Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Mas, ini benaran rumah kita! " pekik Rindu tidak percaya, menatap rumah hunian baru mereka, rumah yang sudah sengaja di bangun Karen untuk keluarga kecilnya.
"Tentu saja sayang, memang rumah siapa lagi." kekeh Karen melihat sang istri yang masih menatap takjub rumah mewah itu.
"Ayo masuk." ajak Karen, dari tadi istrinya tidak beranjak dari posisinya itu.
"Ahhh... Iya, hehehe... " kekeh Rindu menggandeng tangan Karen dengan begitu mesra.
Karen membiarkan saja tingkah istrinya itu, dia juga sangat senang, sang istri mau bermanja manja dengan dirinya.
"Selamat datang sayang." pekik nyonya Mayang dari dalam rumah.
"Mama... Mama di sini! " Rindu tidak kalah senangnya, Rindu melepaskan gandengannya dari tangan sang suami, lalu melangkah dengan tergesa gesa ke arah sang mertua.
Happp...
"Aku kangen banget sama mama." aku Rindu memeluk erat ini mertuanya itu.
"Mama juga sangat kangen sama kamu sayang." sahut nyonya Mayang membalas pelukan Rindu.
Karen hanya geleng geleng kepala melihat tingkah sang istri, setelah bertemu dengan mamanya, Karen lansung di abaikan oleh istri cantiknya itu.
"Ayo makan dulu, kalian pasti lapar." ajak nyonya Mayang membawa sang menantu ke ruang makan.
"Ma, aku nggak di ajak? " seru Karen dari belakang.
"Udah lansung ke ruang makan aja, nggak usah manja. " cibir nyonya Mayang.
"Berasa jadi anak tiri aku." keluh Karen men drama.
"Nggak usah banyak ngeluh." sarkas sang mama.
Karen lansung mingkem takut di semprot lagi sama sang ratu.
Rindu terkekeh melihat wajah tertekan suaminya.
"Udah, abaikan saja dia sayang, udah tua ini." acuh nyonya Mayang melayani sang menantu.
Rindu hanya bisa pasrah dan menuruti perintah mama mertuanya itu.
Sementara bibir Karen sudah mengerucut karena di abaikan sang mama.
"Mau makan pakai apa sayang, mama sengaja masak makanan kesukaan kamu." ucap nyonya Mayang penuh kasih sayang.
"Terimakasih mama." ucap Rindu berkaca kaca.
Tidak pernah dia mendapat perhatian seperti ini dari orang tua nya. Hanya bersama mertuanya lah Rindu dapat perhatian.
"Nggak usah berterima kasih sayang, ini sudah kewajiban mama untuk membahagiakan anak anak mama." dengan senyum tulusnya.
Hati Rindu jadi menghangat mendapatkan mendengar ucapan mama mertuanya itu.
Karen pun ikut tersenyum bahagia melihat mamanya sangat menyayangi istrinya.
"Oh iya, mama punya kejutan untuk kamu." seru nyonya Mayang.
"Kejutan apa ma? " heran Rindu.
"Kalian kemari lah." perintah nyonya Mayang.
Masuk lah Mang Jajang dan bi Fatimah dari arah dapur.
"Ibu ayah...! " pekik Rindu lansung berdiri dari duduknya, lalu memeluk ke dua orang tua angkatnya itu.
"Rindu kangen kalian." ucap Rindu yang memeluk ke dua orang tua angkatnya itu.
"Kami juga kangen banget sama kamu sayang. " ucap bu Fatma mengusap usap punggung putri angkatnya itu.
"Sudah sudah, kita makan dulu, keburu dingin makanannya." lerai nyonya Mayang.
"Ahhh... Iya, makan gih sayang, kami kebelakang dulu." ucap bu Fatma tidak enak hati.
"Ngapain kebelakang, gabung sini, kita makan bareng." sela nyonya Mayang.
"Tap... "
"Nggak ada tapi tapian, kalian ini orang tua Rindu, masa mau makan di belakang." omel nyonya Mayang.
Rindu lansung tersenyum lebar dan menganggukan kepalanya.
"Apa yang di bilang mama benar bu, pak, kalian sudah di anggap orang tua oleh istri ku, mulai sekarang biasakan lah kita memang benar benar seperti keluarga, bukan sebagai tuan rumah dan pekerja." Karen pun ikut bersuara.
Bu Fatma dan mang Jajang tak bisa berkata kata lagi, sungguh dia begitu terharu masuk di keluarga ini.
