Icha Adeela, anak angkat dari keluarga Raffi Hamzah. Dia diperlakukan tidak adil, dijadikan sebagai penebus utang. Ayah angkatnya mempunyai banyak utang dan keluarga mereka terancam kehilangan rumah dan aset lainnya.
Dalam upaya menyelamatkan keluarga dan ibu angkatnya yang sekarat di rumah sakit, Icha dipaksa menikah dengan orang tua dan cacat.
Ternyata, Icha juga diperlakukan kasar oleh suaminya. Icha berusaha membayar utang agar terbebas dari belenggu suaminya.
Apakah Icha berhasil membebaskan dirinya dari situasi tersebut?
Ikuti jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Tersakiti
PLAK!
AAAGGGHHHHH!
Icha menjerit kesakitan. Fairel dengan teganya menampar wajah Icha yang masih bengkak. Icha tidak kuasa menahan sakit.
"Sekali lagi ngomong cerai, kamu akan tau akibatnya!" Fairel melototi Icha.
"Tapi kita hanya nikah kontrak," lirih Icha.
Putra yang duduk di depan stir, berbalik ke belakang mencengkeram kerah baju Fairel. Putra juga melayangkan pukulannya ke wajah Fairel. Icha menutupi wajahnya. Icha tidak menyangka Putra akan melakukan itu kepada Fairel. Sudut bibir Fairel berdarah.
"Jangan sakiti Icha!" Teriak Putra.
Fairel hendak membalas Putra. Icha histeris menangis.
"Utang lu banyak. Lu gak akan bisa gue lepas!" Tatap tajam Fairel ke arah Icha.
"Dan lu! Apa lu mau selingkuh dengan Icha!"
Fairel dan Putra saling menatap tajam. Icha dan Putra tidak terima dengan tuduhan selingkuh dari Fairel. Icha terus meminta perceraian. Fairel mengulangi kalimatnya, yang berhak memutuskan cerai adalah Fairel.
BEEP!
BEEP!
Mereka dikejutkan dengan bunyi nyaring klakson mobil di samping mobil mereka. Putra melepaskan cengkeramannya. Putra menoleh ke arah kanan mobilnya. Ihsan memberi isyarat agar Putra mengikuti ambulans ke pemakaman.
Putra mengikuti mobil ambulans yang mengaum kencang di jalan raya. Tidak ada yang bersuara baik Putra, Fairel maupun Icha sepanjang perjalanan.
Icha terus meneteskan air mata. Icha berharap saat ini Carmen mangajaknya pergi ke alamnya. Icha sudah tidak kuat hidup. Icha selalu saja mendapatkan perlakuan kasar.
Belum juga hilang bengkak bekas pukulan seseorang di wajahnya, Fairel dengan kejamnya menambah luka baru. Perih, sakit teramat sakit. Apakah Icha hanya sebuah samsak yang dengan mudahnya dipukuli. Icha hanya manusia biasa yang bisa merasakan sakit.
Bund, Bund, jemput Icha, Icha terus saja memanggil Carmen dalam hatinya sampai Icha terlelap.
"Icha, bangun, kita sudah sampai," Putra perlahan membangunkan Icha.
Tibalah mereka semua di pemakaman keluarga Ihsan. Mendung menggantung di langit seolah ikut berduka atas berpulangnya Carmen. Jasad Carmen telah disemayamkan menyatu dengan liang lahat. Doa-doa juga sudah dipanjatkan.
Satu persatu kerabat, sahabat, keluarga meninggalkan tempat peristirahatan terakhir Carmen. Raffi, Kania berterima kasih atas kebaikan hati Ihsan yang membantu proses pemakaman Carmen.
Sedangkan Alula selalu ada di samping Icha. Alula mendampingi Icha yang tidak henti-hentinya menangis. Tidak ada yang tahu, Icha tidak hanya menangis karena kehilangan Carmen tapi Icha menangis karena kemalangan selalu mengikutinya.
Fairel, suami kontraknya yang Icha tahu setelah membaca buku hariannya, selalu menyiksanya, hari ini sangat perhatian. Ketika kata cerai keluar dari mulut Icha, Fairel murka.
Icha menangis terus menangis. Icha ingin sekali terlepas, bebas dari Fairel. Icha tidak tahu bagaimana caranya. Icha tidak bisa ke mana-mana karena kondisinya saat ini.
"Alula, jika kamu tidak keberatan, bisa temani Icha hari ini di rumah kami?" pinta Fairel.
Alula langsung menjawab ya. Memang itu harapan Alula. Alula ingin mengambil simpati dari Fairel. Alula ingin mengenal Fairel lebih dekat. Alula minta izin kepada orang tuanya untuk bertamu ke rumah Fairel.
Sama seperti Alula, Kania sungguh sangat senang mendapat kesempatan ini. Kania meminta Alula agar tidak menyia-nyiakan waktu di rumah Fairel. Alula harus bisa mendapatkan hati Fairel.
