NovelToon NovelToon
Gadis Dari Utara

Gadis Dari Utara

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Romansa Fantasi / Fantasi Wanita / Pengawal / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: moonlightna

SEASON 1!

Di balik luasnya wilayah utara, setelah kematian Duke Xander. Desa Valters hampir punah dan hancur.

Desa Valters desa yang tidak mengetahui titisan Xander...

Daren... seorang gadis berambut perak, di buang dan dibesarkan sebagai prajurit di barak utara yang ilegal. Tanpa identitas ia tidak tahu siapa dirinya, hanya tahu bahwa hidupnya adalah tentang bertahan.

Namun, saat pasukan Kekaisaran menyerbu barak utara. Ada nama yang dibisikkan. Xander Estelle. Ada mata-mata yang mulai memperhatikannya. Dan di ujung dunia, dari reruntuhan wilayah Utara yang dibekukan oleh sejarah, sesuatu yang mengerikan mulai bergerak.

Hidupnya mulai bergerak menuju takdir yang tak pernah ia minta. Tapi mungkinkah hidupnya juga akan berubah… menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar bertahan?

Di tengah perubahan hidup dan pengakuan darahnya, adakah sosok yang membuatnya semakin kuat? seseorang yang menantangnya untuk berdiri, meski dunia ingin menjatuhkannya?

Happy reading 🌷🌷

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moonlightna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SUKU UMBRA

"Bangun!"

"Bangun!"

Pangeran hilang dari istana!” teriak seorang prajurit senior, pintu-pintu barak dibuka paksa satu per satu.

Suasana pagi yang masih gelap langsung berubah kacau. Para prajurit bangkit dari tidur mereka, panik dan bingung.

“Bukan hanya Pangeran Gerald,” lanjut prajurit lain dengan napas terburu, “Jaden dan Benson juga menghilang!”

Di tengah kekacauan itu, Kanel langsung berdiri, matanya tajam. Ia tak menunggu perintah.

“Aku akan mencarinya.”

Namun sebelum menuju ke ruang pertemuan, langkahnya justru berbelok, menuju kamar Daren.

Ketika pintu dibuka… kosong. Ranjang dingin. Dan di atas meja hanya tersisa selembar kertas lusuh dengan tulisan tak rapi:

        "Aku akan segera kembali."

Mata Kanel membelalak. “Tidak…”

“Dia ikut,” desis Kanel. “Anak itu... Daren pergi bersama Gerald.”

Theron tak terkejut. Ia mengangguk pelan, matanya tenang namun penuh beban.

“Aku tahu mereka akan pergi. Terutama Gerald. Dia anakku. Aku tahu darahku sendiri.”

Kanel maju, suaranya mendesak. “Izinkan aku memimpin pasukan pencari. Aku akan menyusul mereka,”

“Tidak.”

Satu kata, tegas dan tidak bisa ditawar. Kanel menatap kakaknya tidak percaya.

“Apa maksudmu tidak?! Mereka dalam bahaya!”

Kaisar Theron menatapnya tenang, tapi suaranya lebih tegas dari sebelumnya.

“Tidak, Kanel. Gerald dan teman-temannya bukan anak-anak lagi. Mereka besar di medan latihan, mereka dilatih untuk menghadapi dunia.”

Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan nada lebih pelan namun menusuk:

“Tapi Daren? Daren masih anak-anak. Dan kau tahu itu.”

Kata-kata itu menampar. Kanel terdiam, bibirnya mengepal.

“Justru karena itu aku ingin menyusul mereka,” desis Kanel.

“Daren bukan seperti mereka, dia belum siap. Dia belum mengerti apa yang akan mereka hadapi.”

Kaisar Theron menggeleng pelan.

“Dan karena itulah... kau tak boleh pergi. Kau terlalu dekat. Kau tak akan bisa berpikir jernih. Aku butuh kau untuk tetap di sini. Istana sedang di ujung tanduk. Jika Umbra menyerang malam ini, dan kau tak ada di sini... aku akan kehilangan lebih dari satu hal.”

Kaisar Theron mendekat. “Aku sudah kirimkan tim pelacak terbaik. Mereka berangkat satu jam lalu. Tapi bukan kau yang memimpin mereka, Kanel.”

