereka pasti terbakar dalam sana, karena mereka juga tidak akan bisa keluar dari paviliun itu" Ucap nyonya besar Wu dengan nada membentak.
"Tidak bu..!. "
"Biar aku bawa adik pergi ke kamarnya, dia mungkin terkejut!" Ucap tuan muda kedua.
Tiba-tiba pelayan datang dengan tergesa-gesa untuk menghadap tuan Wu.
"Tuan, di..luar a..da!"
"Bicara yang jelas!, suruh orang itu pergi kamu tidak lihat kondisi rumah seperti apa?" Bentak tuan besar Wu.
Lalu dua orang gagah berjalan paksa masuk untuk bertemu dengan tuan besar Wu, mereka berdua adalah dua saudara Zi ning.
Keluarga Wu pun terkejut,melihat dua saudara Zi ning menerobos masuk rumah mereka, "Kalian berani mencegah kami masuk! " Bentak Lei heng.
Semua orang disana menjadi terdiam, tuan besar dan nyonya besar Wu menjadu gugup dan binggung. Sedangkan putra-putra mereka hanya tertunduk terdiam di sebelah orang tua mereka.
Yun hao yang tenang dan lebih bijaksana dari Lei heng, ia berjalan dan menyuruh saudaranya yang sudah terbakar emosi untuk tenang.
"Tenang Lei heng, biar aku yang bicara dengan mereka. "
Lei heng menuruti ucapan kakak pertamanya, dan hanya diam menyaksikan apa yang terjadi nanti dengan tatapan tajam yang mengintimidasi keluarga Wu.
Dengan berjalan didepan tuan Wu, Yun hao memberikan hormat kepada ayah mertua adiknya dan keluarga Wu.
Yun hao lalu menyampaikan alasan mereka datang ke rumah keluarga Wu, yaitu untuk menjemput saudari mereka.
Keluarga Wu hanya terdiam dan bingung bagaimana menyampaikan tentang keadaan saudara mereka Zi ning, lalu tuan muda ketiga berjalan maju dihadapan saudara Zi ning.
"Kakak ipar, sudah meninggal. Karena tempat tinggal mereka terbakar habis menjadi debu"
Ucapan itu membuat kedua saudara Zi ning marah, Yun hao yang biasanya tenang. Ia langsung mengeluarkan pedang yang ada disarungnya kearah tuan besar Wu.
"Katakan, itu tidak benar! " Bentak Yun hao yang terbakar emosi.
Tapi mulut mereka seperti terkunci, semua keluarga Wu meminta ampun kepada saudara Zi ning.
Lei heng berjalan ke tempat puing-puing tempat tinggal Zi ning, karena ia melihat anting pemberian dirinya ada ditanah tempat puing-puing itu.
"Kakak, ini milik Zi ning!" Sambil menunjukkan anting-anting sebelah itu kepada Yun hao.
Yun hao lalu berjalan menghampiri saudaranya itu, "Tidak.., ini tidak mungkin! . "
Karena rasa amarah saudara Zi ning, mereka menuntut keluarga Wu ke pengadilan karena telah menghilangkan nyawa saudara mereka.
Akhirnya semua keluarga Wu di tahan, karena sudah melenyapkan nyawa Zi ning dan diasingkan ditempat terpencil.
Kematian Zi ning terdengar ke telinga Kaisar Xiao, dan keluarga jenderal Liu. Kaisar Xiao lalu memberikan gelar kehormatan untuk Zi ning, Kaisar Xiao juga sedih tidak bisa bertemu dengan wanita yang membuatnya hidup.
Kematian Zi ning terdengar di seluruh kota Lan gya,dalam pelarian Zi ning mereka berdua sampai didesa kecil bernama Yan shi.
Setelah para pedagang itu menurunkan mereka di dekat ibu kota, karena arah mereka berbeda.
"Terimakasih, tuan dan nyonya. Atas kebaikan kalian memberiku tumpangan. "
"Sama-sama nyonya, karena anda juga telah menyelamatkan ayah saya"
Zi ning dan Yue berdiri menatap kereta mereka pergi menjauh dari mereka, akhirnya mereka berdua sebelum melanjutkan perjalanan ke utara tempat tinggal jenderal Liu.
Mereka bermaksud untuk menginap semalam di desa Yan shi, mereka pun menikmati kebebasan mereka dan berharap keluarga mereka mau menerima mereka kembali.
Tiba-tiba, saat Zi ning dan Yue melangkah memasuki Desa Yan shi yaitu sebuah desa kecil di pinggir perbatasan yang tenang namun penuh bisik-bisik, lalu perhatian mereka langsung tertuju pada kerumunan kecil di tengah jalan tanah. Suara-suara tajam terdengar, nada mencemooh dan penuh ejekan.
Di tengah kerumunan itu, seorang gadis muda berdiri tegak dengan wajah penuh harga diri meski matanya menyiratkan luka yang dalam. Wajahnya berdebu, pakaiannya sederhana, dan di tangannya tergenggam erat sebuah tas kulit tua yang biasa digunakan oleh petugas medis atau ahli forensik.
"Perempuan tidak tahu malu!" seru salah satu penduduk.
"Kerjaannya mengurusi mayat, menjijikkan!" tambah yang lain.
Gadis itu adalah pemeriksa mayat satu-satunya di desa itu, bernama Li mei.Keahliannya dibutuhkan, tapi keberadaannya tidak pernah diterima sepenuhnya oleh warga yang masih percaya takhayul. Mereka menganggap menyentuh mayat adalah pekerjaan hina, terlebih lagi jika dilakukan oleh seorang perempuan muda.
Zi ning yang menyaksikan semua itu, tanpa sadar menghentikan langkahnya. Ia melihat cermin dirinya dalam gadis itu —,ia tiba-tiba teringat dengan kehidupan nya yang dulu dimana sebelum menjadi penguasa Li hua seorang mahasiswa kedokteran tradisional yang mahir.
Tapi takdir berkata lain, karena kematian mendadak ayahnya dan bisnis keluarga nya hampir bangkrut.
Li hua adalah anak tunggal keluarga Li, maka dia berkewajiban untuk menggantikan posisi ayahnya sebagai penerus bisnis keluarga mereka.
Di tengah study nya, ia harus mengubur pengetahuan tentang pengobatan dan belajar bisnis sambil berkerja membangun kembali perusahaan ayahnya.
Melihat itu Zi ning pun marah, karena meremehkan profesi seseorang walaupun ia menyentuh mayat.
seseorang yang dihakimi karena memilih jalan berbeda. Sementara Yue menatapnya, menunggu arahan, Zi ning justru melangkah maju, mendekati kerumunan.
"Apa salahnya mengurus kematian dengan hormat?" ucapnya lantang, membuat semua kepala menoleh. "Orang mati tak bisa membela diri, dan dia memilih untuk memberi mereka keadilan."
Semua hening. Li mei itu pun menoleh pada Zi ning, mata mereka bertemu, seolah tak perlu kata-kata untuk saling memahami bahwa mereka sama-sama perempuan yang tak tunduk pada pandangan sempit dunia.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