"Gak sia-sia kita ke rumah sakit. Dokter Andi memberikan informasi yang akurat. Kita manfaatkan amnesia Icha. Kamu harus mendapatkan Fairel," bisik Kania.
Dokter Andi adalah Dokter yang selama ini membantu pengobatan Alula, di rumah sakit yang sama tempat Icha dirawat. Dari Dokter Andi lah, Kania dan Alula tahu Icha amnesia. Kania meminta informasi karena Kania sangat khawatir dengan Icha yang anak angkat suaminya.
Putra, Fairel, Icha dan Alula kembali ke rumah Fairel. Alula takjub melihat besarnya rumah Fairel yang nampak dari luar. Di depan rumah terdapat taman kecil yang tertata rapi. Di garasi berjejer mobil-mobil mahal. Alula juga penasaran dengan isi rumah Fairel
Icha, semua ini milik gue, Alula bicara dalam hati.
Putra tanpa kursi roda mengangkat Icha masuk ke dalam rumah. Fairel dengan perlahan menyusul. Fairel kelelahan berjalan. Alula mengambil kursi roda Icha dan menyuruh Fairel duduk di atasnya.
Fairel duduk di kursi roda. Alula mendorongnya masuk ke dalam rumah. Alula tersenyum, Fairel mulai menerimanya. Mereka sekarang berada di ruang tamu.
Bi Imah membantu Fairel masuk ke dalam kamarnya. Tinggallah Alula sendiri di ruang tamu. Alula memperhatikan isi rumah Fairel yang isinya dipenuhi furniture mewah. Tapi tidak ada foto pernikahan Fairel dan Icha yang terpajang di sana.
Pasti Fairel terpaksa menikahi Icha. Gue yakin, Fairel tidak mencintai Icha. Gue sudah mencium aroma perceraian di rumah ini, Alula tertawa dalam hati.
Alula berkeliling rumah Fairel. Alula menemukan emas batangan kecil di atas meja yang ada di salah satu ruangan rumah Fairel. Alula menoleh ke kiri dan kanannya, memeriksa apakah ada orang. Dirasa aman, Alula memasukkan emas antam ke dalam tasnya.
Alula mencari kamar Icha. Alula mendengar suara Icha dan mengikutinya. Alula berdiri di depan kamar Icha. Alula melihat Icha dan Putra berduaan di dalam kamar.
"Ternyata, Icha dan Fairel tidur di kamar yang berbeda. Tidak ada hubungan yang spesial di antara mereka," Icha tersenyum.
Alula diam-diam mengambil foto Putra yang berduaan dengan Icha. Alula kembali ke ruang tamu. Bi Imah memanggil Alula untuk ke ruang makan karena Fairel sudah menunggunya di sana.
"Mana Icha?" tanya Fairel kepada Alula.
"Hmmm, maaf Kak. Tadi aku liat, Icha di kamar berduaan dengan Kak Putra. Apa kalian tidur terpisah?" Alula hati-hati bertanya.
"Ngapain mereka?" wajah Fairel seketika berubah tidak ramah.
"Mereka terlihat sangat akrab. Seperti pasangan kekasih. Uppsss, maaf Kak," Alula menutup mulut dengan kedua jari jemarinya.
"Apa maksudmu?"
Alula bangun dari duduknya. Alula mendekati Fairel dan memberikan ponselnya. Fairel melihat foto yang diambil Alula. Fairel marah, cemburu melihat kedekatan Icha dan Putra. Fairel meninggalkan ruang makan dengan langkah cepat menuju kamar Icha.
Sesampainya di sana, entah apa yang dilakukan Icha dan Putra, saat itu Fairel melihat dari belakang, Icha dan Putra seperti sedang berciuman, mereka berpelukan.
"Apa yang kalian perbuat!" Fairel menarik kuat tangan Putra.
Icha yang masih belum kuat berdiri terjatuh ke lantai.
"Fairel, Icha ingin ke kamar mandi. Gue mau membantunya, tapi Icha menolak. Rambut Icha gak sengaja nyangkut di kancing gue," Putra membantu Icha berdiri.
"Alasan! Kalian berdua keluar!" Fairel mengusir Putra dan Alula keluar kamar.
Fairel membanting pintu kamar Icha. Fairel tidak menghiraukan Putra yang berteriak dan dengan kuat menggedor pintu kamar Icha, memberikan ancaman jika Fairel melakukan kekerasan pada Icha. Fairel menghampiri Icha dan duduk di sampingnya.
"Apa kamu bisa jalan ke kamar mandi?"
Icha dengan cepat mengangguk. Icha dengan sedikit berlari, masuk ke kamar mandi. Icha membersihkan diri. Dengan perlahan Icha keluar dari kamar mandi.
Dan di depan kamar mandi, Fairel sudah menunggunya. Fairel kembali mencengkram leher Icha.
AAAAAGGGHHH!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...