"Iya bu, yah, ayo kita makan bareng." ajak Rindu menarik tangan ke dua orang tua angkatnya itu.
Bu Fatma dan mang Jajang tidak bisa menolak lagi, dia hanya menurut apa yang di minta nyonya Mayang, Karen dan Rindu.
Mereka makan dengan hikmat dan di selingi dengan obrolan ringan.
"Ma, mama nginap di sini kan? " tanya Rindu kepada mertuanya.
"Nggak sayang, nanti malam papa mu pulang." sahut nyonya Mayang.
"Yah... Padahal aku masih kangen loh sama mama." keluh Rindu, membuat nyonya Mayang terkekeh.
"Lain kali mama sama papa nginap di sini." ujar nyonya Mayang.
"Mmm... Baik lah." sahut Rindu lesu.
"Oh... Iya, aku punya oleh oleh buat mama." Rindu baru ingat, dia lansung berdiri dan berjalan tergesa gesa menaiki tangga menuju kamarnya.
"Pelan pelan nak, nanti kamu terjatuh loh." tegur nyonya Mayang geleng geleng kepala melihat tingkah ceroboh menantunya itu.
"Hehehe..... Lupa ma." cengir Rindu lalu mulai memperlambat jalannya.
"Astaga sayang, kenapa banyak sekali." kaget nyonya Mayang, melihat sekotak perhiasan, tas, sepatu, sendal, dompet, yang di bawa oleh Rindu.
"Aku nggak tau mama suka apa, jadi deh aku beli aja semuanya." cengir Rindu.
"Apa pun kamu belikan untuk mama, mama pasti suka." seru nyonya Mayang.
"Syukur lah klau mama suka. " jawab Rindu.
"Bu, Yah. Ini Rindu juga belikan ibu dompet, dan ayah jam tangan." ucap Rindu memberikan paper bag yang dia bawa.
"Astaga, ini pasti mahal banget nak." ucap bu Fatma berkaca kaca.
"Harga barang ini tidak sebanding dengan kasih sayang yang ibu bapak berikan kepada ku selama ini." ucap Rindu tulus.
"Di pakai ya Yah, bu, jangan du jadiin pajangan." kekeh Rindu.
"Iya, pasti ibu lansung ibu pakai, kebetulan dompet ibu sudah lusuh." kekeh bu Fatma.
"Ini lihat, lansung Ayah pakai." ujar mang Jajang yang memang lansung mengganti jam tangan lamanya, itu pun dulu pemberian dari Rindu, saat baru pertama kali gadis itu gajian.
Rindu lansung tersenyum senang.
Hari berganti pagi.
Pagi ini Rindu akan mulai masuk kampus.
"Sayang, mas nggak bisa anter kamu ke kampus, karena mas ada meeting pagi ini." keluh Karen dengan wajah bersalahnya.
"Tidak apa mas, aku bisa berangkat sendiri kok." sahut Rindu menenangkan sang suami.
"Nggak nggak, mas nggak mau kamu pergi pergi sendiri, kamu harus ada yang mengawal kamu." Karen tidak setuju dengan ucapan sang istri.
"Ya udah, klau gitu aku di anter ayah saja." ujar Rindu yang nggak mau memulai hari nya dengan adu debat, dengan sang suami.
"Nah, itu baru benar, mulai sekarang ayah tugasnya adalah untuk anter jemput kamu kemana mana, klau mas nggak sempat menemani kamu." ucap Rindu.
"Iya, terserah mas saja aku mah ikut aja." pasrah Rindu, dia tidak sedikit pun merasa di kelang oleh suaminya itu, justru Rindu sangat suka dengan keposesifan sang suami.
"Bagus, istri mas memang sangat penurut, mas melakukan ini, karena mas tidak ingin terjadi yang tidak di inginkan kepada mu sayang, kamu tau i kan apa yang mas khawatir kan? " ujar Karen memeluk sang istri dari belakang.
"Iya aku tau, aku nggak merasa keberatan kok mas." sahut Rindu membalikan badannya lalu menatap sang suami dengan tatapan sendunya.
"Ahhh.... Kalau sudah kaya gini, rasa nya males kerja deh, pengen bobo aja sama kamu." goda Karen.
"Ck, mesum." sewot Rindu lalu melepaskan pelukannya, lalu keluar dari kamar terburu buru, heran dengan suaminya itu nggak bisa terpancing sedikit pun, lansung on.
Karen hanya terkekeh melihat ketakutan sang istri, lalu mengikutinya dari belakang.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
syukurlah bu fatimah sm ayah jajangnya ikut rindu biar rindu ada temannya