“Kenapa?!”

Namun sang Kaisar berkata dengan suara tenang, “Karena ancaman suku Umbra jauh lebih nyata. Mereka bergerak dari selatan. Kita butuh semua pemimpin berpengalaman di sini. Jika istana jatuh, anak-anak itu tidak akan punya rumah untuk kembali.”

Sejak kepulangan rombongan Kanel dari misi pencarian burung Kekaisaran, bayang-bayang yang lebih gelap mulai menyelimuti hutan di sekitar istana.

Laporan-laporan dari penjaga luar menunjukkan tanda-tanda yang tak biasa: suara lolongan aneh di malam hari, jejak kaki besar di tepi sungai, dan pepohonan yang tampak layu seolah disentuh kegelapan. Dan satu nama muncul berulang kali dari para penjelajah yang kembali dengan wajah pucat.

                           Umbra!

Suku Umbra bukanlah makhluk yang datang tanpa alasan. Mereka adalah suku kuno yang tinggal jauh di dalam wilayah terlarang, jauh dari peradaban dan lebih dekat dengan legenda dari pada kenyataan. Selama puluhan tahun mereka tidak pernah muncul, kecuali dalam kisah para penakluk dan kitab-kitab rahasia.

Namun kini, mereka mendekat. Tidak menyerang, tidak menyapa, hanya mengintai, dan perlahan... mengepung.

Kanel tahu satu hal dengan pasti: Umbra tidak akan menampakkan diri kecuali dipanggil. Dan untuk dipanggil, harus ada seseorang... yang telah mengikat perjanjian.

Dan itu berarti: pengkhianatan.

Mengapa mereka datang sekarang? Mengapa tepat setelah burung Kekaisaran hampir ditemukan?

Dan yang paling membuat Kanel tak bisa tidur malam itu, siapa yang membawa mereka... ke dekat istana? ke ibu kota?

Kanel terdiam. Punggungnya menegang.

“Aku tahu kau menyayangi Daren. Tapi saat ini... kau dibutuhkan di sini.”

Kata-kata itu menampar. Kanel mencengkeram surat kecil dari Daren di tangannya. Ia menunduk, lalu bicara pelan.

“Bahkan jika aku diam di sini... hatiku akan tetap mengikuti mereka.”

Kaisar menatap adiknya lama. “Aku tahu. Tapi itu pengorbanan yang harus dilakukan seorang pemimpin.”

Di luar, suara alarm siaga mulai dibunyikan. Prajurit mulai berkumpul. Langit mulai berubah gelap dari arah selatan.

Kanel berdiri tegap. Tapi dalam dadanya, badai berkecamuk.

Langkah ringan menyusuri lorong istana, namun kehadirannya membuat semua orang diam. Sang Permaisuri memasuki ruangan dengan gaun biru keabu-abuan, sederhana namun anggun. Wajahnya pucat, namun matanya tak berair. Tak ada tangis. Hanya ketenangan yang terasa menyesakkan.

Kanel menoleh, sedikit terkejut.

“Yang Mulia...”

Permaisuri mengangguk pelan, lalu menatap jendela di mana bayangan malam masih menyelimuti dunia luar.

“Aku tahu dia akan pergi. Sejak malam tadi, aku tahu.”

Suara itu tenang, tapi ada ketegaran yang menyayat di baliknya.

“Gerald bukan lagi anak kecil. Tapi tetap saja… aku adalah ibunya.”

Ia berhenti sejenak, menoleh ke arah Kanel yang berdiri kaku.

“Kau mencintai Daren seperti anak sendiri, bukan?”

Kanel tak menjawab. Tapi matanya bicara cukup.

Permaisuri tersenyum tipis, getir.

“Kalau begitu, dengarkan aku. Jangan kejar mereka.”

Kanel tampak akan menyanggah, tapi Permaisuri lebih dulu melanjutkan, lembut namun tegas:

“Bukan karena kau tak mampu. Tapi karena istana ini akan membutuhkanmu. Dan mereka… mereka butuh ruang untuk membuktikan keberanian mereka sendiri.”

Permaisuri mendekat dan menatap Kanel dalam-dalam.

“Kadang, menjadi pelindung bukan berarti mengejar. Tapi berjaga… agar saat mereka kembali, rumah ini masih berdiri.”

Permaisuri menutup pintu perlahan, lalu berjalan santai ke arah Kaisar yang masih mengamati peta besar di mejanya.

“Aku tadi ke barak,” ucapnya ringan, seolah membicarakan cuaca.

Theron tidak menoleh. “Jangan bilang kau ikut menggeledah kamar anak kita yang di barak.”

“Tidak,” jawabnya. “Tapi aku sempat mampir ke bagian latihan pagi.”

Theron mendesah. “Dan?”

Permaisuri berdiri di sampingnya, menyilangkan tangan. “Petrus menolak berbaris.”

Theron menoleh, alisnya naik. “Menolak?”

“Iya. Dengan penuh gaya. Sambil makan apel, dia bilang, 'Aku pangeran, bukan penjaga toko!’”

Di sisi ruangan, Kanel yang masih berdiri dengan posisi tegak tiba-tiba mendesah lirih, nyaris tak terdengar.

Permaisuri melirik ke arahnya lalu menirukan gaya Petrus dengan nada menjengkelkan. “'Kakak yang kabur, kenapa aku yang disuruh kerja? Suruh aja Daren, dia kan murid kesayangan paman.'”

Theron menatap istrinya dengan ekspresi datar. “Kau menirunya terlalu mirip. Itu menakutkan.”

Kanel terbatuk pelan, mencoba menyembunyikan tawa kecilnya. "Anak itu, sulit sekali untuk menurut."

Permaisuri tersenyum tipis. “Aku dengar dia sempat mencoba bersembunyi di dapur. Di belakang karung beras.”

Theron mengerutkan alis. “Dan tak satu pun prajurit menariknya keluar?”

“Takut ditendang. Anakmu itu punya tendangan kuat.”

Kanel akhirnya angkat bicara. “Aku sendiri yang menyuruh mereka membiarkannya sementara. Kalau tidak, dapur bisa jadi arena pertempuran.”

Theron menepuk dahinya. “Kenapa dari semua anak bangsawan… yang bisa kupaksa jadi duta diplomasi malah dia?”

Permaisuri menepuk punggung suaminya. “Karena kita tidak boleh menyerah pada generasi rusak. Tapi untuk malam ini… sebaiknya kau izinkan prajuritmu siaga penuh. Kecuali Kanel.”

Kanel mengangkat wajahnya, bingung. “kakak… saya mohon, izinkan saya menyusul Gerald dan Daren.”

Theron menggeleng, suaranya tenang namun tak bisa dibantah. “Tidak. Kau dibutuhkan di sini. Umbra mungkin bergerak malam ini. Dan jika itu terjadi, aku butuh orang paling waras di sisiku.”

Kanel terdiam. Wajahnya menegang, tapi ia menunduk patuh.

Permaisuri menatapnya dalam. “Kau satu-satunya orang yang bisa menjaga kami… kalau sesuatu terjadi.”

Sunyi menggantung.

“Dan anak kita yang satu itu—Gerald—sedang bermain, menjadi pahlawan di luar sana,” gumam sang Kaisar.

“Semoga dia tidak lupa bahwa pahlawan… juga bisa mati.” tambahnya pelan.

“Dan semoga Petrus tidak makan seluruh dapur saat kita sibuk,” tambah sang Permaisuri, mencoba meringankan ketegangan.

Kanel menutup mata sejenak, lalu menarik napas panjang. Di dadanya, ada seribu ketakutan… tapi ia tetap berdiri tegak. Sebab malam ini, ia bukan hanya penjaga istana, ia adalah penjaga harapan bagi kakaknya, orang yang sangat bisa di andalkan.

Sementara di hutan sana mereka sedang duduk beristirahat, menyantap bekal sederhana di bawah cahaya yang sedikit masuk lewat daun dan ranting, tiba-tiba sepasang sayap berkilau keemasan melintas perlahan di atas kepala mereka.... burung kekaisaran itu, indah dan agung, terbang menembus langit pagi… lalu....

1
Hatus
Kasihan banget Daren, masih bayi tapi cobaan hidupnya berat banget😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!